Berita

Ikatan Alumni Bukan Barang Dagangan

Published

on

Tokoh mahasiswa pada jamannya di era reformasi 1998, Setya Dharma Pelawi dan Eka Santosa, keduanya adalah alumni Unpad awal 1980-an (Foto : @www.aksi.co)

Jakarta, goindonesia.co – Ikatan Alumni Unpad (IKA Unpad) adalah organisasi para alumni Universitas Padjadjaran untuk mengimplementasikan visi sebagai “Insan Abdi Masyarakat” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Spirit sebagai kaum intelektual yang ingin terus mengabdi kepada masyarakat dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang telah ditempa di almamater. Nama Universitas Padjadjaran melekat dalam diri setiap alumni sepanjang hayat sebagai simbol penjaga moral/etika dan keberpihakan kepada kepentingan masyarakat banyak.*(Hymne UNPAD)*

Seorang Ketua IKA Unpad harus bersiap meleburkan diri dengan nilai-nilai moral Padjadjaran. Karena sebagai “komandan” para alumni dia akan menjadi figur rujukan dan simbol Padjadjaran di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap tindak tanduknya akan dihubungkan dengan citra Unpad sebagai salah satu kampus besar dalam sejarah perkembangan Bangsa Indonesia. Dia adalah tokoh publik yang tidak bisa menjalani kehidupan dengan sikap *”kumaha aing”.* Nama baik Padjadjaran harus menjadi pertimbangan dalam setiap tindakan di ruang publik.

Momentum pemilihan presiden kerap menjadi ladang ujian bagi para tokoh publik. Mulai dari tokoh agama, akademisi, tokoh ormas, dan lainnya diuji kompetensinya dalam mengelola ketokohannya. Publik akan menilai apakah orang tersebut layak untuk menyandang predikat “tokoh” yang layak menjadi panutan atau sekedar “tokoh” yang manut pada hasrat pribadi atau pada kepentingan kelompoknya semata.

Baru baru ini, menjelang pilpres 2024, kita dikejutkan oleh beredarnya video yang menggambarkan Ketua IKA Unpad sedang kongkow di tempat makan dan secara terbuka menyampaikan dukungannya kepada salah satu calon presiden. Dia tidak diperkenalkan sebagai personal namun diperkenalkan sebagai Ketua IKA Unpad. Peristiwa ini sontak menimbulkan kegegeran dalam alumni Universitas Padjadjaran. Bukan karena pilihan Sang Ketua IKA kepada calon presidennya. Sebab sudah menjadi rahasia umum Dia merupakan kader salah satu parpol sebelum menjabat sebagai Ketua IKA.

Kehebohan terjadi karena cara Seorang Ketua IKA Unpad tampil dalam dinamika pilpres yang sangat tidak berwibawa dan tidak mencerminkan kapasitas seorang tokoh dari sebuah perguruan tinggi yang memilik sejarah politik yang panjang. Ketua IKA Unpad menampilkan diri sebagai seorang penjaja politik asongan yang mengedarkan dukungannya di emperan trotoar atau sama dengan demi *”nasi bungkus” (” “)*

Sebagai Ketua IKA Unpad, seharusnya Dia mampu mengelola momentum pilpres ini untuk membangun eksistensi Universitas Padjadjaran dengan cara yang lebih berwibawa, penuh inovasi, serta dapat menjadi bahan pendidikan politik bagi masyarakat umumnya dan bagi civitas akademik Unpad khususnya. Salah satunya misalnya dengan mengundang semua capres untuk melakukan uji akademik dihadapan para alumni Padjadjaran secara terbuka.
Setiap orang memiliki hak demokrasi untuk memberikan dukungan politiknya. Namun seorang Ketua IKA Unpad harus rela mengorbankan hak demokrasi untuk menjaga kebesaran dan wibawa almamater. Jika tidak mampu menahan hasrat sebagai penjaja politik eceran, lebih baik menanggalkan jabatan mulia sebagai Ketua IKA dan kembali menjadi kader partai politik saja. Jelas. (***)

*Setya Dharma Pelawi (Alumni Statistika Unpad), @jakartasatu.com

Trending

Copyright © 2021 goindonesia.co