Connect with us

Travel

Kota Tua, Peninggalan Sejarah Yang Turut  Kembangkan Potensi Wisata Indonesia

Published

on

Direktur Utama PT Kenari Djaja Hendra B Sjarifudin. (Foto : Ist)

Jakarta, goindonesia.co : Kota Tua di Indonesia, peninggalan sejarah yang turut menyumbangkan pengembangan potensi wisata di daerah. 

Seperti diketahui, Indonesia dengan ragam budayanya memiliki banyak peninggalan sejarah kota yang disebut Kota Lama, Kota Tua, atau Kota Sejarah. Yang memperlihatkan masa kejayaan perdagangan di Asia di abad 17 dan 18.

Tiga daerah yang telah diteliti akademisi Perguruan Tinggi, memperlihatkan bukti tersebut. Dan, direkomendasi sebagai potensi yang bisa dikembangkan sebagai produk pariwisata ‘Kota Tua’, seperti yang banyak dilakukan di negara lain.

Melihat potensi pariwisata arsitektur ini,  FTSP Universitas Trisakti Jurusan Arsitektur, bersama Majalah Asrinesia dan Kenari Djaja, menggelar Seminar virtual tentang arsitektur Kota Tua, agar cagar budaya ini lebih dikenal masyarakat luas.

Seminar warisan budaya Nusantara berjudul “Kota Tua Pusaka Nusantata”, digelar secara virtual, Rabu (15/6/2022). Dengan menghadirkan Arsitek yang juga Peneliti dari 3 (tiga) Perguruan Tinggi, serta diikuti sebanyak 600 partisipan. Hadir pula Direktur Utama PT Kenari Djaja Hendra B. Sjarifudin.

Dalam sambutannya, Direktur Utama PT Kenari Djaja Hendra B. Sjarifudin mengatakan sama seperti kawasan kota lama di beberapa kota di Indonesia bahkan dunia, Kota Tua Jakarta ini dimanfaatkan sebagai tempat wisata bersejarah, dengan mengubah fungsi bangunan lama menjadi museum yang menyimpan banyak informasi berharga tentang sejarah kota. 

Karena cakupannya yang luas, Kawasan Kota Tua Jakarta ini memiliki beberapa objek wisata yang sangat menarik.

Di bagian lain, Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti Dr Ir Etty R Kridarso MT  memprediksi peninggalan Kota Tua akan menjadi potensi andalan Pariwisata Daerah. Dalam mendatangkan banyak kegiatan dan turis ke Indonesia.

Sementara, ArsiteK Dr Jonni  Wongso ST MT IAI dari Jurusan Arsitektur Universitas Bung  Hatta – Padang, telah melakukan penelitian pada peninggalan Kota lama berbasis budaya Adat Minang. 

Kawasan ini potensial bagi perkembangan arsitektur daerah yang telah dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat sebagai Kawasan Kota Tua bernilai budaya setempat. Menjadi salah satu produk wisata yang menarik dan menyertakan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Di Nusa Tenggara Timur (NTT), daerah yang sempat menjadi koloni Portugis, memberikan peninggalan sejarah yang hampir punah. Sisa-sisa Kota tua ini sempat diteliti Arsitek Don Ara  Kian ST MT IAI dari Arsitektur Universitas Widya Mandira–Kupang, untuk disampaikan potensinya kepada masyarakat luas. 

Harapannya Kota Tua di NTT ini menjadi destinasi wisata di Indonesia Timur. Yang terus dikembangkan untuk mendatangkan wisatawan.

Jakarta yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, juga banyak meninggalkan sisa kota lama dan aktivitas bersejarah, yang bisa dinikmati masyarakat. 

Salah satunya yang telah diteliti Dr Ririk Winandari ST MT dari Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti – Jakarta, adalah peninggalan arsitektur Kastil Batavia di kawasan Jakarta Utara. Yang memiliki cerita cukup berpengaruh pada lingkungan Kota Tua ini dan sekitarnya.

Cerita tentang Kota Tua sudah menjadi kisah yang melegenda dan dibanggakan masyarakat serta Pemerintah Daerah. Seminar yang dihadiri masyarakat pecinta sejarah arsitektur kota, Arsitek, Insinyur, Ahli Perkotaan, Mahasiswa, serta Pengampu Daerah, memberi banyak informasi dan ide inovatif.

Dipandu Punto Wijayanto ST MT dari Arsitektur Universitas Trisakti, seminar yang didukung Deputi Bidang Produk Wisata & Penyelenggara Kegiatan, Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif  Ir Rizky Handayani Mustafa MBTM, yang juga Ketua Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif–Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menyambut baik inisiatif seminar Pariwisata Arsitektur yang digagas dunia  Perguruan Tinggi. Terbukti 600-an partisipan hadir dari seluruh Indonesia, karena potensi peninggalan kota bersejarah seperti ini terdapat dimana-mana. (***)

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Pariwisata

Putri Mandalika Dan Pepes Nyale Menyambut Kedatangan Wisatawan Di Lombok

Published

on

Lombok menyambut peserta MotoGP Mandalika 2022 (Sadono)

Lombok, goindonesia.co : Berkunjung ke Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) rasanya kurang jika tak mencoba panganan bernama pepes nyale. Tak terkecuali Marc Marquez, juara dunia MotoGP 2019, kudu mencobanya.
Sejak Jumat (11/2/2022) para pembalap dunia memang sudah berada di Lombok menjajal sirkuit Intenasional Jalan Raya Pertamina Mandalika dalam tes pramusim MotoGP, untuk kemudian berlaga dipuncak balapan pada 18-20 Maret 2022. Di waktu senggang, tak menutup kemungkinan mereka akan menjajal berbagai hal di luar balapan.

Eksotisme alam NTB tak perlu diragukan. Kekayaan kuliner, budaya dan banyak lagi tentu sayang untuk dilewatkan.
Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Kabupaten Lombok Tengah NTB, Lalu Lendek Jayadi, mengatakan pihaknya memang terus berupaya menciptakan suasana yang nyaman khususnya di destinasi wisata. Bentangan pantai yang indah didukung juga dengan tradisi masyarakat yang masih kental menjadi daya tarik wisatawan yang dating ke daerah yang dijuluki Gumi Tatas Tuhu Trasna ini.

Menjelang MotoGP ada tradisi Bau Nyale. Ini sebagai wujud kita memelihara atraksi budaya yang sudah menjadi peninggalan leluhur kami. Terlebih memang pariwisata kita adalah pariwisata yang tentunya menarik minat para wisatawan dengan berbagai keunikan yang dimiliki, jelasnya saat berkunjung ke Media Center Indonesia (MCI) MotoGP Mandalika 2022, beberapa waktu lalu.
Bau nyale, sebuah tradisi lama milik masyarakat Sasak, suku terbesar di Lombok, pulau seluas 4.725 kilometer persegi (km2) dengan garis pantai sepanjang 1.364 kilometer (km) dan menjadi bagian penting dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dalam bahasa Sasak, bau artinya menangkap dan nyale adalah cacing laut. Bau nyale adalah aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama. Umumnya, antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya.
Masyarakat setempat percaya kalau nyale adalah jelmaan Putri Mandalika, anak pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat kuno Sasak. Putri Mandalika diceritakan sebagai sosok cantik yang diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok seperti Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Beru. Tak ingin terjadi kekacauan di kemudian hari jika ia memilih salah satu di antaranya, Putri Mandalika pun menolak semua pinangan itu dan memilih mengasingkan diri.

Akhirnya Putri Mandalika memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat di Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan 10, tepatnya sebelum Subuh. Seluruh undangan berduyun-duyun menuju lokasi.
Putri Mandalika yang dikawal ketat prajurit kerajaan muncul di lokasi. Kemudian dia berhenti dan berdiri pada sebuah batu di pinggir pantai. Tak lama, ia pun terjun ke dalam air laut dan menghilang tanpa jejak. Seluruh undangan sibuk mencari, namun mereka hanya menemukan kumpulan cacing laut yang kemudian mereka percayai sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Pepes Nyale

Bagi sebagian orang nyale bukanlah sekadar cacing laut. Nyale merupakan hidangan yang istimewa bagi warga Lombok. Hasil tangkapan nyale itu acap mereka jadikan pepes nyale yang dibakar dengan daun pisang.
Nyale pepes seukuran 250 gram ini pun kerap dijual di tepi jalan Lombok seharga Rp35 ribu-Rp50 ribu dan tak pernah sepi peminat. Nyale juga bisa dijadikan bokosuwu, sejenis sambal pedas berbahan nyale mentah. Agar mengusir amis si cacing laut, sambal pedas ini ditabur perasan jeruk purut dan daun kemangi.

Tak hanya sambal, nyale juga diolah menjadi kuah santan nyale. Ada pula disangrai dengan campuran kelapa parut, bawang merah, bawang putih, jahe, daun kemangi, perasan jeruk limai dan cabai lombok.

Kudapan nyale yang diolah dengan cara digoreng tanpa minyak tersebut namanya nyale padongo.
Rupanya ia mengandung protein tinggi, hingga sebanyak 43,84 persen, mengalahkan telur ayam (12,2 persen) dan susu sapi (3,5 persen). Begitu juga kadar fosfor dalam nyale sebesar 1,17 persen masih cukup tinggi jika diadu dengan telur ayam (0,02 persen) atau susu sapi (0,10 persen).
Uniknya lagi, kandungan kalsium sebesar 1,06 persen pada tubuh nyale ternyata masih lebih tinggi dari kandungan kalsium susu sapi yang hanya 0,12 persen.

Menurut Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University Sri Purwaningsih, nyale juga berkhasiat sebagai antidiabet alami.
Di Tiongkok Selatan, ekstrak nyale bahkan telah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan penyakit tuberkulosis, pengaturan fungsi lambung dan limpa, serta pemulihan kesehatan yang disebabkan oleh patogen. Zat antibakteri pada nyale, terutama dari famili Eunicedae, memiliki daya hambat terhadap kuman patogen seperti Proteus vulgaris, Escherichia coli, Streptococcus pyogenes, dan Helicobacter pylori.
Air bekas cucian dan ekstrak nyale juga diyakini masyarakat Sasak dapat menyuburkan lahan pertanian mereka.

Kemunculan nyale juga dijadikan pertanda bagi petani-petani Sasak akan berakhirnya musim hujan dan bersiap menuju musim kemarau. Artinya selama musim kemarau mereka tak lagi menanam padi hingga kembalinya bau nyale. 

Dengan segala keunikannya ini Pemerintah Provinsi NTB telah mengemas tradisi unik masyarakat Sasak ini dalam sebuah agenda pariwisata tahunan. Ketika Festival Pesona Bau Nyale diadakan Dinas Pariwisata NTB di Pantai Seger pada 2019 atau setahun sebelum pandemi Covid-19 terjadi, sekitar 3.000 turis asing menyaksikan kegiatan yang berlangsung selama lima hari.

Beragam aktivitas digelar, mulai dari lomba surfing membelah tingginya ombak di Pantai Mandalika dan bau nyale di Pantai Seger hingga pawai budaya Sasak di Praya, Lombok.

Pantai Seger sendiri masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, satu di antara lima destinasi superprioritas pariwisata Indonesia selain Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Borobudur (Jawa Tengah), Likupang (Sulawesi Utara), dan Danau Toba (Sumatra Utara). Pada masa pandemi ini, bau nyale tetap berlangsung meski festivalnya diistirahatkan untuk sementara hingga berakhirnya pandemi.   (***)

Continue Reading

Pariwisata

Resmi, Candi Prambanan dan Borobudur Jadi Tempat Peribadatan Dunia

Published

on

Jakarta, goindonesia.co – Candi Prambanan di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut di Jawa Tengah resmi menjadi tempat ibadah Umat Hindu dan Buddha dari seluruh dunia.

Dilansir Kompas.com dari Antara, Minggu (13/02/2022), ini disepakati melalui penandatanganan Nota Kesepakan Pemanfaatan Candi Prambanan dan Candi Borobudur untuk kepentingan Agama Umat Hindu dan Umat Buddha Indonesia dan Dunia.

“Kami harapkan candi-candi ini bisa jadi tempat ibadah umat Hindu dan Buddha di Indonesia dan dunia.”

Demikian ungkap Koordinator Staf Khusus Menteri Agama, Adung Abdul Rochman saat konferensi pers usai acara penandatanganan nota kesepakatan di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Jumat (11/02/2022).

Ia menambahkan, empat candi tersebut selama ini lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, kebudayaan, dan pariwisata. Melalui kesepakatan itu, fungsi candi-candi tersebut akan mencakup kepentingan ritual merujuk tujuan awal didirikan.

Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X memandang nota kesepakatan tersebut sebagai semangat terwujudnya moderasi beragama, kohesi sosial, dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Menurutnya, pemanfaatan empat candi akan fokus pada nilai-nilai spuritual dan pendidikan situs.

Dengan begitu, masyarakat yang berkunjung tidak sekadar melihat aspek keindahan candi, tetapi juga kegiatan peribadatan yang dilakukan Umat Hindu dan Buddha.

“Pemanfaatan dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian cagar budaya dan nilai-nilainya serta tidak bertentangan dengan regulasi baik dari Pemerintah Indonesia maupun UNESCO,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan melalui keterangan tertulis bahwa langkah ini akan lebih menguatkan keselarasan dan kerjasama semua pihak untuk bersama-sama mengembangkan dan memanfaatkan candi dalam perspektif nilai spiritual kebudayaan.

Di samping itu, pemanfaatan Candi Prambanan dan Candi Borobudur untuk kegiatan keagamaan juga merupakan bentuk realisasi program strategis Destinasi Super Prioritas (DSP) yang dicanangkan Presiden Jokowi.

“Melalui Nota Kesepakatan ini, semua stakeholder dapat mengidentifikasi peran dan ruang yang dapat diakses masing-masing.”

“Pemanfaatan ini juga sebagai salah satu bentuk implementasi moderasi beragama dan tekad pemerintah memberikan jaminan kepada umat beragama dalam menjalankan ibadahnya,” ujarnya melalui keterangan tertulis, seperti dikutip Kompas.com dari Tribunnews, Minggu.

Adapun pihak-pihak yang menandatangani nota kesepakatan antara lain perwakilan Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian BUMN, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Pemprov DIY dan Pemprov Jateng, yang dilaksanakan secara daring dan luring. (***)

Continue Reading

Pariwisata

Maknyus! Sentra Rendang Jadi Wisata Kuliner Baru di Sumbar

Published

on

Rendang, kuliner tradisional khas Sumbar (Foto: Amazing Grace)

Jakarta, goindonesia.co – PEMERINTAH Kota Padang akan menjadikan Sentra Rendang yang berlokasi di Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah sebagai ikon wisata kuliner baru.

“Sentra Rendang ini diharapkan tidak saja menjadi tempat produksi, pemasaran, pengembangan dan pelatihan buat seluruh IKM yang berhubungan dengan rendang, namun juga bisa dijadikan sebagai pusat kunjungan wisata,” kata Wali Kota Padang, Hendri Septa.

Ia berharap tempat ini bisa menjadi pusat penelitian, pengembangan dan pembelajaran terkait rendang bagi masyarakat terutama generasi muda serta mewadahi lahirnya inovasi baru dalam penyajian masakan rendang.

Setelah dilakukan peletakan batu pertama pada 25 Mei 2021 pengerjaan bangunan Sentra Rendang Kota Padang kini sudah mendekati penyelesaian.

Pusat produksi dan pemasaran masakan rendang dibangun di lahan seluas 5.112 meter per segi dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dari Kementerian Perindustrian. Bangunan terdiri atas gedung promosi, gedung produksi, gedung kantor/UPTD dan gedung utilitas.

Untuk pekerjaan landscape yang terdiri atas pagar, area parkir, taman, pos jaga dan area bermain anak serta bangunan penunjang lainnya akan dilanjutkan pembangunannya di 2022 dengan menggunakan dana dari APBD Kota Padang.

Hendri menyampaikan rendang termasuk salah satu jenis makanan terlezat yang sudah mendunia oleh sebab itu hadirnya sentra rendang ini juga diharapkan meningkatkan sektor perdagangan dan pariwisata di Kota Padang.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Padang Dian Fakri mengatakan pembangunan Sentra Rendang Kota Padang ini merupakan upaya memfasilitasi masyarakat terutama para pelaku IKM rendang Kota Padang untuk melakukan kegiatan di tempat produksi yang khusus dan memenuhi prinsip cara produksi pangan olahan yang baik.

“Masing-masing IKM rendang nantinya kita harapkan dapat mempergunakan ruang produksi sendiri dengan tata letak yang sebelumnya sudah mengaplikasikan prinsip-prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) sesuai dengan petunjuk dari Tim Teknis Tenaga Ahli dari BPOM yang sudah dilibatkan sejak awal penyusunan DED (Detail Enggineering Design).

“Sentra rendang juga akan menyediakan peralatan penunjang produksi yang bisa digunakan oleh IKM rendang,” tuturnya.

Selain itu rendang yang dihasilkan sesuai dengan prinsip cara produksi olahan pangan yang baik, memiliki sertifikat Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP) , memiliki izin Edar MD serta bersertifikat halal dan memiliki kemasan yang baik. (***)

Continue Reading

Trending