Connect with us

Pariwisata

Desa Tete Batu Lombok Wakili Indonesia dalam Kompetisi Internasional

Published

on

Sumberfoto: Kumparan.com

GoIndonesia.co – Kabar gembira datang dari Tete Batu, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa wisata tersebut akan mewakili Indonesia dalam kompetisi Best Tourism Village 2021 yang diadakan oleh United Nation World Tourism Organisation (UNWTO).

Desa wisata Tete Batu telah dipastikan keikutsertaannya setelah melengkapi seluruh dokumen persyaratan kompetisi yang dibutuhkan dan didaftarkan melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

“Artinya Desa Wisata Tete Batu-Lombok telah secara resmi mendaftar melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, sesuai ketentuan lomba Kemenparekraf atas nama pemerintah pusat, berhak mendaftar ke UNWTO,” kata Yusron Hadi, Kepala Dinas Pariwisata NTB.

Dalam persiapan menuju kompetisi, tim Kabupaten Lombok Timur pun telah menyiapkan beragam kelengkapan data termasuk sejumlah film pendek yang menggambarkan keindahan serta daya tarik Tete Batu.

Ahyak Aminuddin, Ketua Asosiasi Desa Wisata NTB, menjelaskan bahwa Tete Batu memang layak mewakili Indonesia di ajang tersebut karena merupakan tonggak awal berdirinya desa wisata di Lombok Timur.

“Tete Batu sudah lama menjadi pusat akomodasi bagi wisatawan asing yang singgah di Lombok Timur. Tete Batu juga menjadi motivator berdirinya desa wisata lainnya seperti Kembang Kuning, Jeruk Manis,” lanjut Ahyak.

Desa wisata Tete Batu

Tete Batu berada di Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk sampai di desa ini, kurang lebih butuh waktu dua jam berkendara dari Kota Mataram atau sekitar 45 km dari Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid alias bandara Lombok.

Desa wisata ini menjadi salah satu tempat yang cocok untuk menikmati keindahan persawahan dan pegunungan. Berada di kaki Gunung Rinjani, Tete Batu menawarkan kawasan pedesaan yang tenang dan sejuk dengan pemandangan serba hijau. Tete Batu juga sering disebut-sebut sebagai Ubud-nya Lombok.

Kawasan ini merupakan salah satu desa wisata tertua di NTB dan menjadi tempat wisata favorit sejak zaman kolonial Belanda. Saat itu, para pejabat Belanda sering menjadikan Tete Batu sebagai tempat beristirahat karena cenderung asri dan pemandangannya indah.

Tak mengherankan kenapa desa ini begitu sejuk. Sebab lokasinya berada di ketinggian 700 mdpl dan rata-rata suhu udaranya saat siang sekitar 29 derajat Celsius dan menjadi 23 derajat Celsius pada malam hari.

Tete Batu pun menjadi jalur pendakian menuju Gunung Rinjani. Di sana terdapat fasilitas yang menunjang kunjungan wisata, seperti penginapan dan rumah makan.

Daya tarik wisata Tete Batu

Mengunjungi Tete Batu merupakan waktu yang tepat untuk menikmati keindahan alam yang disuguhkan. Seperti berjalan-jalan di kawasan persawahan Ubud, di sana pun wisatawan bisa menjelajahi area sawah dan sekitaran kaki gunung. Banyak pencinta fotografi berkunjung pada sore hari untuk memotret suasana senja hingga matahari terbenam dengan latar belakang Gunung Rinjani yang memukau.

Selain menikmati pemandangan sawah dan gunung, wisatawan juga melakukan pengamatan burung dan berkunjung ke monkey forest. Pun terdapat beberapa objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi, seperti Air terjun Ulem-Ulem, Air terjun Burung Walet, Air Terjun Kokok Duren, Air Terjun Seme Deye, dan Air terjun Jeruk Manis. Perjalanan menuju air terjun akan melewati area perkampungan dan persawahan berundak.

Wisatawan juga bisa berkeliling desa dan melihat-lihat perkebunan kopi, cokelat, cengkeh, hingga vanila milik masyarakat setempat. Memang Tete Batu juga dikenal sebagai desa dengan perkebunan tanaman holtikultura. Salah satu komoditas andalannya ialah buah pala yang salah satu olahannya dijadikan manisan untuk oleh-oleh. (Dian Afrillia)

Pariwisata

Desa Wisata Kedabu Rapat, Sajikan Sensasi Kopi Liberika di Pulau Terdepan

Published

on

Desa Wisata Kedabu Rapat (Foto : @mediacenter.riau.go.id)

Pekanbaru, goindonesia.co – Bagi pelancong yang ingin berlibur akhir tahun, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau bisa menjadi rekomendasi pilihan wisata. Pasalnya, di sini ada perkebunan kopi di tepi pantai. Jauh dari hiruk-pikuk metropolitan. 

Di Kepulauan Meranti, wisatawan bisa menikmati hamparan bakau, sembari diterpa semilir angin sepoi-sepoi. Hilir mudik burung elang melintas di cakrawala. Tatapannya membidik ikan-ikan di permukaan laut. 

Daerah ini merupakan penghasil kopi jenis liberika. Lokasi kebun kopi terhampar luas di Desa Wisata Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, Pulau Rangsang. Kawasan ini merupakan pulau terdepan dan terluar di wilayah timur Indonesia. Berbatasan langsung dengan negara jiran Malaysia. 

Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Riau telah memberikan apresiasi desa wisata tahun 2023 untuk Desa Wisata Kedabu Rapat. Kegiatan ini sebagai ajang apresiasi dari Pemerintah Provinsi Riau kepada desa wisata di wilayah setempat. 

“Desa Wisata Kedabu Rapat, Kabupaten Kepulauan Meranti meraih juara unggulan 2 dalam ajang apresiasi desa wisata, kategori souvenir,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, Rabu. 

“Desa Kedabu Rapat berbatasan langsung dengan Malaysia. Dengan didukung kondisi pantai yang ada, sangat memungkinkan perkebunan kopi di daerah ini dijadikan sebagai Agro Wisata,” imbuhnya. 

Roni Rakhmat optimistis, bahwa sektor pariwisata mampu membantu menciptakan potensi ekonomi lokal yang berkelanjutan serta mendukung pembangunan di daerah. Menurutnya, potensi wisata yang ada di desa harus bisa dioptimalkan. “Bisa dijadikan suatu objek wisata, sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dalam mengelola desa wisata,” ucapnya. 

Sementara, Master Asesor Pariwisata, Osvian Putra menilai Desa Wisata Kedabu Rapat masih pada tingkatan desa wisata rintisan. Meski begitu, memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan. Apalagi desa ini berbatasan langsung dengan Selat Malaka.

“Kelebihan Kedabu Rapat, yang pertama adalah desa pada pulau terluar Indonesia. Pantainya berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Di sana juga punya kebun kopi Liberika yang luas dan fasilitas pengolahannya,” katanya.

Menurut dia, pantai di Kedabu Rapat cocok untuk mencari pengalaman baru. Namun, di sana belum tersedia fasilitas penginapan. “Kami mengkategorikan Kedabu Rapat sebagai Desa Wisata Rintisan. Pantainya itu yaa, seperti kebanyakan pantai di pesisir timur Sumatra,” jelasnya. 

Meski masih dikategorikan desa wisata rintisan, namun produksi Kopi Liberika Kedabu Rapat menjadi komoditas asli Indonesia. Memiliki keunikan dan ciri khas. Ukuran buahnya lebih besar daripada buah kopi arabika maupun robusta. 

Kopi ini dibudidayakan oleh petani setempat di atas lahan gambut. Luas lahannya berkisar 1.246 hektare, dengan hasil produksi mencapai 1.710,422 ton per tahun.

Di Kedabu Rapat, Kopi Liberika merupakan tanaman tumpang sari yang tumbuh bersama dengan pohon lainya, seperti pohon pinang dan pohon kelapa. Satu pohon kopi bisa menghasilkan 12 kilogram hingga 20 kilogram biji kopi. Petani kopi di Desa itu, selain bisa menghasilkan kopi, mereka juga bisa menikmati hasil panen buah kelapa dan buah pinang.

Menurut sejarah, kopi Liberika adalah kopi yang berasal dari wilayah Liberia, Afrika Barat. Tumbuhan ini dibawa  Belanda ke Indonesia pada abad ke-19, dan dikembangkan untuk menggantikan tanaman Arabika yang terserang wabah penyakit.

Masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, pada awalnya mengenal kopi Liberika dengan sebutan nama kopi Sempian. Di Indonesia, kopi Liberika bisa ditemukan di wilayah Provinsi Riau dan Jambi. Tumbuh di lahan gambut dan ada sebagian lagi  tumbuh di tanah mineral.

Kebun Kopi Liberika di desa Kedabu Rapat, lokasinya tidak jauh dari tepian pantai. Berdasarkan hasil tes dari berbagai badan penelitian, Kopi Liberika Meranti memiliki aroma dan ciri khas tersendiri yaitu memiliki aroma coklat dan rasa buah nangka. 

Kopi Liberika Meranti telah di hak patenkan melalui Indikasi Geografis (IG) yang dikeluarkan oleh Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, nomor IG. 00.2014.000014. Indikasi Geografis ini adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan atau produk yang dihasilkan. (***) 

*(Mediacenter Riau)

Continue Reading

Pariwisata

Mengulas Pesona 5 Destinasi Wisata di Rohul Riau

Published

on

Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC), Pasir Pangaraian, Rohul, Riau (Foto : @mediacenter.riau.go.id)

Pekanbaru, goindonesia.co – Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Provinsi Riau, memiliki beragam destinasi wisata yang berpotensi untuk digandrungi banyak wisatawan. Destinasi wisata yang bisa didatangi bisa berupa wisata alam, religi, hingga sejarah.

Jika wisatawan ingin mengulik destinasi wisata sejarah, Benteng Tujuh Lapis merupakan lokasi yang cocok untuk disambangi. Seperti namanya, benteng ini terbuat dari tujuh lapis dinding tanah. Lokasinya, berada di Desa Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai.

Benteng Tujuh Lapis merupakan peninggalan Tuanku Tambusai. Ia adalah seorang ulama sekaligus pejuang kemerdekaan dari Riau. Benteng ini seakan menjadi saksi bisu akan perjuangan Tuanku Tambusai dan pasukannya dalam bertahan menghadapi serangan penjajahan Belanda. 

Benteng Tujuh Lapis (Foto : @mediacenter.riau.go.id)

Benteng Tujuh Lapis telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Kemendikbudristek pada 28 Juni 2023. Kini kawasan itu, bernama Kampung Pertahanan Tuanku Tambusai. 

Benteng tersebut dibuat dengan material tanah liat yang diambil dari tepian Sungai Batang Sosa, Tambusai, di kerjakan oleh masyarakat Dalu-Dalu dengan waktu yang cukup lama. Sewaktu terjadi perang paderi yang dipimpin Tuanku Tambusai, Benteng Tujuh Lapis ini menjadi tempat melanjutkan perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Sawah Koto (Foto : @mediacenter.riau.go.id)

Destinasi lainnya yang dapat menjadi pilihan wisatawan saat saat berkunjung ke Rohul adalah Sawah Koto. Lokasinya berada di Desa Rokan Koto Ruang, Kecamatan Rokan IV Koto. Destinasi ini menawarkan hamparan pematang sawah yang dapat memanjakan mata wisatawan. Hamparan sawah padi terbentang sejauh mata memandang. Luasnya mencapai 3 hektare, merupakan tanah milik keturunan Raja Rokan. 

Di sini pelancong tidak perlu bersusah payah turun ke sawah hingga terkena lumpur. Sebab lokawista ini memiliki bangunan jembatan kayu panjang di atas hamparan persawahan. Wisatawan bisa menikmati hijaunya persawahan, sembari memilih lokasi untuk berswafoto. 

Di Rokan Hulu juga ada lokawista yang menawarkan sumber air panas alami, yakni objek wisata Hapanasan. Lokasinya berada di Kecamatan Rambah, jaraknya sekitar 9 kilometer dari Ibu Kota Rohul, Kota Pasir Pengaraian. 

Air panas alami yang mengalir di sini sangat jernih. Pelancong bisa berenang atau sekadar merendamkan kaki. Warga setempat meyakini, air panas Hapanasan bisa untuk terapi kesehatan kulit dan tubuh dengan suhu air yang bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan.

Di sini wisatawan bisa rileks. Ditambah lagi suasana di sekeliling kolam air panas ditumbuhi pepohonan rimbun. Keberadaan pepohonan besar ini tempat bermain burung-burung berkicau. Panorama ini menambah kenikmatan bagi pengunjung jika memilih destinasi wisata ini sebagai tujuan berwisata.

Kemudian, destinasi wisata lainnya di Rohul yaitu Air Terjun Aek Martua. Lokawisata ini berada di Dusun Huta Padang, Kecamatan Bangun Purba, Rokan Hulu, Provinsi Riau.

Air Terjun Aek Martua memiliki tiga tingkat air terjun. Setiap tingkat memiliki ukuran dan ketinggian yang berbeda. Tingginya ada yang berkisar 15 meter hingga 40 meter. Untuk mencapai air terjun ini, wisatawan harus berjalan kaki melintasi ribuan anak tangga. Sehingga, banyak pengunjung kerab menyebut air terjun ini dengan sebutan Air Terjun Tangga Seribu. 

Di sini wisatawan bisa bermain air di lokasi air terjun pertama, hamparan bebatuan berlumut menjadi pemandangan eksotik di tempat ini. Sementara di lokasi air terjun kedua terdapat cekungan kolam. Tinggi air terjun di sini berkisar 40 meter. Pengunjung harus memiliki keahlian panjat tebing untuk menuju air terjun tertinggi tersebut.

Di sekeliling air terjun ini ditumbuhi pepohonan asri. Begitu mengagumkan, menawan, memanjakan mata memandang. Ditambah dengan perpaduan bebatuan cadas yang alami. Pemandangan ini mampu memikat wisatawan.

Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung harus melewati hutan lindung sejauh 3 km. Diperlukan kondisi fisik yang bugar untuk melewatinya. sebab trek yang dilalui terdiri dari tanjakan dan turunan yang lumayan curam. Banyak menguras tenaga. 

Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC) (Foto : @mediacenter.riau.go.id)

Destinasi wisata lainnya adalah Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC).  Masjid yang diresmikan pada 6 Agustus 2010 itu, merupakan ikon Kabupaten Rohul. Masjid ini terletak di Jalan Tuanku Tambusai Kilometer 4, Rambah, Rohul.

MAMIC berdiri megah di lahan seluas 22 hektare. Luas bangunannya 15.800 meter persegi. Sehingga mampu menampung 20.000 jemaah. Merupakan satu di antara masjid terbesar di Riau dengan arsitektur yang megah. Masjid ini menjadi salah satu tempat wisata religi favorit yang dapat menyejukkan hati dan menyegarkan jiwa bagi umat islam di Riau dan sekitarnya.

Arsitektur yang digunakan megadopsi masjid modern bergaya arabian. Di atap bangunan utama terdapat kubah besar berdiameter 25 meter. Diapit dengan empat menara yang tingginya 66.66 meter di setiap sudut bangunan masjid.

Di masjid ini terdapat pula menara Asmaul Husna, tingginya 99 meter yang terbuka untuk umum dan bisa dicapai dengan menggunakan lift yang akan didampingi oleh pemandu. Dari dek pemandangan dibalik kaca bening, terpampang pemandangan Kota Pasir Pengaraian.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengatakan, Kabupaten Rokan Hulu adalah bentang harapan, menyuguhi kecantikan alam, keunikan kultur, bersatu dalam harmoni. Menyimpan sejarah, ragam peninggalan, kuliner, dan permainan anak negeri. 

“Rokan Hulu termasuk berada di barisan terdepan dalam merespon dunia kepariwisataan. Paling menarik, tentu saja, bagaimana ia dikelola tanpa meninggalkan kearifan lokal. Dari Benteng Tujuh Lapis, terus ke Bukit Suligi. Adapula Air Terjun Aek Martua, MAMIC, dan Pemandian Air Panas Hapanasan,” ucapnya, Senin. 

Lebih lanjut Roni menuturkan, ada persepsi tentang kepariwisataan yang terus tumbuh. Insan pariwisata di Rohul terus mencoba membuka kawasan wisata baru. Harapan mereka, suatu hari nanti, desa itu menjadi bagian dari denyut kepelancongan, Rohul memang luar biasa,” tuturnya. 

Ia menambahkan, pariwisata, memang menjanjikan nilai ekonomi, sekaligus merangsang pelakunya dalam melestarikan alam, mempertahankan budaya atau hal-hal positif lainnya.

“Hari ini, yang kita perlukan sesungguhnya tak banyak, hanya sebentuk rasa percaya diri, visi yang kuat, cara mengelola, disusul langkah seayun. Dinas Pariwisata Provinsi Riau, membuka pintu selebar-lebarnya. Mari kita sering-sering berdiksusi. Sering-seringlah kita ini bekerja sama,” ajaknya.

Roni Rakhmat mengakui, bahwa pertumbuhan sektor pariwisata di Rohul terus berkembang. Hal ini tak lepas dari komitmen pemerintah daerah setempat dan dukungan insan pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang terus menggenjot kemolekan di daerah itu. 

“Kabupaten Rohul terus membuktikan komitmen untuk memajukan sektor parekraf. Pengelolaan destinasi wisata di sana mampu memikat wisatawan. Destinasi wisata ini juga diharapkan berdampak positif pada masyarakat setempat dan UMKM,” tandas Roni.  (***)

*(Mediacenter Riau)

Continue Reading

Pariwisata

Menparekraf Dorong Kabupaten Banggai Hadirkan Event Sport Tourism Perkuat Daya Tarik Wisata

Published

on

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat olahraga pagi bersama komunitas pelari Banggai sekaligus mengeksplorasi sejumlah destinasi di Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu (3/12/2023). (Foto : @kemenparekraf.go.id)

Banggai, Sulawesi Tengah, goindonesia.co – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mendorong pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Kabupaten Banggai berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk dapat menghadirkan event sport tourism untuk menarik minat wisatawan berkunjung. 

Menparekraf Sandiaga usai melakukan olahraga pagi sekaligus mengeksplorasi sejumlah destinasi di Banggai, Minggu (3/12/2023), mengatakan atraksi yang dapat dihadirkan di antaranya wisata berbasis olahraga (sport tourism). Seperti olahraga yang dilakukan Menparekraf Sandiaga bersama Bupati Banggai Amirudin dan ratusan masyarakat Kabupaten Banggai pada Minggu pagi. “Banyak destinasi yang dapat dimaksimalkan untuk sport tourism,” ujar Menparekraf Sandiaga.

Dalam kesempatan itu, Menparekraf Sandiaga berolahraga lari sejauh kurang lebih 8 kilometer dari Kilo 5 menuju destinasi Air Terjun Piala. Dari titik start di pinggir pantai, Menparekraf Sandiaga menyusuri jalanan utama Banggai kemudian berbelok menuju air terjun dengan elevasi yang cukup tinggi sekitar 300 meter. “Medannya sangat menantang dan saya merasakan sensasi yang luar biasa, karena finishnya di air terjun yang sangat indah,” kata Sandiaga yang setelahnya juga menyempatkan diri untuk berenang di sekitar Pantai Kilo 5. Menparekraf kemudian memberi tantangan pelaku parekraf di Banggai untuk menjadikan rute yang dijalani itu dapat dijadikan inspirasi untuk kegiatan sport tourism. 

Terlebih lokasi Air Terjun Piala berada di wilayah yang telah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata. “Tahun depan (desa wisata) ini yang sudah masuk dalam 4.753 jaringan desa wisata (Jadesta), kita akan tingkatkan promosinya dan mudah-mudahan menembus 75 besar sehingga akan kita promosikan ke seluruh dunia dengan salah satu daya tariknya adalah pariwisata berbasis olahraga,” kata Sandiaga.

Pemberdayaan UMKM

Dalam kesempatan itu Menparekraf Sandiaga juga meninjau pelaku UMKM “Toko Wahyu” yang memproduksi berbagai makanan ringan. Ia melihat geliat UMKM di Kabupaten Banggai pada umumnya sudah cukup baik. Terlihat dari beberapa produknya, bukan hanya dipasarkan secara nasional tapi juga internasional. “Tapi memang masih perlu banyak peningkatan khususnya dari segi pengemasan. Dan ini yang akan kita dampingi sehingga pendapatan dari UMKM ini akan bertambah,” kata Sandiaga.

Berkolaborasi dengan Pemkab Banggai dan kementerian/lembaga terkait, Kemenparekraf juga akan mendorong hadirnya jaringan gas rumah tangga sehingga dapat memberi kemudahan bagi UMKM setempat dalam berproduksi. “Itulah yang kami dorong, sehingga mudah-mudahan Kabupaten Banggai bisa menjadi kabupaten yang berkah, pendapatan masyarakat bertambah, harga-harga murah,” kata Menparekraf Sandiaga. (***)

*Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf RI.

Continue Reading

Trending