Connect with us

Ruang Publik

Sarinah Jaktent Bahas Hadirkan Erick Thohir dan Rintik Sendu Bahas Isu Literasi

Published

on

Photo : Istimewa

Jakarta, goindonesia.co – Dalam rangka Road to Sarinah, maka Sarinah Jakarta Content Week 2021 (Sarinah Jaktent) membuat sesi khusus yang membahas mengenai isu literasi dan mempertemukan penulis muda dari generasi digital native dengan Menteri BUMN.

Sarinah Jaktent yang berlangsung luring diinisiasi oleh Yayasan 17.000 Pulau Imaji (YTPI) dan Frankfurt Book Fair serta mendapat dukungan dana oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT. Sarinah (Persero) dan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta. Dengan tajuk “On Literacy: Turning the Wheel of Wealth”, acara yang berkolaborasi dengan JCCN (Jakarta Creative City Forum) dan ICCN (Indonesia Creative City Network) ini membahas beragam tantangan dan kesempatan yang tersaji di dunia literasi kita. Mulai dari elemen produksi, medium, distribusi, sampai minat baca masyarakat. Di saat yang bersamaan, Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia baru saja dinobatkan sebagai salah satu UNESCO City of Literature dan masuk ke dalam jaringan kota kreatif dunia.

Sesi ini menghadirkan narasumber Menteri BUMN, Erick Thohir dan Penulis/Kreator Konten, Rintik Sedu membahas tentang banyaknya elemen yang membangun dunia literasi Indonesia dan sampai saat ini beberapa di antaranya masih belum bekerja secara maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan semacam role model atau prototype yang mampu menginspirasi, menggerakkan, atau bahkan mengorganisir para stakeholder literasi dan masyarakat luas.

Erick Thohir, selaku menteri BUMN yang membawahi 171 badan usaha negara, adalah salah satu stakeholder yang punya daya besar untuk menggerakkan dunia literasi di Indonesia. Sebagai contoh,ada salah satu BUMN, pernah mampu membuat program literasi yang masif dan berdampak luar biasa dalam membuka akses literasi bagi masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia.

“Penting untuk BUMN membuka dan mendekatkan diri pada masyarakat, melakukan hal-hal yang menyentuh langsung pada kehidupan masyarakat, yang bersifat masif serta berdampak luar biasa. Kegiatan literasi adalah dasar untuk mencetak masyarakat berkualitas yang dapat membangun bangsa, karena literasi adalah energi pengikatdari seluruh aktivitas para pelaku kreatif lintas subsector. Sampai hari ini saya masih mengoleksi buku-buku tua, karena menurut saya itu adalah bagian dari kekuatan daripada manusia, bagaimana itu menjadi nilai yang sangat berharga,” kata Menteri BUMN, Erick Thohir dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (9/12).

Nadhifa Allya Tsana atau kerap kali dikenal dengan Rintik Sedu, penulis muda inspiratif yang mampu mengajak masyarakat untuk mencintai buku dan pengetahuan. Melalui berbagai platform digital yang diciptakan Rintik Sedu, mulai dari blog, Twitter, Wattpad, bahkan podcast, ia memberi pengaruh besar bagi generasi muda hari ini. “Pemanfaatan platform digital dalam literasi bisa membawa orang kemanapun tanpa harus benar-benar menghadiri tempat tersebut. Literasi dan buku tidak harus selalu diajses secara fisik, bisa dengan media apa pun dan pendekatan apa pun, selama itu dibicarakan, buku tidak pernah akan mati,” ujar Rintik Sedu.

Kehadiran Erick Thohir dan Rintik Sedu di diskusi ini diharapkan bisa menjawab tantangan-tantangan dalam dunia literasi dan pemanfaatan yang tepat terhadap dunia digital. “Anak muda Indonesia harus benar-benar bangkit dan melakukan perubahan dengan aktivasi dunia digital yang mempermudah. Dukungan dari stakeholder dan pemerintah pun harus diupayakan dengan semaksimal mungkin, untuk tercapainya pemerataan dan pemberdayaan literasi yang lebih luas lagi,” ujar Laura Bangun Prinsloo, Ketua Harian Jakarta Kota Buku, sebuah komite yang dibentuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menjalankan program-program literasi dan salah satunya berhasil mengantarkan Indonesia meraih UNESCO City of Literature 2021.

Fetty Kwartati, CEO & Direktur Retail PT Sarinah (Persero)mengungkapkan siskusi ini menjadi bagian dari dukungan Sarinah sebagai community mall, untuk menjadi ruang kreasi, pertemuan, dan jejaring para insan kreatif, terutama di bidang literasi. “Kami berharap, teman-teman di industri kreatif dan konten kreator seperti Rintik Sedu, bisa memanfaatkan Sarinah untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah dalam hal ini BUMN,” tambahnya. (***)

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Ruang Publik

Rakyat Indonesia nobatkan Anwar ‘Sukarno Besar’ di pentas UNGA

Published

on

Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim. – Foto BERNAMA.

Penulis : Andi Suwirta

Jakarta, goindonesia.co – Penulis amat tertarik dengan kolum Belalang Jalan Riong bertajuk ‘Jangan dibandingkan keterampilan Anwar dengan PM lain di UNGA’ seperti disiarkan di BH Ahad lalu.

Tulisan itu merujuk kepada penampilan sulung Perdana Menteri, Datuk Seri Anwar Ibrahim ketika berucap pada Perhimpunan Agung Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (UNGA) ke-78 di New York, Amerika Syarikat (AS), Jumaat lalu.

Tema Perbahasan Umum UNGA pada tahun ini ialah ‘Membina kembali kepercayaan dan menyemarakkan semula perpaduan global: Mempercepat tindakan Agenda 2030 dan Matlamat Pembangunan Mampannya ke arah keamanan, kemakmuran, kemajuan dan kemampanan untuk semua.

Dalam konteks ini, usaha membandingkan Anwar penting tidak setakat dengan masa lalu dalam negara, tetapi perlu dilihat juga dalam konsep ruang atau wilayah persekitaran, iaitu kepemimpinan daripada negara jiran, khasnya dengan Indonesia.

Seperti sedia maklum, dalam perspektif sejarah, Presiden Indonesia, Sukarno diiktiraf dan diakui sebagai pemidato hebat yang bukan sahaja setakat dalam bahasa Indonesia, bahkan berupaya berpidato dalam bahasa Inggeris dan bahasa Belanda.

Kita boleh lihat pada 30 September 1960 contohnya, Sukarno berpidato di UNGA dengan tajuk To Build the World a New. Kandungan dan cadangan ucapan Presiden Indonesia itu menggesa PBB dirombak, memandangkan dunia berubah susulan banyak negara baharu lahir selepas masing-masing merdeka daripada kuasa kolonial pada dekad 1950-an dan 1960-an.

Bagaimanapun, cadangan Sukarno ditolak PBB terutama negara Barat yang sebelum itu memenangi Perang Dunia 2 berlangsung antara 1939 hingga 1945. Ia menjadi punca negara itu mengumumkan untuk keluar daripada badan dunia berkenaan pada Januari 1965.

Keputusan itu turut ada kaitan dengan suasana politik serantau, iaitu Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia antara 1963 hingga 1966.

Apapun, selepas saya meneliti ucapan Anwar ketika menyampaikan Kenyataan Negara, tidak dinafikan pidato Perdana Menteri Malaysia lebih hebat daripada Sukarno. Anwar fasih pula berucap dalam bahasa Melayu, apatah lagi dalam bahasa Inggeris.

Kandungan dan cadangan ucapan Anwar memang tidak sampai mahukan PBB dirombak seperti diungkapkan Sukarno, tetapi beliau membangkitkan isu global penting yang perlu ditangani masyarakat dunia.

Isu Islamofobia semakin kritikal, masalah Palestin tidak berkesudahan, konsep keadilan sejagat dan pelaksanaannya dalam konteks Kerajaan Perpaduan dan agenda Malaysia MADANI digagaskannya yang antara lain memberikan keutamaan kepada ketelusan dan antirasuah di Malaysia bukan sahaja kekal kritikal, bahkan sangat relevan sehingga sekarang.

Konsisten dengan misi, visi perjuangan

Memang diakui wacana diucapkan Anwar sebenarnya konsisten dengan misi dan visi perjuangannya sejak beliau masih bergelar mahasiswa dan belia lagi sehingga sekarang. Kita perlu menegaskan Anwar adalah tokoh mahukan Islam bersifat inklusif dan ‘rahmatan lil alamin’, sekali gus tidak setakat selari dengan keperluan zaman moden, bahkan juga akur dengan kehidupan demokrasi pada sesebuah negara bangsa.

Harus ditekankan juga perbezaannya adalah kerajaan Sukarno dahulu mengamalkan demokrasi terpimpin, satu sistem kerajaan dan bernegara yang hakikatnya tidak ada demokrasi kerana semua dipimpin dan dikawal Presiden, sebaliknya Anwar merealisasikan demokrasi berpaksikan masyarakat MADANI, manakala pembangkang diberikan ruang kebebasan bersuara, walau dengan suara melenting dan maki hamun sekalipun.

Suatu masa dahulu pada dekad 1990-an, bekas Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad dilabel ramai dalam kalangan orang Indonesia laksana ‘Sukarno Kecil’, susulan kelantangannya dalam menghentam hegemoni kuasa Barat sebagai bentuk neokolonialisme dan imperialisme.

Maka sekarang pada 2023, ramai orang Indonesia menyatakan Anwar adalah ‘Sukarno Besar’. Ertinya, Anwar lebih hebat daripada Sukarno, Presiden pertama memimpin Indonesia antara 1945 hingga 1968.

Sebaik menonton video ucapan Anwar di saluran YouTube, selama kunjungan beliau yang turut popular dengan panggil ‘PMX’, saya hantar pesan kepada kumpulan WhatsApp yang disertai ramai pensyarah daripada Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina dan menegaskan inilah figura pemimpin Asia Tenggara, bahkan pemimpin dunia Muslim yang hebat.

Masakan tidak, mana ada Perdana Menteri Malaysia sebelumnya, yang apabila berpidato begitu fasih memetik ayat suci al-Quran. Pemimpin Indonesia sahaja, yang majoriti penduduknya adalah Muslim dan teramai di dunia, dari dahulu hingga sekarang, setakat boleh mendahulukan ucapan ‘Assalamualaikum’ apabila berpidato.

Tambahan pula, Anwar ialah PM Malaysia yang boleh menyampaikan khutbah dalam sembahyang Jumaat di hadapan masyarakat Muslim New York. Apabila dibandingkan, sama ada dengan PM Malaysia sebelumnya mahupun dengan pemimpin Muslim dari negara lain, jelas Anwar adalah figura pemimpin yang langka dan jarang ditemui dalam masyarakat Muslim di dunia.

Natijahnya, rakyat Malaysia, termasuk Indonesia dan rantau Asia Tenggara, kena bangga dan ikut teruja dengan kepemimpinan Anwar sebagai PMX Malaysia. Malah, kena yakin pula bahawa Malaysia sekarang sudah menjadi ‘Abang Besar atau paling tidak ‘sebaya, jadi bukan lagi ‘adik kecil’ kepada Indonesia. (***)

*Penulis : Andi Suwirta, : @www.bharian.com.my

Continue Reading

Ruang Publik

Ahmad Doli Kurnia, Album Kedua

Published

on

Ketua Komisi II DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung (DOKUMENTASI : PRIBADI)

Jakarta, goindonesia.co – Ketua Komisi II DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung sedang bergembira karena berhasil meluncurkan album keduanya yang berjudul Nyanyian Anak Negeri-Pusaka Nusantara pada akhir Agustus lalu. Album itu berisi sembilan lagu bertema kebangsaan dan bertujuan untuk membuat generasi muda semakin mencintai lagu-lagu nasional yang diaransemen ulang.

”Dengan diaransemen, saya berharap anak-anak muda mau lagi mendengarkan dan ikut menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Saya pernah merasa sedih saat melihat anak-anak muda mulai tidak hafal dengan lagu-lagu kebangsaan kita,” kata Ahmad Doli saat bertemu di Tangerang Selatan, Senin (4/9/2023).

Lagu-lagu yang diaransemen, antara lain, ialah ”Hari Merdeka”, ”Bagimu Negeri”, ”Garuda Pancasila”, dan ”Di Timur Matahari”. Ahmad Doli juga menciptakan empat lagu pada album itu, yang berjudul ”Nusantara”, ”Indonesia Bangkit”, ”Khidmat”, dan ”Jayalah Selamanya”.

Dalam mengaransemen lagu kebangsaan dan memproduksi lagu baru, Ahmad Doli dibantu sejumlah musisi nasional, seperti Kaka Slank, Shanna Shannon, Conrad Good Vibration, dan Pay BIP.

Sebelumnya, Ahmad Doli sudah meluncurkan album pertama pada 2019 dengan judul Nyanyian Rumah Indonesia. Album pertama juga bertema kebangsaan dengan lagu-lagu nasional yang diaransemen ulang dengan sentuhan genre rock, reggae, hingga ska. Kala itu, dia juga dibantu sejumlah musisi yang tergabung dalam Sinergy for Indonesia.

”Saya berharap lagu-lagu kebangsaan ini digemari generasi muda sehingga nasionalisme mereka tumbuh semakin kuat,” kata Ahmad Doli, yang pernah menjadi penabuh drum saat SMA. (***)

*@www.kompas.id

Continue Reading

Ruang Publik

Yatim Sejak Kecil dan Hampir Putus Sekolah, Jennie Kini Cicipi Kuliah di Amerika

Published

on

Mahasiswa UIN Sunan Ampel, Jennie Nabilah, peraih beasiswa MOSMA Kemenag ( Dokumentasi : @www.kemenag.go.id)

Jakarta, goindonesia.co – Jennie Nabilah baru duduk di kelas 5 SD saat ayah tercinta meninggal dunia. Peristiwa ini mengguncang kehidupan keluarganya. Tulang punggung ekonomi keluarga mereka telah tiada.

Jennie, demikian dia biasa dipanggil, memang bisa menyelesaikan belajarnya di sekolah dasar. Tapi berat baginya untuk lanjut ke sekolah menengah pertama (SMP). Kondisi ekonomi keluarga tidak sedang baik, sehingga dia pun terancam berhenti sekolah.

Namun, Tuhan Maha Kuasa. Dia punya caranya tersendiri untuk memberi jalan bagi hamba-Nya. Jalan itu juga yang kini mengantarkan Jennie mencicipi kuliah di Amerika.

Minggu (20/8/2023), dengan mata berkaca, Jennie Nabilah menyempatkan diri berbagi cerita kisah perjuangannya hingga lolos seleksi MOSMA Kemenag dan berhak kuliah 1 semester di Buffalo State University, Amerika Serikat.

“Lulus SD tahun 2016, saya hampir saja tidak bisa melanjutkan pendidikan ke SMP karena alasan biaya. Saat itu saya hampir putus sekolah,” demikian Jennie mengawali kisah perjalanan pendidikannya.

Padahal, lanjutnya, sekolah adalah kesenangannya. Tumbuh dalam keluarga sederhana, Jennie kecil sudah dikenal gigih dalam belajar. Bahkan, dia selalu meminta pergi ke sekolah, meski belum cukup secara umur.

“Saya sering merasa terpacu dan selalu ingin menemukan dan belajar hal baru. Tapi seperti jalan raya pada umumnya, pasti ada beberapa lubang yang harus dilewati,” sebutnya.

Lubang jalan yang dimaksud Jennie itu mulai dia rasakan semenjak ayahnya meninggal. Kondisi ekonomi keluarga sedang sulit sehingga tidak ada biaya untuk sekolah. Di tengah kesulitan untuk meneruskan pendidikan ke jenjang SMP, Tuhan memberi pertolongan. Tiba-tiba, tetangga rumah yang berprofesi sebagai guru les datang ke rumah.

“Dia memberitahukan bahwa akan ada orang yang membantu biaya sekolahku hingga kuliah. Apa ini? Sesuatu yang sebelumnya terasa tidak mungkin digapai, tapi seolah ”Surprise!”, aku percaya bahwa setiap niat baik akan ada jalannya,” kenang Jennie dengan mata berkaca.

Benar adanya, penolong itu datang sehingga Jennie bisa melanjutkan pendidikan. Bantuan itu dipahami Jennie sebagai tanggung jawab yang harus dijalani dengan baik dan sungguh-sungguh.

Setiap tahapan pendidikan lalu dijalaninya dengan serius. Jennie berupaya menumbuhkan jiwa kompetitif, meski di tengah fasilitas yang serba terbatas. Misalnya saat akan ikut olimpiade, jangankan ikut les, bahkan untuk buku soal latihan saja harus pinjam dan fotokopi.

“Dulu masih merasa pesimis ketika melihat teman sejawat yang bisa pergi ke les privat olimpiade. Namun, aku percaya yang terpenting jangan membatasi kegigihan diri sendiri, jangan membatasi kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri, karena sebenarnya konsep itu yang mahal untuk berjalan,” tuturnya.

’Long life learning’, demikian Jennie menggambarkan semangatnya di SMP dan SMA. Dia ingin terus berusaha menemukan banyak pengalaman di setiap babaknya, hingga semua lancar dan gemilang.

Namun, ceritanya kembali berbeda. Bak memutar kaset, Jennie kembali dihadapkan pada persoalan biaya saat akan melanjutkan pendidikannya. “Orang yang selama ini membantu pendidikan saya dari SMP hingga SMA, dia hanya sanggup untuk membiayai kuliah saya jika bukan melalui jalur mandiri,” kenangnya.

Matanya sembab. Dia tentu sangat berterima kasih atas bantuan yang dia terima sehingga bisa sekolah sampai lulus SMA. Tapi Jennie ingin kuliah. Dia berusaha mendaftar pada jalur prestasi dan lainnya, tentu bukan mandiri, sehingga memungkinkannya mendapat beasiswa. Namun, upayanya belum membuahkan hasil.

Bingung mendera. Liburan sekolah setelah lulus SMA praktis kurang bisa dinikmatinya, penuh keabuan. Apalagi, saat diskusi dengan keluarga dan teman-teman, tidak sedikit dari mereka yang bilang ”Sudah gak usah kuliah saja.”

“Sempat down. Tapi sejak kecil saya selalu ingin terus berjalan jauh di jenjang pendidikan. Sempat terbersit, apakah memang harus sampai di sini saja?,” sebutnya.

Dalam kondisi demikian, Jennie terus berupaya memupuk asa. Dia yakin akan ada jalan agar bisa terus kuliah. Karenanya, jika ada yang bertanya apakah ingin sekolah lebih tinggi lagi, Jennie selalu mengiyakannya.

Alhamdulillah, Tuhan menjawab doanya, bahkan melalui jalan di luar dugaannya. Tetiba, ada orang yang datang ke rumah dan menawarkan bantuan untuk membiayai kuliahnya. “Sekali lagi, memang manusia ini terbatas, tapi Tuhan tidak,” tegasnya.

Kini, ada dua orang yang membantu biaya pendidikan Jennie. Dia pun daftar dan diterima di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Jalan kuliah terasa semakin lempang setelah Jennie di UIN Sunan Ampel juga mendapat beasiswa.

Hari demi hari, proses belajar di kampus dijalaninya hingga masuk semester lima. Sampai pada 15 Juni 2023, Jennie mendengar program MOSMA Kementerian Agama. Ada peluang beasiswa kuliah di luar negeri bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).

MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) merupakan salah satu program implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka. MOSMA berbentuk program mobilitas fisik yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi luar negeri. Program ini berlangsung selama 1 semester dengan durasi maksimal 6 bulan. Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kredit yang dapat dikonversi ke dalam SKS (Satuan Kredit Semester) di kampus asal.

Peluang ini tidak Jennie sia-siakan. Kuliah di Amerika yang tak pernah dibayangkan, kini terbuka jalannya.

“Hadirnya program MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) terasa tepat waktu. Langsung saja jemput kesempatan, menyiapkan berkas, sertifikasi bahasa, wawancara, dan dinyatakan lolos dengan negara tujuan Amerika. Rencana Tuhan se-out of the box itu ya?” sebutnya dengan binar mata yang tak bisa disembunyikannya.

“Insya Allah saya terbang ke Amerika pada 26 Agustus 2023,” sebutnya.

Jika diputar ulang, kata Jennie, dia tidak pernah menyangka bahwa remaja yang dulu terancam putus sekolah dan sempat disarankan tidak usah kuliah, sekarang akan mencicipi belajar di Amerika? Dia pun mengaku tidak pernah menduga. Sebagai manusia, Jennie hanya berusaha maksimal. Dia merasa memiliki tanggung jawab untuk memerdekakan hidup.

“Untuk seluruh pelajar, remaja, dan semuanya yang sedang berjuang untuk apapun itu yang kalian impikan, percayalah bahwa kalian memiliki kesempatan dan hak untuk berusaha mewujudkannya. Sejujurnya yang lebih mahal adalah keyakinan kepada diri untuk terus berjalan dan mewujudkannya. Percaya bahwa setiap niat baik ada jalannya, karena Tuhan tahu jalan yang tepat untuk kita,” pesannya.

“Terima kasih Gus Men Yaqut Cholil Qoumas. Terima kasih MOSMA Kementerian Agama. Program ini terbukti memperluas akses bagi mahasiswa Indonesia untuk bisa menimba ilmu di seluruh penjuru dunia,” tandasnya. (***)

*A. Furqon Kusuma Yudha, @www.kemenag.go.id

Continue Reading

Trending