Politik

PDIP Ngaku Cocok dengan Gerindra, PAN, PPP, dan PKB

Published

on

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. Foto: Istimewa

JAKARTA , goindonesia — Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, kesamaan ideologi menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam membangun koalisi. Hasto mengaku, saat ini PDIP merasa cocok dengan sejumlah partai politik untuk berkoalisi.

Antara lain, Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Hasto mengaku sangat cocok dengan PAN setelah kepergian Amien Rais dari partai berlambang matahari terbit itu.

“Kami sama Partai Amanat Nasional sangat cocok untuk membangun kerja sama, terlebih setelah saya mendapat bisikan dari temen-temen PAN pasca-Pak Amien Rais tidak tidak ada di PAN, wah itu makin mudah lagi untuk membangun kerja sama politik,” kata Hasto dalam diskusi yang digelar Para Syndicate secara daring, Jumat (28/5) , seperti dikutip republika.co.id .

Hasto menambahkan, PDIP juga merasa cocok dengan PPP. Menurutnya, kesamaan nasib di era Orde Baru menjadi alasan kecocokan antarkeduanya. “Terbukti ketika Bu Mega dijodohkan oleh MPR dengan Pak Hamzah Haz, bisa bersahabat dengan baik,” ujarnya.

Selain itu, PDIP juga merasa ada kecocokan dengan PKB. Hasto mengeklaim, hal itu dibuktikan dengan adanya 101 kepala daerah PDIP yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Tidak hanya itu, Hasto juga mengungkapkan bahwa partainya membuka diri berkoalisi dengan Partai Gerindra.

“Kami membuka diri pernyataan dari Mas Muzani (Sekjen Gerindra) karena memang melihat bagaimana kedekatan hubungan antara Pak Prabowo dan Ibu Megawati Soekarnoputri karena selain aspek ideologi faktor kedekatan kultural, kedekatan organisasi, kedekatan basis massa, kedekatan dari aspek strategis untuk memperluas basis massa itu juga akan menjadi pertimbangan,” ujarnya.

Hasto berharap melalui koalisi yang dibangun ke depan energi bangsa tidak habis dalam kontestasi semata mata. Ia juga berharap agar pilpres ke depan hanya diikuti dua pasangan calon. “Jadi, tidak ada dua ronde supaya energi kita ini bisa difokuskan mengatasi berbagai persoalan,” ucapnya. (***)

Trending

Copyright © 2021 goindonesia.co