Pariwisata

Serunya Pengalaman Pertama Halal Beyond Borders di Taskent, Uzbekistan. 

Published

on

Masjid Tillya Sheikh (Foto : @bisniswisata.co.id)

*Wartawan bisniswisata.co.id, Hilda Ansariah Sabri

TASKENT, Uzbekistan, goindonesia.co: Perjalanan menuju Uzbekistan di mulai saat rombongan sudah berkumpul sejak jam 18.00 sore di Terminal 3 Airport Soekarno-Hatta untuk penerbangan dengan Uzbekistan Airways dengan nomor penerbangan HY542 Boing 787 CKG – TAS, Rabu sore lalu.

Uzbekistan Airways buka rute penerbangan langsung Jakarta-Tashkent setiap Rabu sejak 26 April 2023 setelah sempat terhenti karena pandemi COVID-19. Dengan bebas visa kunjungan wisata selama 30 hari bagi warga negara Indonesia (WNI), kita dapat menyaksikan langsung sejarah peradaban Islam di Uzbekistan. Negara yang terletak di Asia Tengah itu merupakan rumah bagi sejumlah situs bersejarah, termasuk kota kuno Samarkand dan Bukhara.

Saat berjalan kaki ke gate 1 C di Soetta yang memakan waktu 16-20 menit setelah pemeriksaan imigrasi, saya jadi senyum-senyum sendiri karena ingat tadi petugas imigrasi yang ramah sempat mewawancarai saya dan rekan media yang lain, Gunawan Yasni, saat pemeriksaan paspor.

Melihat rombongan yang begitu banyak sekitar 70 orang, kedua petugas yang bersebelahan saling tik tok melempar pertanyaan dan kami jawab dengan singkat soal kunjungan bertajuk Halal Beyond Borders ( HBB) yang membawa misi dagang pariwisata dan industri kreatif sekaligus mempererat hubungan ke dua negara.

Tak heran anggota delegasi ada kalangan asosiasi pariwisata, Aprindo, para desainer, pengusaha UMKM, media, pejabat dan perwakilan instansi pemerintah bahkan kalangan akademisi diwakili bunda Siti Nur Azizah, Wakil Rektor Universitas Surabaya yang juga putri ke empat Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, tokoh Halal Industri di Indonesia dan  Euis Amalia mewakili UIN Jakarta.

Rombongan kami yang sudah memakai nametag memang mudah dikenali sehingga proses imigrasi berjalan lancar jaya. Saat menunggu keberangkatan bak seorang pengamat, saya sudah berkesimpulan rombongan ini bakal asik apalagi sebelumnya mbak Fahamah Syarifa dari IHLC sudah membuat Whatsapp Grup ( WAG) HBB. 

Pengusaha UMKM memang jangan pintar bisnis doang, sebaiknya pro aktif dan tidak pelit berkomunikasi supaya sukses melakukan network ya. Hal yang membuat saya senang diantara kami ada yang berprofesi ustad dan pebisnis jadi bisa sharing time soal bisnis dan sejarah Islam dong seperti yang saya lakukan pada ustad Abdul Muta’ali yang juga mewakili brand kami.

Saat keluar dari bandara Islam Karimov Tashkent International Airport, suasananya seperti Airport Kemayoran tahun 1960 an waktu saya kecil. Hiruk pikuk penjemput, supir taksi dan penjual jasa lainnya bergerombol di batasi pagar. Sebagian penumpang pesawat asal Uzbekistan agaknya pulang umroh karena membawa kemasan air zam-zam. 20 menit kemudian dari airport sudah check-in di City Palace Hotel, Taskent.

Sebagai ibu kota negara pemandangan subuh yang sudah terang benderang itu memperlihatkan kondisi kota yang tenang serasa suasana kota Surabaya kalau di Indonesia. Cuma jalan-jalan kotanya cukup lebar sisa pengaruh jajahan Soviet yang belum hilang dari bentuk bangunan yang tergolong sederhana.

Tiba di hotel, anggota rombongan tiba-tiba sibuk dengan mengisi konten untuk media sosialnya, tak terkecuali teman baru, ustad Abdul Muta’ali yang mengupas singkat kenapa gadis-gadis Uzbekistan cantiknya di atas rata-rata.

“Buah-buahan dan tidak minum es adalah satu dari rahasia kesehatan dan kecantikan gadis-gadis negeri bekas pecahan Soviet ini. Tepat ketika Al Quran QS Al Waqiah ayat 20-22 menyuruh kita memperbanyak konsumsi buah dan mendahulukannya ketimbang makanan yang lain,” ujarnya di instagram. 

Jadwal pertama di hari kedatangan ini adalah makan siang di Besh Qozon Pilaf Center, Di jalan Nurafshon ko’chasi, Taskent. Kalau suka lihat di Youtube atau brosur wisata gambar makanan tradisi Uzbek maka acara makan siang kami adalah Plov atau suka disebut Osh, mirip-mirip nasi kebuli.

Terik matahari yang super membuat penjual ice cream di pintu masuk lebih jadi perhatian dan begitu masuk ruangan dua lantai ternyata bisa nampung ratusan orang sekaligus seperti di halaman restorannya. Seperti restoran di Indonesia, ada spot-spot foto juga seperti dinding penuh hiasan piring keramik yang indah di luar ruangan serta wajan raksasa tempat mengolah plov nasi dengan potongan daging kambing yang bisa dikunjungi tamu.

City tour dilanjutkan ke kompleks Hazrati Imam yang populer disebut Khast-Imam.  Alun-alun ini terletak di jantung kota tua, yang bertahan setelah gempa terkuat tahun 1966. Kompleks ini dibangun di dekat tempat pemakaman Imam Tashkent pertama – Kaffal ash Shashi, yang merupakan seorang ulama dan tokoh agama.

Kompleks ini terdiri dari masjid Tillya Sheikh, Mausoleum Abu Bakr Kaffal Shashi, madrasah Barak Khan, dan Institut Islam Imam al-Bukhari. Ada perpustakaan untuk pengunjung, di mana sejumlah besar literatur manuskrip timur disimpan, serta Alquran dari Khalif ketiga – Osman yang disimpan secara terpisah.  

Mushaf Al-Qur’an tertua yang disusun oleh Khalifah Utsman bin Affan pada Abad ke-7 ini menjadi kitab suci kuno yang berukuran cukup besar dan terdiri dari 353 lembar perkamen. Sayangnya ada larangan memotet musyaf  Alquran itu yang dibawa ke Uzbekistan pada masa Amir Temur.  

Para ilmuwan dari Rusia telah mempelajari buku tersebut dan memastikan keasliannya. Berbagai tanaman eksotis dibawa ke dalam kompeks inil.  Bangau bersarang di sini dari musim semi hingga musim gugur.  Khast-Imam terlihat sangat cantik di malam hari, saat wilayahnya diterangi oleh lentera dan menciptakan ilusi dongeng oriental.

Memasuki kompleks ini jangan sekedar berfoto ria, perhatikan hiasan seni keramik warna-warni dipadu ukiran-ukiran kayu di berbagai bangunan yang ada. Setelah gerbang madrasah yang kini diisi dengan para penjual souvenir mulai dari baju-baju dan kain sutera hingga piring-piring hiasan khas Uzbekistan. Perhatikan bagian atas dinding-dinding gerbang dengan potongan ayat -ayat Al-quran dalam seni keramik yang tinggi dan sangat indah.

Takjub dan bersujud lama-lama menjadi kenangan terindah peserta maupun saya pribadi saat sholat di mesjid. Bangunan baru masjid Hazrat Imam telah didirikan pada tahun 2007. Struktur masjid terdiri dari masjid itu sendiri, dan dua menara dalam gaya abad XVI. 

Saking indahnya, saya tak mampu untuk menggambarkan atap dalam dome mesjid itu dalam rangkaian kalimat. Wajar seperti perjalanan spiritual umroh, air mata akan turun deras tanpa sanggup mengucapkan sepatah kata kecuali berzikir Asmaul Husna. Terima kasih Ya Rabb atas kunjungan ke negri tempat tinggalnya para sahabat Nabi kami Muhammad SAW.

Tujuan selanjutnya adalah Chorsu Bazaar juga disebut charsu bazaar, adalah pasar tradisional yang terletak di pusat kota tua Tashkent, ibu kota Uzbekistan. Di bawah bangunan kubah berwarna biru dan area sekitarnya, semua kebutuhan sehari-hari dijual.

Sapta Nirwandar, ketua rombongan bersemangat mengajak rombongan menjelajah pasar tradisional yang bersih ini yang menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari dan menjadi magnet kunjungan wisatawan mancanegara pula. Saking akrabnya para pedagang dengan turis, saya langsung disambut seorang pria yang sedang ngadem di halaman pasar.

Peserta yang terdiri dari para pengusaha UMKM bisa langsung melihat peluang bisnis untuk memenuhi pasar Uzbekistan. Apalagi fungsi pasar bukan sekedar jual-beli tapi juga tempat berkumpulnya masyarakat setempat bersosialisasi dan bisa mengetahui kehidupan sehari hari sekaligus kebudayaan sebuah kota juga bisa menemukan makanan – makanan yang harganya murah dengan rasa otentik.

” Assalamualaikum, kalian darimana asalnya? dari Malaysia atau Indonesia?,” tanyanya. Begitu mendengar dari Indonesia dia langsung berdiri bak menyambut saudara tua lalu mencoba mengucapkan beberapa kata Indonesia dan bilang senang bertemu dan sampai jumpa.

Lebih satu jam eksplore pasar tradisional akhirnya diputuskan kembali ke hotel supaya bisa beribadah shalat Magrib di kamar hotel. Kalau sudah begini biasanya rombongan jadi merepotkan Bobby Naedi Sofyan, Chief  Executive Officer IHLC. Soalnya dia tidak segan-segan mengontrol satu-satu peserta dari dua bus yang ada. Seperti sang bosnya, Sapta Nirwandar, Ketua IHLC, turun lapangan happy saja dilakukan dengan bos milenial ini.

Namun perjalanan udara panjang Jakarta- Tashkent dan jeda beberapa jam istirahat tanpa tidur nyenyak membuat saya kehilangan momen makan malam dan ke Taskent Fountain, kawasan baru kota Tashkent. Saat terjaga rombongan sudah berangkat dan tanpa basa basi melanjutkan tidur lagi.. good night….. (***)

*@bisniswisata.co.id

Trending

Copyright © 2021 goindonesia.co