Connect with us

Dunia Pendidikan

Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5, Sejumlah 7.931 Guru Dinyatakan Lulus

Published

on

(Plt.) Dirjen GTK, Kemendikbudristek, Nunuk Suryani (Dokumentasi : Tim Setditjen GTK, Kemendikbudristek, @www.kemdikbud.go.id)

Jakarta, goindonesia.co – Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 5 secara resmi ditutup oleh Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nunuk Suryani, (31/1) lalu secara virtual.
 
Program yang selesai dilaksanakan Desember 2022 ini, bertujuan agar para guru dapat menggerakkan komunitas belajar di sekitarnya dalam mewujudkan Merdeka Belajar bagi peserta didik. Berdasarkan hasil pleno kelulusan PGP Angkatan 5 ini, guru yang dinyatakan lulus sejumlah 7.931 orang.
 
Koordinator Pokja Program Guru Penggerak (PGP), Kasiman, mewakili Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSTPK), melaporkan bahwa program Pendidikan Guru Penggerak adalah program pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui pelatihan dan pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaran.
 
“Program ini memberikan bekal kemampuan kepemimpinan pembelajaran dan pedagogi kepada guru sehingga mampu menggerakkan komunitas belajar, baik di dalam maupun di luar sekolah serta berpotensi menjadi pemimpin pendidikan yang dapat mewujudkan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ketika berada di lingkungan sekolahnya masing-masing,” ujarnya.
 
Calon Guru Penggerak yang melakukan registrasi di angkatan 5 ini mulanya sebanyak 8.105 orang. Para guru tersebut berasal dari 189 Kab/Kota di 33 Provinsi di Indonesia. Kemudian selama masa pendidikan, terdapat 121 orang yang tidak melanjutkan pendidikan karena berbagai alasan.
 
“Peserta aktif yang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak sampai selesai sebanyak 7.943 orang, namun berdasarkan hasil pleno kelulusan PGP Angkatan 5 ini, akhirnya dinyatakan lulus sejumlah 7.931 orang,” ujarnya.
 
PGP angkatan 5 didesain menggunakan pendekatan andragogi dan blended learning selama 6 (enam) bulan. Tujuannya untuk mendukung hasil belajar yang implementatif berbasis lapangan. Untuk itu, 70 persen kegiatan dilakukan dalam bentuk on-the-job training di mana guru sebagai peserta PPGP tetap bertugas mengajar dan menggerakkan komunitas di sekolah. Sementara itu, 20 persen kegiatan selanjutnya dirancang dalam bentuk kegiatan belajar bersama rekan sejawat, dan 10 persen lainnya dilakukan dalam bentuk pembelajaran bersama narasumber, fasilitator, dan pendamping.
 
Selain itu, berbeda dari tahun sebelumnya, di angkatan 5 ini untuk pertama kalinya PGP dibagi menjadi tiga kategori, yaitu PGP Reguler (7.690 orang), PGP Daerah Khusus (143 orang), dan PGP Rekognisi (98 orang). Adapun PGP Daerah Khusus dilaksanakan untuk menjangkau pelibatan guru-guru terbaik di daerah khusus yang memiliki keterbatasan akses komunikasi, transportasi, dan infrastruktur. Sedangkan PGP Rekognisi adalah kategori khusus bagi para peserta yang sebelumnya berperan sebagai Pengajar Praktik dan kemudian lolos menjadi Guru Penggerak.
 
Dirjen Nunuk Suryani  berharap agar Guru Penggerak yang sudah melalui pendidikan ini dapat menjadi pemimpin pendidikan yang menjadikan kebutuhan murid sebagai pertimbangan utama dalam setiap kebijakannya baik sebagai Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, atau bentuk kepemimpinan pendidikan lainnya.
 
Dengan bekal kepemimpinan selama proses pendidikan, Nunuk Suryani berharap, Guru Penggerak dapat menggerakkan ekosistem pendidikan di dalam sekolah dan juga di wilayah kabupaten/kota masing-masing. Selain itu, bersama rekan-rekan seperjuangan, bersama-sama membangun pendidikan Indonesia.
 
“Para Guru Penggerak  bisa saling bersinergi dan berkolaborasi satu sama lain. Saya menunggu cerita-cerita inspiratif tentang praktik baik Guru Penggerak dari daerah masing-masing,” tutupnya.  *** 

(Sumber : Tim Setditjen GTK, Kemendikbudristek, @www.kemdikbud.go.id)

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Mendikdasmen Dorong Lulusan SMK Kembangkan Kewirausahaan berbasis Produk Lokal

Published

on

Kewirausahaan berbasis Produk Lokal (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Depok, goindonesia.co – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mendorong penguatan kompetensi kewirausahaan berbasis potensi daerah bagi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Penguatan kompetensi kewirausahaan ini diharapkan dapat melahirkan lebih banyak lagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis potensi daerah yang berasal dari lulusan SMK.

Hal tersebut disampaikan oleh Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, saat mengunjungi Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bisnis dan Pariwisata (BBPPMPV Bispar) pada Selasa (29-10-2024). Menurut Abdul Mu’ti, UMKM merupakan salah satu kekuatan ekonomi Indonesia saat ini yang sedang didorong oleh pemerintah. 

SMK, lanjut Abdul Mu’ti, memiliki potensi dan peluang besar menciptakan lulusan-lulusan untuk menjadi pelaku-pelaku UMKM-UMKM  yang dapat mengolah berbagai potensi lokal yang ada di Indonesia.

“Apalagi sekarangkan slogan SMK itukan bekerja atau berwirausaha. Hal inilah yang harus kita dorong,” kata Abdul Mu’ti di BBPPMPV Bispar. 

Dengan kompetensi yang dimiliki, Mendikdasmen berharap  lulusan-lulusan SMK dapat mengembangkan UMKM berbasis potensi lokal. Mereka juga dapat menggandeng komunitas masyarakat setempat untuk menggerakan ekonomi berbasis potensi lokal.

“Jadi, nanti kewirausahaannya akan lebih bervariasi misalnya mereka yang tinggal di daerah perkebunan teh, maka mereka bisa mengolah teh yang menjadi potensi daerahnya,” tambah Mendikdasmen. 

“SMK ini kan lebih kepada kompetensi dan bagaimana kompetensi ini dapat diintegrasikan dengan potensi alam yang kita miliki dan potensi sosial yang kita miliki,” tambah Mendikdasmen. 

Pada kesempatan tersebut, Mendikdasmen juga mendorong kerja sama SMK dengan UMKM-UMKM. Menurutnya, SMK tidak harus mengandalkan perusahaan-perusahaan besar sebagai mitra industri sekolah. UMKM yang sesuai dengan bidang kompetensi, menurut Mendikdasmen dapat menjadi mitra strategis SMK untuk berbagai kegiatan seperti magang atau kegiatan pelatihan lainnya.

“Jadi jangan bayangkan industri itu harus yang padat modal. Kita bisa kemitraan dengan UMKM kemudian nanti pelatihan ini diberikan sertifikat yang bisa menjadi modal anak-anak SMK setelah lulus. Ketika mereka lulus, siswa tidak hanya punya ijazah saja, tetapi juga punya sertifikat. Jadi, keahlian mereka tidak hanya terbatas pada keahlian utama, mereka juga punya keahlian lainnya,” terang Abdul Mu’ti. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Pondok Pesantren Al Falah Ploso

Published

on

Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri (Foto : Istimewa)

Jakarta, goidonesia.co – Pondok Pesantren Al Falah Ploso adalah sebuah lembaga pendidikanasrama berbentuk pesantren salaf. Dalam pengajian sehari-hari memilikibasis pengajian kitab-kitab salaf (tradisional). Pesantren ini didirikan oleh KH. Ahmad Djazuli Usman, seorang putra naib lokal kawasan Desa Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri. Kini,Pesantren Al Falah Ploso beradadi bawah asuhan KH. Nurul Huda Djazuli.

Sejarah singkat

Pada pertengahan tahun 1924,dengan satu masjid dan seorang santri bernama Muhammad Qomar,yang tidaklain adalah kakak iparnya sendiri,Haji Djazuli mulai merintis pesantren. Beliau meneruskan pengajian untukanak-anak desa sekitar Plose yang sudah dimulainya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates.Jumlah murid pertama yang ikut mengaji±12 orang.Di penghujung tahun 1924 itu seorang santri Tremasbernama Abdullah Hisyam asal Kemayan (±3 km selatan Ploso) datang bertamu kepada Haji Djazull sambil membawa salam dan surat-surat dari sahabat lamanya.Akhirnya Hisyam melanjutkan belajarnya kepada kyaiDjazuli yang memang sudah dikaguminya semenjak di Tremas.

Berbekal tekad yang kuat,pada 1 Januari 1925 KH. A. Djazuli Usman mendirikan sebuah madrasah dan memanfaatkan serambi Masjid untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Tanpa terasa santri yang belajar dengan KH. A. Djazuli bertambah banyak menjadi 100 orang.

Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al Falah Ploso pada awalnya tergolong masyarakat abangan (jauh dari agama). Ketika awal berdiri, banyak masyarakatnya mencemooh Pondok Pesantren Al Falah. Apalagi para pejabat dan bandar judi, yang status quo-nya mulai terganggu. Mereka sering menyebarkan isu-isu sesat terhadap pondok pesantren ini. Cerita tentang berdirinya Madrasah sudah terdengar di kalangan yang lebih luas hingga satu demi satu santri berdatangan dan menetap di Ploso. H.Ridwan Syakur, Baedlowi dan Khurmen, ketiganya dari Sendang Gringging ditambah H.Asy’ari dan Berkah dari Ngadiluwih merupakan santri-santri pertama yang menetap.

Suasana sudah terasa ramai dan masjidpun terasa sesak yang menimbulkan permasalahan baru yaitumendesaknya pengadaan ruang belajar yang memadai.Direncanakanlah pembangunan sebuah gedung madrasah.Dengan segenap tenaga, fikiran dan jerih payah yang tak ternilai, Kyai Djazuli keliling desa guna mengumpulkan dana untuk pembangunan tersebut. Beliau harus mengayuh sepeda berpuluh-puluh kilometer sampai Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan terkadang ke Blitar. Namun tak sia-sia banyak hartawan dandermawan mengulurkan tangan sehingga pembangunan segera bisa dilaksanakan.

Penyempurnaan fasilitas dan gedung terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Begitu pula penyempurnaan sistem pendidikan,kurikulum dan metode interaksi diarahkan (berkiblat) kepada sistem Tebuireng pada tahun 1923.

Suatu sistem yang dikagumi dan ditimba oleh Kyai Djazuli selama mondok di sana pada tahun 1923. Maka sistem belajar mengajar di Al Falah ini terus berlangsung dengan berpedoman kepada sistem Tebuireng hingga sekarang. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa Pondok Al Falah adalah duplikat monumental dari Pondok Tebuireng di masa KH.Hasyim Asy’ari tahun 1923.

Kyai Djazuli rupanya mempunyai prinsip yang kokoh dansangat yakin kepada sistem salafiyah yang dipilihnya,sehingga beliau tetap konsisten untuk melestarikannya. Dan ternyata Kyai Djazuli tidak salah pilih sebab sistem salafiyah tetap punya pendukung dan penggemar dikalangan ummat islam. (***)

*Admin

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Kemendikbudristek Kembali Gelar Malam Apresiasi Cerdas Berkarakter 2024

Published

on

Malam Apresiasi Cerdas Berkarakter pada Pekan untuk Sahabat Karakter (PUSAKA) Tahun 2024 (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Jakarta, goindonesia.co – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) kembali menggelar Malam Apresiasi Cerdas Berkarakter pada Pekan untuk Sahabat Karakter (PUSAKA) Tahun 2024. Apresiasi diberikan kepada para pemangku kepentingan atas upaya yang telah dilakukan dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

Ada 9 (sembilan) kategori apresiasi, terdiri atas 3 (tiga) kategori untuk pemerintah daerah yaitu Pemerintah Provinsi Cerdas Berkarakter, Pemerintah Kabupaten/Kota Cerdas Berkarakter, dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal Cerdas Berkarakter; 5 (lima) kategori untuk Satuan Pendidikan Cerdas Berkarakter Optimalisasi Iklim Keamanan Satuan Pendidikan mulai jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK; dan 1 (satu) kategori Perguruan Tinggi Cerdas Berkarakter Optimalisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.

Penilaian kategori tersebut didasari keterlibatan ekosistem pendidikan dalam upaya-upaya strategis dan implementatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman dari segala bentuk kekerasan demi mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan bahwa berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh para pemangku kepentingan tersebut telah membuahkan hasil positif dalam upaya untuk memberantas perundungan, kekerasan seksual, intoleransi atau diskriminasi di lingkungan pendidikan.

“Kami menyadari dalam proses implementasi ini, Ibu dan Bapak telah mencurahkan tenaga dan pikiran yang tidak sedikit. Ini bukan hal yang mudah. Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya atas komitmen Ibu dan Bapak semua untuk bergerak bersama mewujudkan sekolah dan kampus yang merdeka dari kekerasan,” ujar Menteri Nadiem, di Jakarta, Senin (7/10).

Sementara itu, Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendikbudristek, Chatarina Muliana Girsang, mengungkapkan bahwa berdasarkan data Kemendikbudristek, sebanyak 404.564 sekolah telah membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) dan 468 pemerintah daerah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas). Ia menambahkan bahwa hal itu sebagaimana diamanatkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.

Lebih lanjut, Chatarina menyampaikan bahwa di jenjang pendidikan tinggi, seluruh perguruan tinggi negeri dan 1.692 perguruan tinggi swasta telah memiliki Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Sebagaimana mandat di dalam Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang PPKS. 

“Program Roots Anti Perundungan yang berkolaborasi dengan UNICEF juga telah menjangkau 33.777 satuan pendidikan di 509 kabupaten/kota di 38 provinsi serta mencetak 174.240 agen perubahan yang berperan penting dalam menciptakan sekolah yang aman,” ucap Irjen Chatarina.

Pada tahun 2021, Kemendikbudristek telah meluncurkan Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan Tinggi. Implementasi aturan tersebut ialah mengedepankan kolaborasi seluruh sivitas akademika dalam program edukasi sampai penanganan kasus.

Begitupun di jenjang persekolahan, hak untuk belajar dengan aman dan nyaman telah terjamin dengan adanya Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.

Peraturan tersebut mengamanatkan sekolah untuk membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan dan pemerintah daerah untuk membentuk Satuan Tugas PPKSP. Kolaborasi ini membuahkan hasil positif dalam upaya kita untuk memberantas perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi atau diskriminasi di lingkungan pendidikan.

“Tentunya saya berharap, penghargaan yang diterima hari ini semakin memicu semangat Ibu Bapak untuk mencegah dan menangani segala bentuk kekerasan di lingkungan pendidikan. Mari terus kita kuatkan gotong-royong kita untuk mewujudkan sekolah dan kampus yang aman dan nyaman demi terciptanya generasi Pelajar Pancasila yang berintegritas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan global,” tandas Nadiem.

Pemberian Penghargaan Apresiasi Cerdas Berkarakter

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penguatan Karakter, Rusprita Putri Utami, mengatakan bahwa penghargaan Apresiasi Cerdas Berkarakter diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi untuk terus berkontribusi dalam pembangunan pendidikan yang berkualitas, mengutamakan pendidikan penguatan karakter, serta bebas dari kekerasan.

“Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh penerima apresiasi, mulai dari pemerintah daerah, satuan pendidikan, hingga perguruan tinggi. Apresiasi ini adalah wujud penghargaan atas dedikasi dan komitmen Anda semua dalam menciptakan lingkungan belajar yang berfokus pada penguatan karakter,  inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua,” tutur Rusprita.

Para penerima penghargaan Apresiasi Cerdas Berkarakter untuk kategori Pemerintah Provinsi Cerdas Berkarakter adalah 1) Pemerintah Provinsi Jawa Timur, 2) Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, 3) Pemerintah Provinsi Riau, 4) Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, dan 5) Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, kategori Pemerintah Kabupaten Atau Kota Cerdas Berkarakter adalah 1) Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, 2) Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, 3) Kota Bontang Provinsi Kalimantan Timur, 4) Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur, dan 5) Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Kemudian, kategori Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal Cerdas Berkarakter adalah 1) Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2) Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, 3) Kabupaten Kepulauan Tanimbar Provinsi Maluku, 4) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung, dan 5) Kabupaten Sumba Tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Trending