Kabupaten

Urun Rembug Berantas Demam Berdarah

Published

on

PJB (Pemantauan Jentik Berkala) dan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) tingkat pedusunan (Foto : @mediacenter.slemankab.go.id)

Sleman, goindonesia.co – Bertempat di Pendopo Dusun Jamblangan Kalurahan Margomulyo, Jumat (26/4/2024), dilaksanakan pertemuan dalam rangka PJB (Pemantauan Jentik Berkala) dan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) tingkat pedusunan.

Kegiatan yang difasilitasi oleh Puskesmas Seyegan ini dihadiri oleh Tim Pelaksana P2P (Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit) Dinkes Sleman, Panewu Seyegan, kepala Puskesmas, Lurah Margomulyo, Babinsa/Babinkamtibmas, kader kesehatan, Jumantik dan tokoh masyarakat dari dusun Jamblangan dan Jingin.

Kegiatan dilaksanakan di 2 dusun tersebut karena dusun Jamblangan dan Jingin termasuk 2 dari 5 titik dengan jumlah kasus DB (Demam Berdarah) yang tinggi. Sehingga diharapkan kegiatan dalam rangka urun rembug warga tersebut bisa menjadi upaya pencegahan dan penanggulangan kasus DB yang semakin meningkat.

Jumarko dari Puskesmas Seyegan membuka pertemuan dengan menerangkan apa dan bagaimana kegiatan fogging dilaksanakan. Perlunya masyarakat diedukasi masalah fogging ini karena permintaan fogging yang gencar dari masyarakat begitu terjadi kasus DB di wilayahnya. 

“Sedangkan fogging sendiri bukan satu satunya penyelesaian masalah, mengingat dari kegiatan fogging sendiri mempunyai dampak ekosistem yang cukup besar. Racun yang dihasilkan dari fogging tidak saja membunuh nyamuk dewasa tetapi juga serangga bahkan binatang piaraan serta tanaman hias. Jadi fogging merupakan tindakan terakhir atas dasar kesepakatan dengan lingkungan,” terang Jumarko.

Sebelum diskusi, peserta yang hadir dibagi menjadi dua kelompok untuk melihat kondisi lingkungan yang berpotensi untuk berkembangnya jentik nyamuk. Dengan sampel beberapa rumah, inspeksi sanitasi dilaksanakan dengan melihat kolam ikan, ember, bak mandi, pot bunga dan tandon air.

Samino selaku Panewu Seyegan sebelumnya memberikan pengarahan bahwa untuk mengatasi dan mengantisipasi kondisi di lokasi perlu adanya tata kelola kebersihan lingkungan, peningkatan PSN, gerakan 3 M dan kader Jumantik diefektifkan.

Hal yang tidak kalah penting adalah pendekatan kepada warga dalam rangka mengedukasi pengelolaan lingkungan termasuk pengepul sampah yang ada di Jingin. Samino berharap hasil urun rembug ini tidak berhenti di tingkat forum saja tapi juga dibarengi aksi di lapangan.

Agung Purnomo, dari Dinkes Sleman menyampaikan bahwa DB yang disebabkan oleh virus dengan vektor nyamuk Aedes agepty tersebut tidak bisa diobati tapi bisa dicegah. Di Pemda Sleman sendiri ada beberapa kebijakan yaitu pemantauan jentik, gerakan satu rumah satu Jumantik dan PSN.

Margomulyo sendiri termasuk wilayah yang paling banyak Kasus DB nya yaitu 15 Kasus dari 26 Kasus yang ada di Seyegan. 

Menyinggung masalah pelaporan, Agung juga menambahkan bahwa KDRS (Kewaspadaan Diri Rumah Sakit), merupakan laporan sebagai alat pantau dari Rumah Sakit yang diteruskan oleh Dinas Kesehatan ke Puskesmas untuk melakukan PE ( Penyelidikan Epidemiologi) sehingga wilayah segera dapat melakukan tindakan Pencegahan dan penanggulangan.

Pengaktifan kader kesehatan utamanya Jumantik yang ada di setiap padukuhan juga menjadi prioritas. Hal itu juga disampaikan oleh Eko Puji Mulyanto selaku Lurah Margomulyo, bahwa Kalurahan sudah menyiapkan dana untuk operasional Jumantik tersebut dengan harapan pencegahan lebih diutamakan.

Sebagai penutup dari urug rembug warga tersebut akhirnya disepakati beberapa hal yaitu gerakan PSN digiatkan, fogging tidak efektif sebagai penanggulangan DB dan kebersihan lingkungan rumah tangga perlu ditingkatkan. (***).

*Media Center Sleman

Trending

Copyright © 2021 goindonesia.co