Connect with us

Dunia Pendidikan

Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah Olimpiade Geografi Internasional ke-19 Tahun 2023

Published

on

Sesjen, Kemendikbudristek, Suharti saat menerima kunjungan Task Force iGeo ke Indonesia diwakili oleh Su-Min Shen dari Department of Geography, National Taiwan Normal University dan Hana Svobodová dari Department of Geography, Faculty of Education, Masaryk University, Republik Ceko. (Dokumentasi : Biro Kerja Sama dan Humas Sekjen Kemendikbudrisetek,@www.kemdikbud.go.id)

Jakarta, goindonesia.co – Tahun ini Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan International Geography Olympiad (iGeo) ke-19 yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 8—14 Agustus 2023 di Bandung, Jawa Barat. Sebagai persiapan iGeo, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) menerima kunjungan Task Force sebagai wujud kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah iGeo.

Sekretaris Jenderal (Sesjen), Kemendikbudristek, Suharti, berharap kunjungan tersebut dapat membuktikan bahwa Indonesia siap menjadi tuan rumah iGeo pada tahun ini. “Sebelumnya, pada tahun lalu Kemendikbudristek telah sukses menyelenggarakan International Olympiad in Informatics (IOI). Kami berharap lewat kunjungan Task Force ini dapat menunjukkan ke mata dunia bahwa Indonesia siap menjadi tuan rumah iGeo,” tutur Suharti di kantor Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, Senin, (27/2).

“Ajang iGeo di Indonesia tidak hanya sekadar lomba saja. Para peserta nantinya bisa mengenal beragam seni dan budaya yang ada di Indonesia. Tentunya, peserta akan membawa pulang pengalaman yang berharga. Terima kasih kepada perwakilan Task Force yang sudah mengunjungi Indonesia,” tambah Suharti.

Senada dengan Sesjen Kemendikbudristek, Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Puspresnas, Hendarman mengatakan, kegiatan kunjungan Task Force merupakan salah satu rangkaian persiapan Indonesia menjadi tuan rumah iGeo.

“Kita sudah melakukan yang terbaik untuk persiapan iGeo. Tujuan dari kunjungan Task Force adalah untuk memperkenalkan Indonesia dan Jawa Barat khususnya kota Bandung sebagai tuan rumah iGeo. Penyelenggaraan iGeo di Indonesia adalah hasil kerja sama dari berbagai pihak, terutama Kemendikbudristek melalui Puspresnas yang didukung oleh Ikatan Alumni Tim Olimpiade Geografi Indonesia,” jelasnya.

Kunjungan Task Force iGeo ke Indonesia diwakili oleh Su-Min Shen dari Department of Geography, National Taiwan Normal University dan Hana Svobodová dari Department of Geography, Faculty of Education, Masaryk University, Republik Ceko.

“Kami sangat senang bisa melakukan kunjungan ke Indonesia. Siswa-siswi dari Indonesia juga banyak berprestasi di ajang iGeo. Semoga lewat kunjungan ini kami bisa mendapatkan informasi penting mengenai persiapan penyelenggaraan iGeo di Indonesia,” ujar Hana.

Selanjutnya, selama seminggu rombongan akan melakukan kunjungan lokasi di kota Bandung, Jawa Barat. Kunjungan tersebut dilakukan sebagai rangkaian persiapan iGeo ke-19.

Sebagai informasi, iGeo merupakan kompetisi tingkat dunia di bidang geografi bagi siswa jenjang pendidikan menengah. Indonesia menjadi tuan rumah iGeo pada tahun 2023 sebagai 1) bentuk komitmen Indonesia untuk berpartisipasi menyukseskan tujuan iGeo, 2) untuk membina kualitas pendidikan di bidang geografi, lingkungan, serta 3) mendapatkan pengalaman berharga menjadi bagian dari komunitas geografi dunia.

Pelaksanaan iGeo ke-19  di Bandung akan dihadiri oleh sekitar 300 peserta dan pendamping dari 60 negara serta tamu-tamu akademisi dari berbagai universitas, pejabat pemerintahan, dan diplomat dari level nasional hingga internasional. Peserta Indonesia merupakan peserta didik hasil OSN nasional yang telah diseleksi untuk mengikut kompetisi internasional. (***)

(Sumber : Biro Kerja Sama dan Humas Sekjen Kemendikbudrisetek, @www.kemdikbud.go.id)

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Peluncuran Peta Jalan Sanitasi Sekolah, Menuju Lingkungan Sekolah yang Bersih dan Sehat

Published

on

Peluncuran dokumen Peta Jalan atau Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030 oleh Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (Foto : @www.kemdikbud.go.id)

Jakarta, goindonesia.co – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, secara resmi meluncurkan dokumen Peta Jalan atau Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030. Dokumen ini menjadi landasan perencanaan bagi seluruh pihak terkait untuk mewujudkan sanitasi sekolah yang berkualitas di akhir tahun 2030.

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Sekolah Menengah Pertama yang juga berperan sebagai Supervisor Gerakan Sekolah Sehat (GSS), I Nyoman Rudi Kurniawan, dalam laporannya menyampaikan bahwa Kemendikbudristek bersama pemangku kepentingan lainnya telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pengembangan sanitasi sekolah melalui berbagai intervensi.

“Kami telah memperbarui kebijakan dan standar nasional tentang sanitasi, meningkatkan pengembangan kapasitas kepala sekolah dan guru, melengkapi data pokok pendidikan dengan indikator sanitasi sekolah, serta mengatur alokasi anggaran untuk membangun fasilitas sanitasi sekolah,” jelas Nyoman di Jakarta, Senin (26/2).

Menurut Nyoman, peluncuran dokumen Peta Jalan Sanitasi Sekolah ini sejalan dengan Gerakan Sekolah Sehat yang berfokus pada satuan pendidikan dalam rangka mewujudkan peserta didik yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter.

Nyoman pun mengapresiasi dukungan kementerian/lembaga terkait dan mitra seperti United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia, Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL), Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV) Indonesia, Wahana Visi Indonesia, SPEAK Indonesia, Plan International Indonesia, GIZ Fit for School, dan CARE Indonesia yang telah mendukung penyusunan dokumen peta jalan ini.

Selain itu, kegiatan peluncuran ini juga menghadirkan sejumlah narasumber untuk berdialog terkait praktik baik perencanaan dan kebijakan Sanitasi Sekolah di wilayah atau satuan pendidikan masing-masing.

Dalam paparannya, Ketua Kelompok Kerja Pembangunan, Perumahan, Permukiman, Air dan Sanitasi (Pokja PPAS) Kabupaten Tangerang, Imam Sutopo, memaparkan terkait kebijakan Sanitasi Berbasis Sekolah (Sanisek) di wilayahnya. Tercatat pada akhir tahun 2018, ada 679 sekolah, yakni seluruh SD dan SMP di Kabupaten Tangerang yang tersebar di 29 kecamatan, menjadi sasaran pembangunan dari program Sanisek ini. Sarana yang dibangun terdiri dari toilet, sarana air bersih, instalasi pengolahan air limbah, dan sarana cuci tangan.

“Kami menjadikan program Sanisek ini sebagai program unggulan RPJMD, agar ada jaminan kebijakan dan alokasi pembiayaan untuk menjalankan program ini yang disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD,” ujar Imam.

Imam melanjutkan, dalam praktiknya, tidak semua kepala sekolah memiliki tingkat kepedulian yang sama terkait sanitasi sekolah. “Untuk itu, dalam monitoring kami melibatkan Bupati Kabupaten Tangerang untuk melakukan sidak. Sehingga, sekolah yang sarana sanitasinya buruk, menjadi indikator kinerja kepala sekolah,” pungkasnya.

Kemudian dari sisi satuan pendidikan, pihak sekolah juga menyambut dengan diluncurkannya dokumen Peta Jalan Sanitasi ini dengan antusias. Kepala Sekolah SMP Negeri 1, Pantee Bidari, Kab. Aceh Timur, Islahudin, menyampaikan bahwa terkait masalah sanitasi di sekolah pedalaman, pemerintah daerah berkomitmen membuat kebijakan yang memprioritaskan sekolah-sekolah tersebut, sehingga akses sanitasi untuk semua sekolah merata.

“Selain itu, para kepala sekolah juga diinstruksikan untuk memaksimalkan anggaran dana BOS sesuai dengan kebutuhan masing-masing agar dapat melakukan kebijakan dan inovasi bersama mita-mitra. Hal ini merupakan solusi bagi kami untuk bergerak di daerah pesisir dan pedalaman,” jelas Islahudin.

Di sisi lain, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Margahayu, Kab. Bandung, Reti Damayanti juga berbagi cerita tentang bagaimana pengalamannya mendapat pelatihan pengenalan aplikasi yang berfokus pada edukasi kesehatan dan kebersihan atau OKY oleh Tim SPEAK.

“Banyak sekali manfaat terkait kesehatan dan kebersihan sekolah yang kami dapatkan. Setelah pelatihan itu, kami pun membentuk tim untuk turut memperkenalkan manfaat tersebut kepada seluruh guru dan peserta didik.”

Sebagai salah satu sekolah binaan Gerakan Sekolah Sehat, SMP Negeri 3 Margahayu telah menerapkan berbagai praktik baik di lingkungan sekolahnya. Beberapa di antaranya adalah menginstruksikan kepada siswa untuk membawa tempat makan dan minum ke sekolah, makan bersama setiap hari Rabu dengan makanan yang dibawa dari rumah, memperbaiki sarana-sarana yang digunakan untuk menunjang sanitasi, serta rencana penyediaan galon air untuk setiap ruang kelas.

Sebagai informasi, sejak tahun 2022, Kemendikbudristek telah meluncurkan GSS sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat/status kesehatan satuan pendidikan dan peserta didik. Dalam GSS terdapat lima fokus sehat, yaitu sehat fisik, sehat gizi, sehat imunisasi, sehat jiwa, dan sehat lingkungan. Peluncuran Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030 ini memperkuat komitmen pemerintah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berkualitas untuk masa depan anak Indonesia. (***)

*Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Kemendikbudristek dan PT. Pos Indonesia Jalin Kerja Sama, Optimalisasi Penyaluran Bantuan Pendidikan

Published

on

Kemendikbudristek menjalin kerja sama dengan PT. Pos Indonesia (Persero) untuk mengoptimalkan pemanfaatan produk dan layanan Pos Indonesia dalam mendukung program  bantuan pendidikan (Foto : @www.kemdikbud.go.id)

Bandung, goindonesia.co – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjalin kerja sama dengan PT. Pos Indonesia (Persero) untuk mengoptimalkan pemanfaatan produk dan layanan Pos Indonesia dalam mendukung program  bantuan pendidikan. Naskah kerja sama tersebut ditandangani oleh Direktur Utama PT. POS Indonesia (Persero) Faizal Rochmad Djoemadi dan Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti. Acara seremoni penandatanganan Nota Kesepahaman dengan PT. Pos Indonesia (Persero) dilakukan di Graha Pos Indonesia, Bandung, Kamis (22/02).

Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Anang Ristanto, yang hadir mewakili Sekretaris Jenderal mengatakan dalam kerja sama ini meliputi pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan, pemanfaatan produk dan layanan kurir logistik serta dukungan pelaksanaan program dan kegiatan di bidang Pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

“Dengan adanya Nota Kesepahaman ini, harapannya dapat mewujudkan sinergisitas dalam pemanfaatan produk dan layanan Pos Indonesia terutama dalam pelaksanaan program dan kegiatan di bidang Pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi,” ungkap Anang.

Sebagai perusahaan BUMN logistik terbesar di Indonesia, Direktur Utama PT. POS Indonesia (Persero) Faizal Rochmad Djoemadi menuturkan kesanggupan PT Pos Indonesia di dalam menyalurkan bantuan pendidikan ke seluruh Indonesia.

“Kami memiliki 15.000 lebih Pegawai, 10.000 Mitra, dan 100.000 Agen Pos yang siap membantu setiap pnyaluran bantuan pendidikan di tahun 2024,” ujar Faizal.

PT. POS Indonesia (Persero) turut serta melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan pada khususnya di bidang pelayanan jasa pos dan giro bagi masyarakat baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia dengan menerapkan prinsip – prinsip perseroan terbatas.

Nota Kesepahaman ini akan dilanjutkan dengan perjanjian kerja sama yang lebih konkrit dan dapat segera diimplementasikan dalam membangun sinergisitas dengan semangat kolaborasi kedua belah pihak untuk memajukan program dan pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi di Indonesia. Acara ini turut dihadiri oleh seluruh jajaran Direksi, Komisaris dan Kepala Kantor Pos seluruh Indonesia. (***)

*Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi – Republik Indonesia

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Pendidikan Guru Penggerak Ciptakan Paradigma Baru Pembelajaran

Published

on

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril (Foto : @www.kemdikbud.go.id)

Makassar, goindonesia.co – Kesuksesan transformasi pendidikan di Sulawesi Selatan tentunya tak lepas dari peran Guru Penggerak. Hal penting ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril. Dalam kunjungannya ke Sulawesi Selatan, Iwan membuka ruang dialog dengan para Guru Penggerak untuk mendengar secara langsung praktik baik yang telah mereka lakukan dalam upaya mendorong transformasi di satuan pendidikan mereka.

Iwan menyampaikan terima kasih kepada para Guru Penggerak yang telah mampu menggerakkan warga sekolah untuk bersama-sama mendorong paradigma baru di sekolahnya. Ia optimis akan ada perubahan sistem pendidikan ke arah yang lebih baik.

“Sekali lagi saya menekankan bahwa kita punya alasan untuk terus optimis dalam melakukan perubahan pada sistem pendidikan ke arah yang lebih baik. Karena perubahan yang tersulit adalah bagaimana caranya dapat memasukkan paradigma baru, jika paradigma sudah berubah menurut saya implementasinya akan lebih mudah,” ujar Dirjen PAUD Dikdasmen dalam dialog bersama para Guru Penggerak di Kantor Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sulawesi Selatan, Rabu (21/02).

Dalam dialog tersebut, Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Rismawati, menceritakan perjalanan panjangnya sebelum diangkat menjadi Pengawas Sekolah. Di tahun 2010, ia lulus menjadi guru yang ditugaskan di SMP 8 Satap, Tupabbiring. Sekolah tersebut berlokasi di daerah kepulauan yang hanya memiliki 20 murid. Ia menuturkan bahwa banyak tantangan pada awal ia mengajar. Mulai dari ruang belajar yang harus menumpang di ruangan SD hingga murid yang harus dijemput ke sekolah karena rendahnya motivasi untuk belajar.

“Untuk kegiatan belajar mengajar kami menumpang di ruangan SD dan itu berpindah-pindah menunggu ada ruang yang kosong. Bahkan setiap pagi saya bersama satu orang teman saya harus menjemput murid-murid ke rumahnya,” ungkapnya.

Rismawati menceritakan, ketika mengetahui adanya Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ia merasa program tersebut cocok dengan semangatnya untuk menggerakkan sekolah menjadi lebih berkembang. Akhirnya, ia mantap untuk mendaftarkan diri dan lolos menjadi Guru Penggerak angkatan ketiga.

Pada kesempatan dialog lainnya, Guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Kota Makassar, Muhammad Nur, mengungkapkan alasannya menjadi Guru Penggerak agar dapat menjadi bagian dari roda pergerakan pendidikan di Indonesia. “Saya ingin memberikan pembelajaran yang terbaik untuk peserta didik di SLB, meskipun anak berkebutuhan khusus tapi mereka memiliki potensi yang bisa dikembangkan melalui sentuhan guru-guru hebat,” jelasnya.

Selanjutnya, Nur menambahkan bahwa kurikulum dalam Pendidikan Guru  Penggerak (PGP), berisi materi yang tersusun sangat rapi dan menyentuh sehingga menggugah cara berpikirnya tentang profesi yang sudah ia geluti hampir 23 tahun itu.

“Setelah berefleksi saya merasakan banyak perubahan positif. Perubahan yang sangat saya rasakan adalah merasakan diri saya sebagai seorang guru yang sebenar-benarnya. PGP benar-benar dapat ”menghipnotis” saya untuk bisa menjadi guru yang lebih baik. Materi yang saya dapatkan dalam PGP mengubah paradigma saya dari seorang ”penceramah” menjadi seorang guru,” imbuhnya.

Koordinator Guru Penggerak Provinsi Sulawesi Selatan, Nuzul Haq, mengungkapkan hal senada bahwa dampak dari PGP mampu merubah cara pandangnya terhadap murid. “Paradigma yang saya pegang bahwa guru sebagai pamong sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman sang murid. Dan ini sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara,” tuturnya.

Nuzul Haq juga memiliki harapan bahwa program PGP dapat terus dilanjutkan karena ia merasakan perubahan bukan hanya kepada konten akan tetapi lebih kepada kontekstual dalam kehidupannya bersama dengan murid. Program ini membawa para guru menerapkan pembelajaran yang lebih berpihak kepada murid, lebih berdampak dan berpusat pada murid sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka. (***)

*Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Continue Reading

Trending