Suasana kawasan Pantai Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Ahad (16/5). Kawasan itu tetap terlihat ramai meski akses masuk ke Pantai Pangandaran ditutup. Foto: Republika/Bayu Adji P
Wisata Pangandaran diharap buka pekan depan.
Pangandaran, goindonesia.co – Objek wisata di Kabupaten Pangandaran masih belum dibuka hingga Kamis (26/8). Pasalnya, daerah itu masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 hingga 30 Agustus. Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Irmendagri), objek wisata di daerah yang menerapkan PPKM Level 3 belum boleh dibuka.
Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata mengatakan, kasus Covid-19 di daerahnya sudah mengalami penurunan signifikan. Ia mengklaim, saat ini tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Kabupaten Pangandaran berada di angka 95 persen. Tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit juga telah turun.
“Namun, angka tracing dan testing kita dinilai masih rendah. Makanya masih Level 3,” kata dia saat dihubungi Republika, Kamis.
Ia mengaku sudah menginstruksikan jajarannya untuk memperbanyak upaya penulusuran (tracing) dan pengetesan (testing). Apabila angka tracing dan testing kepada masyarakat sudah baik, ia meyakini Kabupaten Pangandaran akan turun ke Level 2 dalam penerapan PPKM.
“Target saya, minggu depan kita bisa Level 2. Awal september paling lambat wisata sudah bisa kita buka,” ujar Jeje.
Ia juga mengingatkan kepada para pelaku pariwisata untuk mempersiapkan diri, terutama dalam penerapan protokol kesehatan (prokes). Sebab, penerapan prokes akan dilakukan secara ketat apabila objek wisata kembali dibuka.
Selain itu, pelaksanaan vaksinasi kepada pelaku pariwisata juga mesti dipercepat. Jeje ingin, seluruh pelaku pariwisata sudah menjalani vaksinasi ketika objek wisata di Kabupaten Pangandaran dibuka.
“Nanti yang belum divaksin tidak boleh jualan. Karena ini untuk kepentingan semua. Saya juga mencoba meyakinkan Gubernur dengan vaksinasi ini,” kata dia.
Jeje tak ingin persiapan jelang dibukanya kembali objek wisata dilakukan dengan main-main. Sebab, ia tak mau ada masalah usai objek wisata kembali dibuka.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran sempat melaksanakan vaksinasi yang menyasar pelaku pariwisata. Vaksinasi itu dilakukan di lima objek wisata utama, yaitu Pantai Pangandaran, Pantai Karapyak, Pantai Batu Hiu, Pantai Batukaras, dan Green Canyon. Namun, pelaksanaan vaksinasi di lima objek wisata itu dihentikan lebih awal lantaran sepi peminat.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Untung Saeful Rachman mengatakan, sepinya minat untuk vaksinasi di objek wisata bukan dikarenakan pelaku pariwisata tak mau divaksin. Menurut dia, para pelaku pariwisata mayoritas sudah menjalani vaksinasi di desa masing-masing.
“Selama ini vaksinasi yang digencarkan itu di tingkat desa dan kecamatan. Sementara pelaku usaha wisata mayoritas tidak diam di destinasi wisata, merkea tersebar. Jadi setelah kita cek, banyak pelaku parieisata yang sudah melaksanakan vaksinasi di tingkat desa,” ujar dia.
Namun, menurut Untung, pelaksanaan vaksinasi di tingkat desa itu didata berdasarkan profesi. Alhasil, total pelaku pariwisata yang sudah menjalani vaksinasi tak terdata dengan baik.
Kendati demikian, Untung meyakini mayoritas pelaku pariwisata di Kabupaten Pangandaran sudah menjalani vaksinasi. “Dari komunikasi kita dengan organisasi pariwisata, mayoritas sudah divaksinasi. Hanya saja belum tercatat di data kami,” kata dia.
Selain menggencarkan vaksinasi kepada para pelaku pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran juga gencar mempersiapkan kelayakan objek wisata untuk dibuka kembali. Salah satunya dengan melakukan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability) atau kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.
“Kita lakukan settifikasi CHSE, agar standar penerapakan prokes di destinasi wisata,” kata Untung.
Menurut dia, sertifikasi CHSE juga sudah dilakukan di lima objek wisata utama di Kabupaten Pangandaran, yaitu Pantai Pangandaran, Pantai Karapyak, Pantai Batu Hiu, Pantai Batukaras, dan Green Canyon. Lima objek wisata itu dinsebut lulus sertifikasi dengan hasil memuaskan.
“Kita tinggal tunggu sertifikatnya turun,” kata dia.
Selain objek wisata yang dikelola pemerintah, sejumlah objek wisata yang dikelola swasta juga telah mengantongi sertifikat CHSE. Lebih dari 50 hotel dan restoran di Kabupaten Pangandaran juga disebut telah memiliki sertifikat CHSE.
Untung mengatakan, sertifikasi CHSE akan terus dilakukan secara simultan. Sebab, adanya sertifikat CHSE menandakan tempat itu sudah memiliki standar pelayanan di masa pandemi.
Menurut dia, secara umum, objek wisata di Kabupaten Pangandaran sudah siap untuk dibuka. “Kita tinggal tunggu instruksi dibuka. Mudah-mudahan bisa dibuka pekan depan,” kata dia. (***)
Desa Wisata Kedabu Rapat (Foto : @mediacenter.riau.go.id)
Pekanbaru, goindonesia.co – Bagi pelancong yang ingin berlibur akhir tahun, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau bisa menjadi rekomendasi pilihan wisata. Pasalnya, di sini ada perkebunan kopi di tepi pantai. Jauh dari hiruk-pikuk metropolitan.
Di Kepulauan Meranti, wisatawan bisa menikmati hamparan bakau, sembari diterpa semilir angin sepoi-sepoi. Hilir mudik burung elang melintas di cakrawala. Tatapannya membidik ikan-ikan di permukaan laut.
Daerah ini merupakan penghasil kopi jenis liberika. Lokasi kebun kopi terhampar luas di Desa Wisata Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, Pulau Rangsang. Kawasan ini merupakan pulau terdepan dan terluar di wilayah timur Indonesia. Berbatasan langsung dengan negara jiran Malaysia.
Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Riau telah memberikan apresiasi desa wisata tahun 2023 untuk Desa Wisata Kedabu Rapat. Kegiatan ini sebagai ajang apresiasi dari Pemerintah Provinsi Riau kepada desa wisata di wilayah setempat.
“Desa Wisata Kedabu Rapat, Kabupaten Kepulauan Meranti meraih juara unggulan 2 dalam ajang apresiasi desa wisata, kategori souvenir,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, Rabu.
“Desa Kedabu Rapat berbatasan langsung dengan Malaysia. Dengan didukung kondisi pantai yang ada, sangat memungkinkan perkebunan kopi di daerah ini dijadikan sebagai Agro Wisata,” imbuhnya.
Roni Rakhmat optimistis, bahwa sektor pariwisata mampu membantu menciptakan potensi ekonomi lokal yang berkelanjutan serta mendukung pembangunan di daerah. Menurutnya, potensi wisata yang ada di desa harus bisa dioptimalkan. “Bisa dijadikan suatu objek wisata, sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dalam mengelola desa wisata,” ucapnya.
Sementara, Master Asesor Pariwisata, Osvian Putra menilai Desa Wisata Kedabu Rapat masih pada tingkatan desa wisata rintisan. Meski begitu, memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan. Apalagi desa ini berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
“Kelebihan Kedabu Rapat, yang pertama adalah desa pada pulau terluar Indonesia. Pantainya berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Di sana juga punya kebun kopi Liberika yang luas dan fasilitas pengolahannya,” katanya.
Menurut dia, pantai di Kedabu Rapat cocok untuk mencari pengalaman baru. Namun, di sana belum tersedia fasilitas penginapan. “Kami mengkategorikan Kedabu Rapat sebagai Desa Wisata Rintisan. Pantainya itu yaa, seperti kebanyakan pantai di pesisir timur Sumatra,” jelasnya.
Meski masih dikategorikan desa wisata rintisan, namun produksi Kopi Liberika Kedabu Rapat menjadi komoditas asli Indonesia. Memiliki keunikan dan ciri khas. Ukuran buahnya lebih besar daripada buah kopi arabika maupun robusta.
Kopi ini dibudidayakan oleh petani setempat di atas lahan gambut. Luas lahannya berkisar 1.246 hektare, dengan hasil produksi mencapai 1.710,422 ton per tahun.
Di Kedabu Rapat, Kopi Liberika merupakan tanaman tumpang sari yang tumbuh bersama dengan pohon lainya, seperti pohon pinang dan pohon kelapa. Satu pohon kopi bisa menghasilkan 12 kilogram hingga 20 kilogram biji kopi. Petani kopi di Desa itu, selain bisa menghasilkan kopi, mereka juga bisa menikmati hasil panen buah kelapa dan buah pinang.
Menurut sejarah, kopi Liberika adalah kopi yang berasal dari wilayah Liberia, Afrika Barat. Tumbuhan ini dibawa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19, dan dikembangkan untuk menggantikan tanaman Arabika yang terserang wabah penyakit.
Masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, pada awalnya mengenal kopi Liberika dengan sebutan nama kopi Sempian. Di Indonesia, kopi Liberika bisa ditemukan di wilayah Provinsi Riau dan Jambi. Tumbuh di lahan gambut dan ada sebagian lagi tumbuh di tanah mineral.
Kebun Kopi Liberika di desa Kedabu Rapat, lokasinya tidak jauh dari tepian pantai. Berdasarkan hasil tes dari berbagai badan penelitian, Kopi Liberika Meranti memiliki aroma dan ciri khas tersendiri yaitu memiliki aroma coklat dan rasa buah nangka.
Kopi Liberika Meranti telah di hak patenkan melalui Indikasi Geografis (IG) yang dikeluarkan oleh Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, nomor IG. 00.2014.000014. Indikasi Geografis ini adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan atau produk yang dihasilkan. (***)
Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC), Pasir Pangaraian, Rohul, Riau (Foto : @mediacenter.riau.go.id)
Pekanbaru, goindonesia.co – Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Provinsi Riau, memiliki beragam destinasi wisata yang berpotensi untuk digandrungi banyak wisatawan. Destinasi wisata yang bisa didatangi bisa berupa wisata alam, religi, hingga sejarah.
Jika wisatawan ingin mengulik destinasi wisata sejarah, Benteng Tujuh Lapis merupakan lokasi yang cocok untuk disambangi. Seperti namanya, benteng ini terbuat dari tujuh lapis dinding tanah. Lokasinya, berada di Desa Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai.
Benteng Tujuh Lapis merupakan peninggalan Tuanku Tambusai. Ia adalah seorang ulama sekaligus pejuang kemerdekaan dari Riau. Benteng ini seakan menjadi saksi bisu akan perjuangan Tuanku Tambusai dan pasukannya dalam bertahan menghadapi serangan penjajahan Belanda.
Benteng Tujuh Lapis (Foto : @mediacenter.riau.go.id)
Benteng Tujuh Lapis telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Kemendikbudristek pada 28 Juni 2023. Kini kawasan itu, bernama Kampung Pertahanan Tuanku Tambusai.
Benteng tersebut dibuat dengan material tanah liat yang diambil dari tepian Sungai Batang Sosa, Tambusai, di kerjakan oleh masyarakat Dalu-Dalu dengan waktu yang cukup lama. Sewaktu terjadi perang paderi yang dipimpin Tuanku Tambusai, Benteng Tujuh Lapis ini menjadi tempat melanjutkan perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Sawah Koto (Foto : @mediacenter.riau.go.id)
Destinasi lainnya yang dapat menjadi pilihan wisatawan saat saat berkunjung ke Rohul adalah Sawah Koto. Lokasinya berada di Desa Rokan Koto Ruang, Kecamatan Rokan IV Koto. Destinasi ini menawarkan hamparan pematang sawah yang dapat memanjakan mata wisatawan. Hamparan sawah padi terbentang sejauh mata memandang. Luasnya mencapai 3 hektare, merupakan tanah milik keturunan Raja Rokan.
Di sini pelancong tidak perlu bersusah payah turun ke sawah hingga terkena lumpur. Sebab lokawista ini memiliki bangunan jembatan kayu panjang di atas hamparan persawahan. Wisatawan bisa menikmati hijaunya persawahan, sembari memilih lokasi untuk berswafoto.
Di Rokan Hulu juga ada lokawista yang menawarkan sumber air panas alami, yakni objek wisata Hapanasan. Lokasinya berada di Kecamatan Rambah, jaraknya sekitar 9 kilometer dari Ibu Kota Rohul, Kota Pasir Pengaraian.
Air panas alami yang mengalir di sini sangat jernih. Pelancong bisa berenang atau sekadar merendamkan kaki. Warga setempat meyakini, air panas Hapanasan bisa untuk terapi kesehatan kulit dan tubuh dengan suhu air yang bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan.
Di sini wisatawan bisa rileks. Ditambah lagi suasana di sekeliling kolam air panas ditumbuhi pepohonan rimbun. Keberadaan pepohonan besar ini tempat bermain burung-burung berkicau. Panorama ini menambah kenikmatan bagi pengunjung jika memilih destinasi wisata ini sebagai tujuan berwisata.
Kemudian, destinasi wisata lainnya di Rohul yaitu Air Terjun Aek Martua. Lokawisata ini berada di Dusun Huta Padang, Kecamatan Bangun Purba, Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Air Terjun Aek Martua memiliki tiga tingkat air terjun. Setiap tingkat memiliki ukuran dan ketinggian yang berbeda. Tingginya ada yang berkisar 15 meter hingga 40 meter. Untuk mencapai air terjun ini, wisatawan harus berjalan kaki melintasi ribuan anak tangga. Sehingga, banyak pengunjung kerab menyebut air terjun ini dengan sebutan Air Terjun Tangga Seribu.
Di sini wisatawan bisa bermain air di lokasi air terjun pertama, hamparan bebatuan berlumut menjadi pemandangan eksotik di tempat ini. Sementara di lokasi air terjun kedua terdapat cekungan kolam. Tinggi air terjun di sini berkisar 40 meter. Pengunjung harus memiliki keahlian panjat tebing untuk menuju air terjun tertinggi tersebut.
Di sekeliling air terjun ini ditumbuhi pepohonan asri. Begitu mengagumkan, menawan, memanjakan mata memandang. Ditambah dengan perpaduan bebatuan cadas yang alami. Pemandangan ini mampu memikat wisatawan.
Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung harus melewati hutan lindung sejauh 3 km. Diperlukan kondisi fisik yang bugar untuk melewatinya. sebab trek yang dilalui terdiri dari tanjakan dan turunan yang lumayan curam. Banyak menguras tenaga.
Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC) (Foto : @mediacenter.riau.go.id)
Destinasi wisata lainnya adalah Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC). Masjid yang diresmikan pada 6 Agustus 2010 itu, merupakan ikon Kabupaten Rohul. Masjid ini terletak di Jalan Tuanku Tambusai Kilometer 4, Rambah, Rohul.
MAMIC berdiri megah di lahan seluas 22 hektare. Luas bangunannya 15.800 meter persegi. Sehingga mampu menampung 20.000 jemaah. Merupakan satu di antara masjid terbesar di Riau dengan arsitektur yang megah. Masjid ini menjadi salah satu tempat wisata religi favorit yang dapat menyejukkan hati dan menyegarkan jiwa bagi umat islam di Riau dan sekitarnya.
Arsitektur yang digunakan megadopsi masjid modern bergaya arabian. Di atap bangunan utama terdapat kubah besar berdiameter 25 meter. Diapit dengan empat menara yang tingginya 66.66 meter di setiap sudut bangunan masjid.
Di masjid ini terdapat pula menara Asmaul Husna, tingginya 99 meter yang terbuka untuk umum dan bisa dicapai dengan menggunakan lift yang akan didampingi oleh pemandu. Dari dek pemandangan dibalik kaca bening, terpampang pemandangan Kota Pasir Pengaraian.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengatakan, Kabupaten Rokan Hulu adalah bentang harapan, menyuguhi kecantikan alam, keunikan kultur, bersatu dalam harmoni. Menyimpan sejarah, ragam peninggalan, kuliner, dan permainan anak negeri.
“Rokan Hulu termasuk berada di barisan terdepan dalam merespon dunia kepariwisataan. Paling menarik, tentu saja, bagaimana ia dikelola tanpa meninggalkan kearifan lokal. Dari Benteng Tujuh Lapis, terus ke Bukit Suligi. Adapula Air Terjun Aek Martua, MAMIC, dan Pemandian Air Panas Hapanasan,” ucapnya, Senin.
Lebih lanjut Roni menuturkan, ada persepsi tentang kepariwisataan yang terus tumbuh. Insan pariwisata di Rohul terus mencoba membuka kawasan wisata baru. Harapan mereka, suatu hari nanti, desa itu menjadi bagian dari denyut kepelancongan, Rohul memang luar biasa,” tuturnya.
Ia menambahkan, pariwisata, memang menjanjikan nilai ekonomi, sekaligus merangsang pelakunya dalam melestarikan alam, mempertahankan budaya atau hal-hal positif lainnya.
“Hari ini, yang kita perlukan sesungguhnya tak banyak, hanya sebentuk rasa percaya diri, visi yang kuat, cara mengelola, disusul langkah seayun. Dinas Pariwisata Provinsi Riau, membuka pintu selebar-lebarnya. Mari kita sering-sering berdiksusi. Sering-seringlah kita ini bekerja sama,” ajaknya.
Roni Rakhmat mengakui, bahwa pertumbuhan sektor pariwisata di Rohul terus berkembang. Hal ini tak lepas dari komitmen pemerintah daerah setempat dan dukungan insan pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang terus menggenjot kemolekan di daerah itu.
“Kabupaten Rohul terus membuktikan komitmen untuk memajukan sektor parekraf. Pengelolaan destinasi wisata di sana mampu memikat wisatawan. Destinasi wisata ini juga diharapkan berdampak positif pada masyarakat setempat dan UMKM,” tandas Roni. (***)
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat olahraga pagi bersama komunitas pelari Banggai sekaligus mengeksplorasi sejumlah destinasi di Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu (3/12/2023). (Foto : @kemenparekraf.go.id)
Banggai, Sulawesi Tengah, goindonesia.co – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mendorong pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Kabupaten Banggai berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk dapat menghadirkan event sport tourism untuk menarik minat wisatawan berkunjung.
Menparekraf Sandiaga usai melakukan olahraga pagi sekaligus mengeksplorasi sejumlah destinasi di Banggai, Minggu (3/12/2023), mengatakan atraksi yang dapat dihadirkan di antaranya wisata berbasis olahraga (sport tourism). Seperti olahraga yang dilakukan Menparekraf Sandiaga bersama Bupati Banggai Amirudin dan ratusan masyarakat Kabupaten Banggai pada Minggu pagi. “Banyak destinasi yang dapat dimaksimalkan untuk sport tourism,” ujar Menparekraf Sandiaga.
Dalam kesempatan itu, Menparekraf Sandiaga berolahraga lari sejauh kurang lebih 8 kilometer dari Kilo 5 menuju destinasi Air Terjun Piala. Dari titik start di pinggir pantai, Menparekraf Sandiaga menyusuri jalanan utama Banggai kemudian berbelok menuju air terjun dengan elevasi yang cukup tinggi sekitar 300 meter. “Medannya sangat menantang dan saya merasakan sensasi yang luar biasa, karena finishnya di air terjun yang sangat indah,” kata Sandiaga yang setelahnya juga menyempatkan diri untuk berenang di sekitar Pantai Kilo 5. Menparekraf kemudian memberi tantangan pelaku parekraf di Banggai untuk menjadikan rute yang dijalani itu dapat dijadikan inspirasi untuk kegiatan sport tourism.
Terlebih lokasi Air Terjun Piala berada di wilayah yang telah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata. “Tahun depan (desa wisata) ini yang sudah masuk dalam 4.753 jaringan desa wisata (Jadesta), kita akan tingkatkan promosinya dan mudah-mudahan menembus 75 besar sehingga akan kita promosikan ke seluruh dunia dengan salah satu daya tariknya adalah pariwisata berbasis olahraga,” kata Sandiaga.
Pemberdayaan UMKM
Dalam kesempatan itu Menparekraf Sandiaga juga meninjau pelaku UMKM “Toko Wahyu” yang memproduksi berbagai makanan ringan. Ia melihat geliat UMKM di Kabupaten Banggai pada umumnya sudah cukup baik. Terlihat dari beberapa produknya, bukan hanya dipasarkan secara nasional tapi juga internasional. “Tapi memang masih perlu banyak peningkatan khususnya dari segi pengemasan. Dan ini yang akan kita dampingi sehingga pendapatan dari UMKM ini akan bertambah,” kata Sandiaga.
Berkolaborasi dengan Pemkab Banggai dan kementerian/lembaga terkait, Kemenparekraf juga akan mendorong hadirnya jaringan gas rumah tangga sehingga dapat memberi kemudahan bagi UMKM setempat dalam berproduksi. “Itulah yang kami dorong, sehingga mudah-mudahan Kabupaten Banggai bisa menjadi kabupaten yang berkah, pendapatan masyarakat bertambah, harga-harga murah,” kata Menparekraf Sandiaga. (***)