Connect with us

Dunia Pendidikan

OVOS Ambil Peran Apresiasi dan Supervisi Potensi Desa

Published

on

Eddie Karsito, Budayawan yang juga Ketua Dewan Juri Ajang Apresiasi dan Supervisi OVOS

Dunia saat ini telah menjadi desa global. Tidak ada lagi sekat-sekat sosial dan batas-batas teritorial. Dunia melampaui batas-batas geografis, ekonomi, politik dan budaya. Spektrum masyarakat baru yang menekankan arus informasi dalam jaringan komunikasi.

“Fenomena saling ketergantungan secara elektronik yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Ketua Dewan Juri Ajang Apresiasi dan Supervisi OVOS : One Village One Story, Eddie Karsito, saat dijumpai di Hotel Augusta Sukabumi, Kamis, 25 Agustus 2021.

Perkembangan teknologi, kata seniman dan budayawan ini, mempengaruhi masyarakat di mana mereka hidup dalam imajinasi ruang bersama. “Masyarakat saling tergantung akibat dinamika dalam struktur masyarakat yang saling berinteraksi,” ujar Eddie lagi.

Dinamika tersebut semakin mempercepat proses akulturasi sosial budaya. Di sinilah pentingnya, kata Eddie, program OVOS : One Village One Story, mengambil peran apresiasi dan supervisi denyut nadi kehidupan desa.

Program OVOS, kata Eddie, diharapkan dapat menjadi komplemen yang lebih menitikberatkan pada penggalian, internalisasi, pengembangan dan pemanfaatan nilai-nilai intrinsik seni dan budaya yang menjadi identitas masyarakat lokal.

“OVOS ikut mengembangkan pemajuan kebudayaan di tingkat desa dengan cara mengangkat cerita keunikan dan eksotisme desa dalam bentuk karya seni budaya, dan potensi lainnya secara ekonomis,” ujar Pendiri Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini.

OVOS : One Village One Story diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, dan Yayasan Duta Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia (YDPDKI). Berlangsung di Hotel Augusta Sukabumi, Jawa Barat, Senin s/d Kamis, 23 – 6 Agustus 2021.

Mengusung berbagai potensi desa di Sukabumi Jawa Barat. Melibatkan para penggiat seni, budaya dan pariwisata, 37 Desa dan 17 Kecamatan, dari 341 Desa dan 47 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.

OVOS : One Village One Story ingin mengembangkan pemajuan kebudayaan di tingkat desa, meliputi sepuluh obyek pemajuan kebudayaan, yakni :

(1) Tradisi Lisan;

(2) Manuskrip;

(3) Adat istiadat;

(4) Ritus;

(5) Pengetahuan Tradisional;

(6) Teknologi Tradisional;

(7) Seni;

(8) Bahasa; 

(9) Permainan rakyat; dan

(10) Olahraga tradisional.  

Selain itu, OVOS : One Village One Story juga dikembangkan untuk mendekati masalah-masalah sosial, pariwisata dan pengembangan Industri kecil dan menengah (UKM) di pedesaan.

Ketua Pelaksana OVOS : One Village One Story, Tiwi Wartawani, SE, menyampaikan, tahun 2019 OVOS digelar di tingkat Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi.

“Program ini ternyata mendapat sambutan antusias masyarakat. Maka tahun ini pelaksanaannya kami kembangkan menjadi tingkat Kabupaten Sukabumi. Harapan kami tahun depan dapat kita laksanakan tingkat provinsi Jawa Barat,” terang penggiat sosial yang juga Ketua Umum Yayasan Duta Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia (YDPDKI) ini.

Juri Apresiasi dan Supervisi OVOS : One Village One Story, terdiri dari Eddie Karsito (Penggiat Seni dan Budaya), Wiyono Undung Wasito, S.S. (Seniman Pedalangan), Sugasa A. Syamsyi (Pelaku Seni dan Pemerhati Budaya), Irwan Riyadi, S.Sn., (Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia), serta Merwan Meryaman, S.PD (Praktisi Seni, staf Disbudpora Kabupaten Sukabumi Jawa Barat)./* Sutrisno Buyil

Sukabumi, 25 Agustus 2021

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Mengenal Program Keahlian Ototronik di SMK dan Peluang Kariernya

Published

on

Program keahlian ototronik adalah SMKN 5 Sukoharjo (Foto : YouTube SMKN 5 Sukoharjo, @vokasi.kemdikbud.go.id)

Sukoharjo, Ditjen Vokasi – Menilik perkembangan teknologi yang pesat, kebutuhan akan tenaga kerja di sektor elektronik dan otomotif pun meningkat. Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, pendidikan vokasi khususnya di SMK memiliki program keahlian ototronik. Program keahlian ini merupakan inovasi pendidikan yang mengajarkan keterampilan teknis di bidang otomotif dan elektronika.

Program keahlian ototronik mengajarkan siswa tentang elektronika dan mekanika otomotif. Program ini mengajarkan mereka untuk memahami dan memahami teknologi yang digunakan dalam kendaraan modern, yang sebagian besar memiliki sistem elektronik canggih, seperti engine control unit (ECU), sistem rem anti-lock (ABS) dan teknologi hybrid atau listrik.

Salah satu SMK yang memiliki program keahlian ototronik adalah SMKN 5 Sukoharjo, Jawa Tengah. Waluyo, guru program keahlian ototronik SMKN 5 Sukoharjo, mengungkapkan bahwa lulusan program ini memiliki banyak peluang karier di industri otomotif. Berikut adalah peluang karier program keahlian Ototronik.

1 . Teknisi Otomotif

    Salah satu jalur karier yang paling umum bagi lulusan ototronik adalah menjadi teknisi otomotif yang berfokus pada perbaikan dan pemeliharaan sistem elektronik kendaraan. Dengan project based learning (PBL) di SMK, siswa sudah memiliki pengalaman menjadi teknisi atau mekanik yang andal. Waluyo menjelaskan, bahkan di SMKN 5 Sukoharjo dibekali dengan  kemampuan menganalisa dan memperbaiki mobil konvensional, mobil dengan engine management sistem, motor dan mobil listrik, serta masih banyak lagi.

    2 . Teknisi Diagnostik Kendaraan

      Lulusan ototronik dapat mendiagnosa atau menemukan masalah kendaraan dengan menggunakan scan tools, untuk mengidentifikasi masalah pada kendaraan. Teknisi diagnostik menangani masalah teknis pada sistem kelistrikan dan elektronik kendaraan. Keterampilan ini sangat penting dalam industri otomotif kontemporer yang didukung oleh sistem komputerisasi yang kompleks yang mendukung kendaraan. Bahkan, di SMKN 5 Sukoharjo sendiri siswa dipersiapkan dengan penguatan analisis sistem kontrol sederhana dengan program arduino dan yang lebih komplek.

      3 . Wirausaha Bengkel Ototronik

        Peluang karier sebagai wirausaha terbuka lebar bagi lulusan ototronik SMK yang ingin mendirikan bengkel sendiri. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan dengan sistem elektronik canggih, bengkel yang berfokus pada perbaikan dan perawatan sistem elektronik sangat diminati. Membuka bisnis bengkel yang berfokus pada teknologi mobil kontemporer mungkin menjadi peluang yang menjanjikan, terutama di daerah-daerah di mana pertumbuhan kendaraan bermotor sangat cepat.

        Program keahlian ototronik di SMK membuka pintu bagi peluang karier yang luas dan menjanjikan di dunia industri otomotif. Dengan keterampilan yang diperoleh di bidang otomotif dan elektronik, lulusan program ini siap untuk menghadapi tantangan teknologi kendaraan modern. (***)

        *Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

        Continue Reading

        Dunia Pendidikan

        Kolaborasi BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene Tanam Mangrove di Pesisir Majene

        Published

        on

        “Sepekan Menanam Mangrove” Kolaborasi BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene Tanam Mangrove di Pesisir Majene (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

        Majene, goindonesia.co – Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan, Perikanan, Teknologi Informasi, dan Komunikasi (BPPMPV KPTK) berkolaborasi dengan SMKN 3 Majene, Sulawesi Barat dalam melakukan penanaman mangrove di wilayah Pesisir Kabupaten Majene pada Jumat (06-09-2024). Kegiatan penanaman mangrove merupakan dukungan BPPMPV KPTV terhadap program “Sepekan Menanam Mangrove” yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-20 Sulawesi Barat.

        Sebagai salah satu satuan pendidikan vokasi yang ada di Sulawesi Barat, SMKN 3 Majene merupakan SMK binaan di bawah BPPMPV KPTK. Sekolah ini memiliki keunggulan di bidang kelautan dan perikanan. 

        Kepala SMKN 3 Majene, Baharudin, dalam sambutannya saat kegiatan penanaman mangrove mengatakan bahwa kegiatan penanaman mangrove ini tidak hanya bertujuan untuk memperingati hari jadi Sulawesi Barat saja, tetapi juga untuk menjaga ekosistem lingkungan, utamanya di ekosistem pesisir. Hal tersebut mengingat peran tanaman mangrove  dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir serta meredam dampak perubahan iklim.

        Oleh karena itu, Baharudin mengaku sangat senang bisa dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Melalui kegiatan menanam mangrove ini, ia juga berharap hal ini akan menjadi stimulasi bagi SMKN 3 Majene untuk mengembagkan program budi daya bibit mangrove di sekolah tersebut.

        “Ke depan jika program budi daya bibit mangrove di SMKN 3 Majene berhasil, maka SMKN 3 Majene akan menjadi produsen kedua di Kabupaten Majene,” ungkap Baharudin.

        Masih menurut Baharudin, potensi untuk mengembangkan bibit mangrove di sekolah sangat besar. Selain menjadi sarana untuk belajar para siswa, Baharudin juga melihat potensi ekonomi dari ekosistem mangrove yang mungkin bisa diperoleh masyarakat. 

        “Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari BPPMPV KPTK yang selalu membimbing kami SMKN 3 Majene,” ujarnya. 

        Sementara itu, Kepala BPPMPV KPTK,  Lismanto, mengatakan bahwa acara penanaman mangrove di Pesisir Majene Provinsi Sulawesi Barat ini merupakan bentuk kolaborasi antara BPPMPV KPTK bersama satuan pendidikan yang menjadi binaannya dalam rangka pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim. 

        “Kegiatan semacam ini diharapkan menjadi model bagi SMK-SMK lain bahwa upaya kolektif melestarikan lingkungan menghasilkan dampak positif yang signifikan,” kata Lismanto.

        Menurut Lismanto, kegiatan penanaman mangrove ini juga merupakan bentuk komitmen BPPMV KPTK untuk membangun bidang pendidikan vokasi bidang kelautan secara luas. Pembangunan tersebut tidak hanya pada kurikulum pokok bidang kelautan saja, tetapi juga terkait dengan mengembangkan sekaligus mensinergikan ekosistem yang mendukung potensi kelautan Indonesia.

        Sebagai informasi, selain dihadiri oleh tim dari Tim BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene, kegiatan penanaman mangrove ini dihadiri oleh Camat, Kapolsek, dan Danramil Kecamatan Pamboang, Majene. Total ada 500 bibit mangrove yang ditanam pada kegiatan tersebut. Penanaman mangrove juga melibatkan para siswa dan masyarakat setempat. (***)

        *(BPPMPV KPTK-Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022)

        Continue Reading

        Dunia Pendidikan

        Beranikan Diri Buka Usaha, Batik Lampung Sulastri Banjir Cuan

        Published

        on

        Sulastri Oktavia (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

        Lampung, goindonesia.co – Aroma lilin sudah menjadi makanan sehari-hari Sulastri Oktavia sejak 2010. Di usianya yang menginjak akhir 20-an kala itu, ia belajar membatik melalui kursus di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Batik Siger, Lampung. Hingga di satu titik, ia memantapkan hati untuk keluar dari zona nyaman dan membuka usaha sendiri. Kini, ia sukses mengembangkan bisnisnya, bahkan sudah punya omzet puluhan juta.

        Perjalanan Sulastri membangun bisnis pun cukup panjang dan berliku. Tak memiliki keterampilan dasar membatik, ia menimba ilmu dengan cekatan. Menurut Sulastri, kursus membatik memberikan ia kesempatan untuk mengasah kemampuannya. Selain itu juga ia bisa menjadi perajin yang melestarikan batik khas Lampung.

        “Dulu saya guru PAUD honorer dan jualan serabutan aja, sampai akhirnya saya ikut kursus membatik di LKP Batik Siger,. Perubahan saya mulai dari ikut kursus,” cerita Sulastri menyampaikan kisah pembelajarannya.

        Tak langsung bisa, Sulastri belajar dan terus praktik, hingga keuletannya membuahkan hasil. Di akhir 2010, setelah lulus kursus ia langsung bekerja di teaching factory (Tefa) LKP Batik Siger menjadi perajin. Hampir sepuluh tahun Sulastri menjadi perajin di Batik Siger dan mendapatkan berbagai pengetahuan di industri batik.

        Keberanian Memulai Usaha

        Pada tahun kesembilan, Sulastri memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh. Dengan modal pengalaman, keterampilan, dan sedikit tabungan, ia memulai usaha batiknya sendiri, yaitu Batik As-syafa. Awalnya, usahanya dimulai dengan skala kecil. Ia hanya memiliki satu ruang kerja sederhana di rumahnya dan memproduksi batik secara mandiri, mulai dari menggambar pola hingga proses pewarnaan.

        Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Sulastri harus menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pemasaran dan kepercayaan diri sebagai pengusaha pemula. Di tahun 2019 lah, ia merintis usahanya berkat dukungan pula dari LKP Batik Siger.

        “Dulu, tantangan terbesar saya adalah pemasaran yang sempat tersendat karena adanya covid-19 di tahun pertama usaha. Untungnya, LKP Batik Siger selalu memotivasi saya,” ungkap Sulastri

        Untuk membedakan produknya di tengah pasar yang kompetitif, Sulastri terus berinovasi. Ia menciptakan motif-motif baru yang menggabungkan unsur-unsur lokal dengan desain kontemporer, sehingga batiknya memiliki daya tarik lebih. Selain itu, ia juga mulai menggunakan pewarna alami dari tumbuhan sekitar yang ramah lingkungan, sebuah nilai tambah yang banyak diminati konsumen saat ini.

        Sulastri menjelaskan, “Ciri khas batik kami adalah semuanya pakai pewarna alami, mulai dari kulit jengkol, kayu tinggi, kayu mahoni, daun indigofera, sampai kulit buah jalawe.”

        Berkat pengalaman dan koneksinya, ia pun sering menghadiri berbagai pameran lokal dan aktif mempromosikan batiknya melalui media sosial. Melalui Instagram @assyafabatiklampung dan @catalog_batik_asyafa, usaha Sulastri pun menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya di Lampung, tetapi pemasaran sampai ke Aceh, Medan, Jabodetabek, bahkan kota-kota lain di Pulau Jawa.

        “Alhamdulillah, omzet rata-rata bisa sampai Rp35 juta dan saya juga sudah punya 13 karyawan,” ungkap Sulastri.

        Agen Pelestari Batik Tulis Lampung

        Kesuksesan ini tidak hanya membawa perubahan besar dalam hidupnya, tetapi juga bagi komunitas sekitar. Ia memberdayakan beberapa perajin lokal untuk bergabung dalam usahanya, memberikan pelatihan kepada mereka, dan memperluas produksi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

        “Usia saya sekarang 40, tetapi baru memulai usaha ketika 9 tahun berkarier jadi perajin. Gak ada kata terlambat, terutama dalam melestarikan budaya bangsa,” ungkap Sulastri

        Sulastri juga berperan aktif dalam mempromosikan batik sebagai warisan budaya Indonesia di kancah nasional. Ia berharap agar generasi muda lebih mencintai dan melestarikan batik, serta tidak takut untuk berinovasi dalam bisnis yang berbasis tradisi.

        Kisah Sulastri adalah contoh nyata bahwa tekad, keberanian, dan inovasi dapat membawa seseorang meraih kesuksesan. Dari seorang perajin batik, ia kini menjadi pengusaha sukses dengan omzet yang terus meningkat dan pemasaran yang semakin luas. Semangatnya dalam melestarikan budaya lokal melalui batik menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama perempuan yang ingin memulai usaha sendiri. (***)

        *Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

        Continue Reading

        Trending