Ruang Publik

Bitcoin Makin Mirip Saham, Investor Cari Cuan di Koin Ini

Published

on

Foto: Infografis/Bandar Besar Uang Kripto Bitcoin/Arie Pratama

Jakarta, goindonesia.co – Seiring pergerakan aset kripto terjumbo bitcoin (BTC) perlahan mulai mendekati aset investasi arus utama, para investor kripto mulai mencari sumber ‘cuan’ berdaya ledak baru, yakni altcoin yang berbasis game dan dunia virtual atawa metaverse.

Asal tahu saja, altcoin atau alternative coin (koin alternatif) adalah istilah yang digunakan untuk semua aset kripto selain bitcoin. Altcoin sendiri ada berbagai jenis, mulai dari stablecoin, toke berbasis mining, platform, non-fungible token (NFT), metaverse, hingga berbasis staking.

Harga BTC, termasuk koin nomor 2 Ether (ETH), masih dalam proses pemulihan setelah dihantam sentimen negatif terkait skeptisisme yang datang dari sejumlah otoritas keuangan sejak awal tahun ini.

Pagi ini, Rabu (9/2/2022), menurut data Coinmarketcap, harga BTC berada di level US$ 44.211,14/koin, naik 0,96% dalam 24 jam terakhir. Sebenarnya, pada Selasa siang kemarin (8/2), BTC sempat menyentuh US$ 45.257/koin.

Adapun, dalam sepekan, harga aset kripto tertua ini melesat 14,66%.

Kembalinya BTC ke level di atas US$ 41.000-an, membuat banyak pelaku pasar, sebagaimana dicatat Reuters, menyatakan akhir dari ‘musim dingin kripto’ (crypto winter).

Crypto winter adalah ungkapan yang mengacu pada tren bearish aset kripto yang sangat signifikan dan panjang. Hal tersebut pernah terjadi pada 2017 dan awal 2018 ketika BTC anjlok 80% dari level tertinggi sepanjang masa kala itu.

Saat ini, sejak menembus level tertinggi sepanjang masa pada 10 November 2021 di US$ 69.000-an, harga koin yang dikembangkan oleh seorang anonim bernama Satoshi Nakamoto ini masih ambles 35,93%.

Harga ETH juga mulai pulih di level US$ 3.126, atau melejit 12,73% dalam sepekan. Sebelumnya, pada 24 Januari 2022, token yang diciptakan Vitalik Buterin dan Joe Lubin ini sempat ambles ke US$ 2.199.

Melansir Reuters, seiring lonjakan harga dua koin paling dominan di pasar kripto tersebut tidak begitu ciamik akhir-akhir ini, koin dan token kripto anyar yang terhubung dengan platform virtual mengalami reli kenaikan luar yang tinggi di tengah narasi metaverse.

Secara sederhana, metaverse adalah dunia digital atau virtual (maya) yang menggabungkan beberapa elemen teknologi, seperti virtual reality (VR), augmented reality (AR) dan video hingga media sosial.

Token-token yang menjadi idola sejak heboh metaverse tahun lalu, di antaranya token yang digunakan dalam game Axie Infinity (AXS) dan dunia virtual 3 dimensi (3D) Decentraland (MANA).

Token AXS melesat 23,78% dalam sepekan dan MANA terkerek 28,86%.

Tidak hanya AXS dan MANA, The Sandbox (SAND) dan Gala (GALA) sudah melonjak masing-masing 20,15% dan 83,84% dalam sepekan.

Kendati, keempatnya masih lesu sejak awal tahun akibat amblesnya pasar kripto secara keseluruhan seperti yang disebut di atas.

Sebenarnya lesunya token metaverse cukup wajar karena pada tahun lalu token AXS meroket hingga 17.177%. Sementara, MANA dan SAND terbang 4.092,31% dan 16.150% sepanjang 2021.

‘Kegilaan’ metaverse terjadi seiring induk media sosial Facebook menyatakan akan masuk ke proyek metaverse seraya mengganti nama perusahaan menjadi Meta pada Oktober 2021.

“Ketika orang memikirkan kripto, mereka cenderung memikirkan bitcoin,” kata Ed Hindi, Kepala Investasi Hedge Fund mata uang kripto yang berbasis di Swiss, Tyr Capital kepada Reuters.

“Tapi ini mengabaikan fakta bahwa kripto bukanlah kelas aset satu risiko,” lanjut Hindi.

Pada Mulanya Adalah Bitcoin …

Kemunculan token metaverse ini adalah satu dari banyak inovasi dan diversifikasi jenis aset kripto altcoin akhir-akhir ini.

Seperti disebutkan di atas, altcoin adalah jenis token atau koin selain BTC. Bisa dikatakan, altcoin menjadi alternatif investasi selain bitcoin dan uang fiat pada umumnya.

Melansir berbagai sumber di internet, altcoin pertama diluncurkan pada 2011 atau selang dua tahun setelah bitcoin hadir di muka bumi. Nama altcoin tersebut Namecoin (NMC).

Pada dasarnya Namecoin mirip dengan Bitcoin karena bertumpu pada kode Bitcoin dan memiliki pasokan (supply) maksimum yang sama, yaitu 21 juta koin.

Menurut catatan Coinmarketcap, hingga 2013, bitcoin punya sedikit penantang. Dominasi pasar bitcoin (bitcoin dominance/dominasi bitcoin) pun sangat tinggi, yakni sekitar 94%.

Asal tahu saja, dominasi bitcoin mengacu pada rasio antara kapitalisasi pasar BTC dengan total kapitalisasi pasar (market cap) kripto (Lihat grafik di bawah ini).

Pada tahun itu, token ERC-20 besutan Ethereum belum ada. Ethereum, sebagai platform berbasis blockchain, dan token ETH sendiri baru ‘nongol’ pada 2015. Stablecoin (koin yang harganya dipatok terhadap, salah satunya, dolar Amerika Serikat/AS) Tether (USDT) juga mulai diperdagangkan pada 2015.

Semuanya mulai berbeda ketika memasuki 2017, ketika apa yang disebut ‘musim altcoin’ pertama di mulai.

Menurut penjelasan Coinmarketcap, pada Februari 2017, dominansi BTC mulai turun ke 85,4% (di mana ETH memiliki 5,7% dari total kapitalisasi pasar kripto dan XRP sekitar 1,1%).

Hanya dalam waktu 4 bulan, pangsa pasar BTC pun anjlok secara signifikan seiring serentetan penawaran koin awal (initial coin offering/ICO) yang turut melambungkan market cap kripto secara drastis.

Pada Juni 2017, dominasi BTC turun menjadi hanya 40%, seiring likuiditas pindah ke token berbasis ERC-20.

Sementara, kala itu, harga bitcoin jatuh setelah melesat ke US$ 19.000-an pada 2017. Pada Februari 2018 BTC ambles ke US$ 6.700-an.

Pada Januari 2018, dominasi Bitcoin berada di titik terendah sepanjang masa sebesar 32,8% seiring bear market dimulai. Sayangnya, musim altcoin juga resmi berakhir, seiring banyak investor pemula kehilangan banyak uang karena proyek ICO gagal.

Saat ini, menurut catatan Coinmarketcap, sudah ada 17.420 koin dan token di pasar kripto, dengan total market cap US$ 2,00 triliun.

Adapun, dominasi BTC sendiri mencapai 41,7%, naik setelah sempat ambles 39,30% pada 17 Januari 2022. Sementara, pangsa pasar ETH sebesar 18,6%. Ini artinya, selain BTC dan ETH, porsi altcoin lainnya ‘hanya’ sebesar 39,7%.

Singkatnya, beberapa investor mulai mencari altcoin untuk mendiversifikasi portofolio kripto mereka seiring bitcoin dan ether semakin mengikuti gerak pasar saham tradisional dan menjadi lebih sensitif terhadap perkembangan ekonomi makro secara umum.

Namun, catatan saja, dengan jumlah altcoin yang bejibun dengan sejumlah proyek ambisius yang ditawarkan, investor harus hati-hati dan mempelajari dengan cermat. Altcoin juga bisa berpotensi membawa kerugian yang sama besarnya dengan keuntungan yang ditawarkan.

Belum lagi, banyak altcoin kecil (koin ‘micin’ atau sebutan lainnya shitcoin atau koin tanpa proyek yang jelas) yang ternyata sebagai dalih dari scam atawa penipuan sang pengembang (developer). (***)

Trending

Copyright © 2021 goindonesia.co