Dunia

Shahar Perets Tolak Wamil Israel, Tak Mau Konfrontasi dengan Warga Jalur Gaza

Published

on

Jakarta, Goindonesia.co – Remaja perempuan asal Israel bernama Shahar Perets dijebloskan ke penjara oleh Akademi Militer Israel untuk yang ketiga kalinya. Hal ini lantaran Shahar menolak untuk mengikuti program wajib militer (wamil) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Israel. Keputusannya tersebut menyebabkan dirinya dianggap sebagai pengkhianat negara. 

Di Israel, terdapat program wajib militer (wamil), sebuah program sebagai bentuk bela negara dan menguatkan identitas nasional. Durasi program ini berlangsung dengan rentang waktu 2 tahun untuk perempuan dan 2,5 tahun untuk lelaki. Melalui program ini, warga negara diberi pendidikan dan pelatihan militer guna menjaga martabat dan keamanan negara.

Program ini wajib diikuti oleh para warga negara berusia 18 tahun yang merupakan pemeluk Yahudi dan Druze, serta para warga yang merupakan kelompok etnik dari Kawasan Kauskasus barat laut. 

Meskipun demikian, program ini tidak luput dari penolakan warga negara Israel sendiri. Faktor penolakan ikutserta dalam program wamil ini biasanya karena alasan medis, keluarga, dan agama. Namun, penolakan-penolakan ini lebih sering disampaikan secara tertutup.

Dikutip dari The New Arab, penolakan berbeda muncul dari remaja bernama Shahar Perets ini. Ia dengan lantang dan berani mengungkapkan penolakannya secara vokal. Alasan ideologis menjadi faktor utama Shahar lebih memilih dipenjara daripada mengikuti program wamil yang tidak sesuai dengan isi hatinya.

Shahar juga menolak keras atas tindakan penindasan atas rakyat di Jalur Gaza dan Tepi Barat, yang dilakukan oleh para angkatan militer. Shahar Perets tidak ingin menjadi bagian dari para militer tersebut.

Mengutip dari middleeastmonitor.com, tindakan Shahar yang terbuka ini membuatnya dicap sebagai pembelot dan tak acuh terhadap nasib warga Israel. Setidaknya, Shahar telah menjalani penjara, sebagai hukumannya, sebanyak tiga kali. Sanksi penjara diperoleh dirinya selama 18 hari.

Kemudian, pada kali kedua, durasi penjara yang harus dilakoninya yaitu selama 30 hari. Terpaksa, di ulang tahunnya yang ke-19, Shahar harus merayakannya di balik jeruji besi sembari menjalani masa hukuman penjara yang ketiga kalinya. 

Walaupun begitu, Shahar Perets tidak menyesali keputusannya menolak wamil di Israel itu. Menurutnya, pilihan yang ditetapkannya adalah hal benar. ”Penentangan yang terbuka ini termasuk bentuk penolakan revolusioner,“ kata dia, di middleeastmonitor.com pada 31 Oktober 2021.

Trending

Copyright © 2021 goindonesia.co