Internasional

Indonesia dan Norwegia Sukses Menyelenggarakan Development Leaders Conference ke-6

Published

on

Development Leaders Conference (DLC) ke-6 bersama Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) dan Center for Global Development (CGD), di Oslo (Dokumentasi : KBRI Oslo​, @kemlu.go.id)

Oslo, Norwegia, goindonesia.co – Indonesia dan Norwegia menjadi jembatan penghubung untuk kerja sama pembangunan internasional melalui penyelenggaraan Development Leaders Conference (DLC) ke-6 bersama Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) dan Center for Global Development (CGD), di Oslo (24-25/10). 

Pertemuan tersebut menjadi wadah diskusi pemersatu antara negara anggota DAC (Developments Assistance Countries) yang sebagian besar negara maju dengan negara donor baru (emerging donors) yang sebagian besar negara berkembang. Kepemimpinan Indonesia dalam pertemuan tersebut menjadi cermin pengakuan internasional atas peran dan kontribusi Indonesia sebagai new emerging donor.

Indonesia tidak lagi hanya menjadi negara penerima, saat ini Indonesia juga telah menjadi negara yang dapat mendukung pembangunan internasional dengan menekankan keseimbangan dan membangun kepercayaan. “Kesetaraan dalam kemitraan, saling menguntungkan, dan dialog untuk membangun rasa percaya adalah kunci untuk memajukan kerja sama pembangunan global”, tekan Direktur Jenderal Siti Nugraha Maulidiah dalam sambutannya sebagai co-host. Turut hadir dalam pertemuan tersebut adalah Duta Besar RI untuk Norwegia, Teuku Faizasyah. 

Penyelenggaraan DLC membahas beberapa hal, yaitu peningkatan beban bagi negara berkembang untuk pembayaran bunga utang yang melemahkan pembiayaan pembangunan; pergeseran trend penyaluran official development assistance (ODA), dari program pengentasan kemiskinan ke isu perubahan iklim; dialog donor dan penerima bantuan membangun kepercayaan; dan pentingnya kesetaraan kemitraan (equal footing) guna meningkatkan kepemilikan dari negara penerima bantuan.

Sebagai co-host yang merepresentasikan new emerging donors dan Global South, Indonesia menyoroti pentingnya intensifikasi dialog konstruktif antar negara, penguatan kemitraan global, serta perlunya inovasi pendanaan pembangunan. Indonesia juga memandang perlunya penguatan partisipasi emerging donors serta negara berkembang penerima hibah untuk memberikan perspektif yang berimbang. 

Dalam DLC ke-6, Indonesia mendorong untuk meningkatkan keterlibatan new emerging donor dan emerging market untuk memperkaya diskusi dari sudut pandang negara berkembang. Menutup pernyataannya, Direktur Jenderal Nining menyebutkan bahwa diperlukan kerja sama dari berbagai pihak dalam agenda pembangunan global untuk mengatasi disrupsi yang disebabkan oleh kontestasi politik kawasan dan membangun ketahanan bersama dalam menghadapi krisis di berbagai bidang.

DLC menjadi forum pembahasan kolektif aktor pembangunan internasional merespon tantangan global. DLC dihadiri perwakilan badan kerja sama pembangunan (traditional and emerging donors), lembaga pendanaan internasional, organisasi internasional, Non-Governmental Organisations (NGOs), dan think tank

Indonesia dan Norwegia memiliki posisi unik dalam memberikan kepemimpinan untuk dialog antar negara donor. Norwegia sebagai anggota DAC memberikan perspektif negara donor tradisional sementara Indonesia sebagai negara donor baru dapat membawa pandangan negara berkembang dan negara penerima donor dalam menjalin kerja sama pembangunan yang seimbang.

Pada sesi “Opportunities and Challenges on Trilateral Cooperation”, Delegasi RI memaparkan peran Indonesia dalam implementasi Agenda 2030 for Sustainable Development melalui Kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) yang menekankan:

1 .Pentingnya demand driven, solidaritas, kesetaraan dalam kemitraan, country ownership, dan pelibatan aktor kunci di tingkat lokal;

2 .Pentingnya dialog dan local wisdom dalam pelaksanaan kerja sama pembangunan internasional guna meningkatkan keberhasilan dan keberlanjutan program;

3 .KSST memobilisasi dukungan dana, keahlian, dan teknologi untuk negara-negara berkembang dan kurang berkembang;

4 .KSST berperan penting dalam memajukan kerja sama multi pihak yang dapat menciptakan kerja sama yang inklusif.

Sebagai co-host, Indonesia akan menjadi tuan rumah DLC ke-7 yang rencananya akan diselenggarakan di Bali, tanggal 12-13 Juni 2024. Pada pertemuan tersebut, Indonesia akan mendorong diskusi tematik yang lebih seimbang dengan mengusung kepentingan negara-negara berkembang atau Global South.

Indonesia telah berperan aktif dalam kancah kerja sama pembangunan internasional sejak masa awal kemerdekaan. Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 yang menjadi pondasi kerja sama pembangunan antar negara berkembang, atau yang sekarang dikenal sebagai kerja sama Selatan-Selatan (KSS).

*KBRI Oslo​, @kemlu.go.id

Trending

Copyright © 2021 goindonesia.co