Connect with us

Berita

Rencana Peralihan Kompor LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Dibatalkan

Published

on

Banner Infografis Rencana Migrasi Kompor Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Induksi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Jakarta, goindonesia.co – Polemik peralihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik berakhir. Hal ini setelah rencana konversi secara masif tersebut resmi dinyatakan batal.

Kepastian pembatalan program pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik ini disampaikan Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo. Pembatalan dikatakan demi menjaga kenyamanan masyarakat dalam pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

“PLN memutuskan program pengalihan ke kompor listrik dibatalkan. PLN hadir untuk memberikan kenyamanan di tengah masyarakat melalui penyediaan listrik yang andal,” ujar Darmawan dalam keterangannya, Senin (27/9/2022).

Sebelumnya, PLN melakukan uji coba program kompor listrk ini kepada 1.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Solo dan 1.000 KPM di Denpasar. Rencananya, masyarakat penerima program peralihan kompor listrik adalah pelanggan dengan daya 450 VA dan 900 VA.

Darmawan kala itu mengatakan jika PLN memastikan dukungan terhadap arahan Presiden terkait peralihan LPG 3 kg ke kompor listrik. Ini sesuai disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif pada Kamis 23 September 2022.

PLN dikatakan selalu berupaya menjalankan arahan pemerintah mempercepat transisi energi bersih di tanah air, mendukung upaya subsidi tepat sasaran, sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia dari energi impor dan menggantinya dengan energi domestik yang lebih murah.

Awalnya, PLN menyediakan jalur kabel listrik khusus untuk memasak dengan daya yang cukup untuk kompor listrik ini. Jalur kabel ini terpisah dari intalasi listrik yang sudah ada dan tarif yang dikenakan juga tidak mengalami perubahan.

“Meskipun disediakan jalur kabel khusus memasak oleh PLN, daya listrik KPM tidak mengalami perubahan. Yang 450 VA tetap 450 VA, yang 900 VA juga tetap 900 VA. Kami juga memastikan, tidak ada pengalihan daya 450 VA ke 900 VA sebagaimana yang sempat beredar di masyarakat,” ujar Darmawan.

Bahkan sejatinya, dilaporkan jika secara keseluruhan program ini menunjukkan progres yang positif. Konsumsi kWh dari penggunaan kompor listrik semakin besar dan KPM mulai merasakan biaya memasak menggunakan kompor listrik lebih murah dari pada LPG 3 kg.

“PLN akan melaporkan data pemantauan dan evaluasi program uji coba kompor listrik di dua kota tersebut secara periodik untuk menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengambil kebijakan selanjutnya,” ungkapnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun ikut buka suara soal ini. Dia menyebut kalau PLN tak ingin terburu-buru dalam implementasi program kompor litrik.

“Saya kira, nah saya belum update sepenuhnya mengenai itu mungkin ada sesuatu yang sitemukan jadi mereka tunda dulu, jadi mereka tidak ingin buru-buru yang nanti kemudian bermasalah,” ungkapnya di Sarinah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut program kompor listrik belum akan diterapkan pada tahun ini. Sebab, itu masih tahap uji coba, dan juga ada kendala terkait anggaran di baliknya.

“Dapat dipastikan bahwa program ini tidak akan diberlakukan di tahun 2022. Sampai saat ini, pembahasan anggaran dengan DPR terkait dengan program tersebut belum dibicarakan, dan tentunya belum disetujui,” ungkap Airlangga.

Infografis Rencana Peralihan Kompor LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Dibatalkan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Belum Direstui DPR

(c) Shutterstock

Jika ditelusuri lebih jauh, program pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik memang belum sepenuhnya mendapatkan dukungan, khususnya dari DPR RI. 

Sejauh ini, DPR melalui Komisi VII belum sepakat dengan rencana konversi tersebut. Salah satunya dilontarkan Anggota Komisi VII DPR RI, Mulan Jameela yang menilai kompor listrik tak cocok digunakan untuk memasak masakan lokal Indonesia.

Senada, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto juga menyatakan pemakaian kompor listrik untuk rumah tangga di Indonesia saat ini belum efisien. Pasalnya, program elektrifikasi sekarang masih berbasis desa, bukan per satuan keluarga.

Sugeng pun mempertanyakan ketahanan listrik yang kini dikelola PLN. Bila sistem kelistrikan saja masih terkendala oleh urusan mati lampu, ia menyebut kondisi itu bisa membuat kompor listrik jadi lebih gampang rusak.

“Lantas pastikan dulu listrik itu tidak byar pet. Artinya kehandalan listrik dari sisi pasokan maupun dari transmisi harus betul-betul handal. Apalagi nanti lantas memakai kompor listrik, kalau byar pet kan pasti mudah sekali rusak,” tuturnya kepada Liputan6.com.

Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti meminta pemerintah melakukan pemetaan konsumen kompor gas LPG dan kompor listrik menyusul pembatalan program konversi kompor gas LPG ke kompor listrik induksi.

Pemetaan konsumen itu jadi langkah penting karena dari kompor gas dan kompor listrik punya target konsumen yang berbeda.

Masyarakat menengah keatas menurutnya jadi target yang perlu didorong untuk menggunakan kompor listrik induksi.

Jika pemetaan dilakukan, maka rencana pemerintah untuk mengurangi beban terhadap subsidi gas LPG juga akan tercapai.

“Betul karena masing-masing punya segmentasi marketnya, yang kalangan menengah keatas perlu di encourage menggunakan kompor listrik untuk membantu menekan subsidi tersebut,” kata dia kepada Liputan6.com.

Dia mengakui kalau langkah penyetopan program konversi kompor listrik itu jadi langkah yang tepat. Kembali lagi alasannya soal segmentasi konsumen yang berbeda.

“Di satu sisi kompor listrik di harapkan mampu mendorong gaya hidup ramah lingkungan dan mengatasi permasalahan oversupply listrik negara. Namun di sisi lain dengan kebutuhan daya listrik sebesar kurang lebih 1.200 watt, kompor listrik menjadi komoditas yang cukup berat untuk di maintain oleh masyarakat di kalangan menengah kebawah,” terangnya.

Data yang dimilikinya menunjukkan masih ada wilayah yang belum bisa mendapatkan akses listrik. Belum lagi ditambah dengan peralatan memasak perlu disesuaikan kembali jika menggunakan kompor listrik.

“Kompor listrik merupakan inovasi yang baik untuk masyarakat kalangan menengah ke atas, di mana akses listrik terjamin, infrastruktur juga sudah compatible dan affordable secara keseluruhan,” paparnya.

Dugaannya, kemudahan akses LPG pun jadi salah satu alasan masyarakat enggan berpindah ke kompor listrik. Utamanya kalangan masyarakat menengah kebawah yang menggunakan LPG subsidi 3 kilogram.

“Selain di subsidi, barangnya juga assessible. Oleh karena itu kedua komoditas yakni kompor listrik dan gas LPG pada dasarnya mempunyai segmentasi market yang berbeda,” kata dia.

Maka langkah ke depan menurut saya butuh di lakukannya pemetaan secara merata untuk mengetahui kelompok mana yang lebih layak untuk menggunakan kompor listrik dan begitupun juga untuk gas LPG,” pungkasnya.

Infografis Alasan Pembatalan Program Konversi Kompor Gas ke Kompor Listrik. (Liputan6.com/Trieyasni)

Tak Sesuai Kebutuhan

PT PLN (Persero) membatalkan program pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik (Foto : Ist.).

Masyarakat dan para pekerja pun menyambut sukacita pembatalan konversi kompor LPG 3 kg ke kompor listrik. Mayoritas menilai, penggunaan kompor listrik memang masih belum sesuai dengan kebutuhan saat ini.

Salah satunya dilontarkan Hendri, seorang pegawai sekaligus koki di Athens Cafe, Jakarta. Pemakaian kompor listrik bakal mendesak dia untuk beradaptasi, yang nantinya bisa berpengaruh pada cita rasa masakan.

“Enggak (setuju), enggak praktis kayaknya,” ujar dia kepada Liputan6.com.

Senada, Bobi yang seorang petugas warnet gaming TNC di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat yang juga menjual masakan cepat saji laiknya mie instan. Ia menilai, kompor listrik yang menghantarkan panas lebih lama bakal merepotkannya dalam melayani pembeli.

“Kalau menurut gua sih masih enakan kompor gas ya. Lebih kebiasa,” ungkapnya kepada Liputan6.com.

Meskipun tempat kerjanya menampung daya listrik besar, namun penggunaan kompor listrik pada akhirnya akan makin membebani ongkos. “Soalnya kalau dipakai terus listriknya gede kan,” imbuhnya.

Pernyataan kritis juga disampaikan Nusy, seorang ibu rumah tangga asal Kota Bogor. Menurut dia, kompor listrik belum bisa memfasilitasi kebutuhan memasak para ibu rumah tangga di Indonesia.

“Orang Indonesia belum pantes pake kompor listrik, karena cara masak masih lama kaya ngerebus, masak sayur, dan lain-lain. Beda sama luar negeri, masak praktis,” bebernya.

Tak Cocok untuk Warga Miskin

Direktur Center Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan, program konversi kompor listrik sebenarnya memang tidak cocok diterapkan pada kelompok masyarakat miskin dengan daya listrik 450 sampai 900 volt ampere (VA). Alasannya, penggunaan kompor induksi membutuhkan listrik dengan daya besar.

“Kompor listrik kurang pas untuk daya 450 va dan 900 VA, karena butuh daya listrik yang besar,” kata Bhima kepada Merdeka.com.

Sehingga, pelanggan kelompok ekonomi bawah tersebut harus menambah daya di atas 900 VA agar bisa lebih optimal menggunakan kompor listrik.

Ironisnya, hal tersebut justru akan membebani biaya tagihan masyarakat kelompok miskin yang ujung-ujungnya akan lebih mahal dibandingkan penggunaan kompor gas LPG 3 kg.

“Kalau orang miskin disuruh memilih kompor listrik dengan naik daya, atau beli LPG 3 kg jelas lebih murah menggunakan LPG 3 kg,” ucapnya.

Pun, tidak semua alat memasak cocok digunakan untuk kompor listrik. Oleh karena itu, masyarakat harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli peralatan memasak baru.

“Alat masak kompor listrik khusus, mahal dan memberatkan orang miskin,” tutupnya.

Infografis Ragam Tanggapan Pembatalan Program Konversi Kompor Gas ke Kompor Listrik. (Liputan6.com/Trieyasni)

Keputusan Bijak

Kompor listrik induksi – Image by Yvonne Huijbens from Pixabay

Meski disambut baik masyarakat, namun batalnya program konversi kompol LPG 3 kg ke kompor listrik disayangkan oleh Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan. Menurutnya, konversi ke kompor listrik ini sebenarnya mempunyai tujuan yang baik, salah satunya untuk menekan impor LPG.

“Saya pada prinsipnya sangat menyayangkan pembatalan ini. Karena ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan akan LPG karena saat ini kita impor LPG sampai 80 persen,” kata Mamit kepada Liputan6.com.

Apalagi, lanjut Mamit, berdasarkan perhitungan dari PLN penggunaan kompor induksi masih lebih murah jika dibandingkan dengan LPG 3 kg.

PLN sebelumnya menyebut jika konversi LPG ke kompor listrik ini bisa menghemat energi sekitar Rp 8.000 per kilogram elpiji. Dengan adanya penghematan ini, bisa mengubah energi impor dengan energi domestik kemudian juga energi yang mahal menjadi lebih murah.

Menurut Mamit, seharusnya upaya pemerintah untuk memperbanyak subtitusi LPG selain dengan Dimethyl Ether atau DME dan Jaringan Gas (Jargas).

“Tapi saya kira ini keputusan yang bijak dari PLN, karena mendengarkan masukan dari masyarakat dan stakeholder yang lain sehingga bisa mengambil keputusan dibatalkan karena tidak memperlebar polemik di masyarakat. Dengan demikian isu ini harusnya sudah selesai,” ujarnya.

Sementara itu, terkait cara untuk mengatasi masalah subsidi gas yang bengkak usai program konversi kompor LPG 3 kg ke kompor listrik induksi batal, Mamit menjawab semuanya ada di tangan pemerintah, dan menunggu arahan langsung dari Presiden.

“Selanjutnya ya saya kira tunggu pemerintahan berikutnya apa yang akan diambil langkah selanjutnya. Jika pemerintahan saat ini saya agak kurang yakin bisa dilakukan kecuali ada extraordinary dari Presiden,” ucapnya.

Di sisi lain, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno memandang positif pembatalan konversi kompor gas LPG ke kompor listrik. Namun, pembatalan ini menjadi bukti jika pemerintah dipandang tidak punya roadmap yang jelas di bidang energi.

“Mengevaluasi bahkan membatalkan kebijakan konversi kompor gas ke kompor listrik pada saat ini merupakan pilihan logis,” kata dia kepada Liputan6.com.

Sejak awal, YLKI memang menduga munculnya kebijakan konversi ini merupakan kepanikan pemerintah terhadap melambungnya subsidi gas elpiji 3 kg. Jika demikian, ia menyayangkan sejumlah masyarakat sudah menjadi sasaran uji coba konversi tersebut.

“Dulu diwajibkan konversi dari kompor minyak tanah ke kompor gas elpiji 3 kg, dengan alasan menekan subsidi energi. Sekarang pemerintah panik karena subsidi gas elpiji 3 kg makin melambung. Hal ini menunjukkan pemerintah tidak mempunyai roadmap yang jelas terkait subsidi pada energi,” paparnya.

Agus memandang kalau klaim penggunaan kompor listrik induksi lebih efisien masih bisa diperdebatkan. Bahkan klaimnya bisa mengefisiensikan hingga 48 persen.

Padahal, nyatanya banyak masyarakat justru semakin konsumtif terhadap penyerapan energi rumah tangga. Hal ini dikarenakan masyarakat tetap akan menggunakan dua jenis kompor, yakni kompor gas dan kompor induksi.

“Bagaimanapun kompor gas masih diperlukan untuk mengantisipasi jika aliran listrik PLN mati/padam. Bagaimana jadinya jika saat sedang memasak listrik PLN mati jika tidak ada kompor gas elpiji? Jadi, kebijakan ini bisa memicu dobel pengeluaran bagi konsumen,” ujar dia.

Agus menegaskan kalau pemerintah seharusnya mengambil langkah lain untuk menekan subsidi gas LPG 3 kg. Misalnya mengubah pola subsidi menjadi tertutup.

“Seharusnya untuk pengendalian subsidi gas elpiji 3 kg, pemerintah harus punya nyali untuk menjadikan pola distribusi tertutup pd gas elpiji 3 kg, sebagaimana saat awal diberlakukan,” tegasnya.

Jebolnya subsidi gas elpiji 3 kg dikarenakan distribusi gas elpiji 3 kg bersifat terbuka. Dengan demikian dari masyarakat miskin hingga orang kaya dapat membelinya. “Inilah yg menjadikan alokasi subsidi gas elpiji 3 kg menjadi makin boncos,” pungkas Agus.

Nasib Kompor Listrik Gratis

Banner Infografis Rencana Peralihan Kompor LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Dibatalkan. (Foto: Dok. PLN)

Sebelum resmi dibatalkan, pemerintah dan PLN sebenarnya sudah mulai melakukan sosialisasi alias uji coba penggunaan kompor listrik yang berlangsung di 2 lokasi yakni di Solo dan Denpasar.

Bahkan, pemerintah sudah berencana untuk membagikan kompor listrik kepada masyarakat secara gratis demi menyukseskan program konversi ini. “Iya dibantu (kompor listrik oleh pemerintah),” kata Arifin Tasrif.

Sekjen Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, pemerintah berencana membagikan paket kompor listrik senilai Rp 1,8 juta.

Paket tersebut akan dibagikan kepada 300 ribu keluarga. “Jadi satu rumah itu dikasih satu paket,” kata Rida Mulyana.

Paket kompor listrik itu nanti akan dibagikan kepada masyarakat yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Paket senilai Rp 1,8 juta tersebut berisi kompor listrik (kompor induksi) dua tungku, alat masak dan Miniatur Circuit Breaker (MCB) yang berfungsi untuk mengatur kenaikan daya listrik di rumah tangga.

“Rp 1,8 juta itu rencana awal dengan dua tungku yang sama kapasitasnya,” kata Rida.

Namun, ada usulan kompor yang dibagikan hanya 1 tungku. Artinya kompor induksi ini memiliki daya yang lebih besar dan harganya naik. Namun hal ini masih dalam pembahasan.

“Nah masih dikalkulasi berapa harganya, harusnya kan nggak Rp 1,8 juta lagi, pasti lebih naik Rp 2 juta lah,” ujarnya.

Pembagian MCB ditujukan kepada pelanggan rumah tangga yang dayanya masih di bawah 1.000 VA. Pemberian MCB ini akan memudahkan pemerintah dalam menilai penggunaan bantuan di masyarakat.

Namun, kini dengan pembatalan program konversi ini, lantas bagaimana nasib kompor listrik yang rencananya akan sebar oleh pemerintah?

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyatakan belum ada rencana dari pemerintah untuk melanjutkan konversi tersebut.

Kelanjutan program masih perlu didiskusikan lebih lanjut. “Kelihatannya kita belum ada rencana untuk melanjutkan penggunaan kompor listrik,” ungkapnya.

“Belum tahu (kapan dilanjutkan), nanti kita rapatkan dulu,” pungkasnya.

Pahala juga menyebut, keputusan penyetopan konversi ke kompor listrik sudah mengacu pada hasil rapat koordinasi yang telah dilakukan sebelumnya.

Terkait alasan pemberhentian program, ia mengatakan PLN dan setiap pihak terkait memerlukan persiapan yang lebih matang. “Ya mungkin nanti memerlukan persiapan terlebih dahulu,” tutup dia. (***)

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Berita

Sambut Kedatangan Tim Thomas dan Uber, Menpora Dito: Semoga Prestasi Ini Jadi Batu Locatan Ukir Sejarah Baru di Olimpiade 2024 Paris

Published

on

Menpora RI, Dito Ariotedjo, menyampaikan harapannya agar prestasi runner-up yang telah di raih tim Thomas dan Uber 2024 Indonesia, menjadi batu loncatan untuk mengukir sejarah baru di Olimpiade 2024 Paris.(Foto: egan/@kemenpora.go.id)

Tangerang, goindonesia.co : Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Dito Ariotedjo, menyampaikan harapannya agar prestasi runner-up yang telah di raih tim Thomas dan Uber 2024 Indonesia, menjadi batu loncatan untuk mengukir sejarah baru di Olimpiade 2024 Paris.

“Semoga semua ukiran prestasi (runner-up) di Thomas dan Uber Cup 2024 menjadi batu loncatan menuju sejarah baru di Olimpiade 2024 Paris,” kata Menpora Dito saat menjemput tim bulutangkis Thomas dan Uber Cup 2024 Indonesia yang tiba di Gedung VVIP Terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta, Tangerang, Banten, Senin (6/5) malam.

“Kita harap puncaknya nanti di Olimpiade 2024 Paris. Siap tidak? Siap bikin sejarah lagi? Tambah medali di Olimpiade?,” seru Menpora Dito disambut teriakan semangat seluruh Tim Thomas dan Uber Indonesia.

Selain itu, Menpora Dito juga sampaikan terima kasih serta rasa bangga kepada para sponsor, suporter dan seluruh masyarakat Indonesia dan masyarakat pecinta bulu tangkis yang selalu mendoakan dan mendukung.

“Saya mewakili pemerintah ingin mengucapkan terima kasih kepada BNI dan seluruh sponsor, seluruh masyarakat, badminton lovers yang terus mendukung sampai tercapainya sejarah dan prestasi yang diraih Tim Thomas dan Uber kita,” tambah Menpora Dito. 

Menurut Menpora Dito, Tim Uber Indonesia telah berhasil memecah kebuntuan usai 16 tahun tak pernah masuk babak final. Tim Thomas Indonesia juga yang telah hattrick di final.

“Saya sangat bangga dengan prestasi Tim Uber yang setelah 16 tahun puasa di final. Kemarin akhirnya menorehkan sejarah kembali ke final. Juga Tim Thomas yang sudah tiga kali berturut-turut selalu ada di final, masuk ke final itu sangat susah. Mendapatkan juara atau tidak itu sudah takdir,” ujar Menpora Dito.

Wasekjen PB PBSI M. Fadil Imran, turut menyampaikan rasa bangga dan terima kasihnya atas perjuangan gigih pahlawan bangsa demi kejayaan Merah Putih. 

“Saya merasa bangga karena menyaksikan sendiri bagaimana kerja keras, totalitas, ketekunan dan semangat gotong royong dari pelatih, ofisial dan semua pendukung hingga detik-detik terakhir,” tuturnya.

“Saya juga bangga apa yang kita raih ini adalah hasil dan usaha sampai batas maksimal. Sampai tak ada lagi keringat yang menetes bahkan kalau perlu nyawapun kita serahkan di lapangan, semua demi kejayaan Merah-Putih. Terima kasih tim Thomas dan Uber Cup 2024 atas kerja keras dan soliditas kalian. Terima kasih badminton lovers atas dukungan dan semangatnya,” pungkasnya

Nampak hadir dalam penjemputan ini, Waketum PB PBSI Alex Tirta, Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Surono, Dirut BNI Royke Tumilaar, Chef de Mission Tim Thomas dan Uber Armand Darmadji. (***)

*KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA

Continue Reading

Berita

Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, KAI Sediakan 739 Ribu Tempat Duduk

Published

on

Ilustrasi penumpang kereta api pada periode long weekend (Foto : @www.kai.id)

Jakarta, goindonesia.co – Guna melayani penumpang pada periode long weekend libur Kenaikan Yesus Kristus yakni Rabu (8/5) s.d Minggu (12/5), PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengoperasikan total 1.509 KA yang terdiri dari 1.101 KA Jarak Jauh dan 408 KA Lokal. Adapun total kapasitas tempat duduk yang KAI siapkan pada periode tersebut sebanyak 739.782 tempat duduk.

Terdapat penambahan 6 perjalanan KA Jarak Jauh yang beroperasi dibanding dengan pekan sebelumnya yakni Rabu (1/5) s.d Minggu (5/5). KA-KA yang ditambah adalah 4 perjalanan KA Argo Cheribon relasi Gambir – Cirebon pp dan 2 perjalanan KA Argo Parahyangan Tambahan relasi Gambir – Bandung pp.

VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, penambahan frekuensi perjalanan kereta api tersebut ditujukan untuk mengantisipasi peningkatan volume pelanggan pada libur panjang akhir pekan di awal bulan Mei 2024. 

“Peningkatan jumlah perjalanan KA ini merupakan bagian dari komitmen KAI untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, terutama pada masa high season seperti long weekend ini,” kata Joni.

Berdasarkan pantauan pada Selasa (7/5), total tiket kereta api yang terjual pada Rabu (8/5) s.d Minggu (12/5) yaitu sebanyak 439.433 tiket atau rata-rata 87.887 tiket per hari. Jumlah tersebut telah mencapai 59% dari total keseluruhan tiket kereta api yang dijual dan angka penjualan tiket masih akan terus bergerak seiring dengan mendekati masa long weekend

KAI berharap masyarakat yang telah merencanakan bepergian pada periode long weekend libur Kenaikan Yesus Kristus dan belum memiliki tiket dapat segera untuk membelinya baik melalui aplikasi KAI Access, website kai.id, ataupun chanel lainnya yang bekerja sama dengan KAI.

Jika tiket yang diinginkan sudah habis, pelanggan dapat memilih tanggal dan rute alternatif atau memanfaatkan fitur Connecting Train di aplikasi Access by KAI yang akan membantu memberikan opsi perjalanan dengan mengombinasikan jadwal kereta yang bersifat persambungan.

Joni menambahkan, sejauh ini rute favorit masyarakat pada periode long weekend tersebut adalah Jakarta – Surabaya pp, Jakarta – Solo pp, Jakarta – Malang pp, Yogyakarta – Banyuwangi pp, Blitar – Bandung pp, dan relasi lainnya.

“Dalam menyediakan transportasi kereta api khususnya di masa long weekend, KAI memastikan akan melayani masyarakat dengan aman dan bebas dari kemacetan di jalan raya. Sehingga momen liburan bersama keluarga atau relasi dapat dinikmati pelanggan dengan nyaman dan menyenangkan,” tutup Joni. (***)

*(Public Relations KAI)

Continue Reading

Berita

Dukung Peneliti Muda, Pertamina Bangun Gedung Rekayasa Molekuler di ITB

Published

on

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memberikan secara simbolis kepada Rektor ITB Reini Wirahadikusumah bantuan Program TJSL Pertamina Pembangunan Gedung Rekayasa Molekuler & Material Fungsional ITB saat acara Kick Off Pertamina Goes To Campus di Aula Barat, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat (Foto : @www.pertamina.com)

Bandung, goindonesia.co – PT Pertamina (Persero) berkomitmen kuat dalam mendukung penelitian dan pengembangan di sektor pendidikan dan penelitian. Hal ini dibuktikan pembangunan gedung hibah untuk pembangunan Gedung Rekayasa Molekuler dan Material Fungsional di Institut Teknologi Bandung (ITB). Penyerahan secara simbolis  dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati tersebut dilakukan pada acara kick off Pertamina Goes To Campus (PGTC) di ITB, Bandung pada Senin 6 Mei 2024. 

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan hibah pembangunan gedung ITB merupakan komitmen Pertamina mendorong penelitian dan pengembangan teknologi yang akan mendukung misi Pertamina mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi nasional.

“Penelitian yang mutakhir di perguruan tinggi sangat dibutuhkan Pertamina untuk menghadapi tantangan energi yang semakin kompleks. Terobosan dan inovasi berbasis riset yang dihasilkan perguruan tinggi nantinya bisa diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan di industri energi nasional,” ujar Fadjar. 

Fadjar menjelaskan, pembangunan gedung perkuliahan dan penelitian ini telah dimulai sejak November 2023, dan diharapkan bisa selesai pada awal tahun 2025. Area perkuliahan dan penelitian akan terdiri dari 3 lantai, yang berlokasi di lantai 2, 3 dan 4. Pada lantai 2 nantinya akan difungsikan untuk ruang kuliah umum dan multimedia co-working space. 

“Ruang ini dipergunakan untuk perkuliahan dengan fasilitas hybrid yang berkapasitas besar hingga  500 peserta dan dilengkapi dengan ruang-ruang diskusi,” ujar Fadjar. 

Pada Lantai 3, jelasnya, akan dipergunakan untuk Laboratorium Open Innovation  serta Computing & Modelling Room. Sedangkan Lantai 4 merupakan Laboratorium Intermediate yang dapat  menampung 180 mahasiswa. 

Pada lantai 4 terdapat 100 ruang asam dan 80 meja penelitian serta didukung oleh ruang instrumentasi. 

“Aktivitas pada lantai 4 ini memiliki fokus untuk mempersiapkan  mahasiswa memasuki penelitian mutakhir. Di samping itu, lantai  ini juga dapat difungsikan sebagai laboratorium kolaborasi dengan industri,” imbuh Fadjar. 

Fadjar menambahkan, Pertamina dan ITB telah melakukan kolaborasi dalam berbagai penelitian, salah satunya katalis, bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan minyak. Pertamina dan ITB telah berhasil mengembangkan teknologi katalis pertama di Indonesia yang diberi nama Katalis Merah Putih yang berperan penting pada pengurangan impor katalis secara nasional.

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. (***)

*PT.Pertamina (Persero)

Continue Reading

Trending