Connect with us

Dunia Pendidikan

PTM Sekolah 100 Persen Diminta Dipertimbangkan Kembali

Published

on

Presiden Jokowi saat meninjau pelaksanaan vaksinasi anak. (YouTube)

Jakarta, goindonesia.co : Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama (Kemenag) dan dinas-dinas pendidikan di seluruh Indonesia untuk mempertimbangkan kembali menggelar PTM 100 persen dengan kapasitas siswa di kelas dan masuk sekolah 100 persen atau lima hari sekolah dengan enam jam pelajaran per hari.

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 Persen ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bersama 4 menteri, yang ditandatangani Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, Mendikbudristek Nadiem Makarim, dan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. SKB 4 menteri ini merupakan penyesuaian SKB tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Menurut Retno, pelaksanaan PTM 100 persen sebaiknya mempertimbangkan situasi terbaru pandemi. Di samping, perlu menunggu tren penurunan mobilitas masyarakat setelah liburan Natal dan tahun baru.

“Hal ini dengan mempertimbangkan meningkatnya kasus Omicron di Indonesia dan masyarkat baru usai liburan Natal dan tahun baru, setidaknya tunggulah minimal sampai 14 hari usai liburan akhir tahun,” ujar Komisoner KPAI Retno Listyarti dalam siaran persnya, Rabu (5/1/2022).

Di sisi lain, KPAI juga mendorong agar pemerintah menunda penerapan PTM bagi anak TK dan SD sebelum mereka mendapatkan vaksinasi lengkap 2 dosis. “Hal ini demi menjamin pemenuhan hak hidup dan hak sehat bagi anak-anak Indonesia saat PTM digelar,” jelas Retno.

Retno pun mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan percepatan dan pemerataan vaksinasi anak usia 6-11 tahun di seluruh Indonesia, minimal mencapai target 70 persen.

“Mengingat, vaksinasi anak usia 12-17 tahun saja yang sudah mulai Juli 2021 belum mencapai 70 persen, apalagi vaksinasi usia 6-11 tahun. Oleh karena itu, pemerintah perlu kerja keras melakukan percepatan dan pemerataan vaksinasinya,” katanya.

KPAI pun meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali pelaksanaan PTM 100 persen. Hal ini mengingat perkembangan kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia yang kian bertambah setelah penemuan kasus pertama pada 16 Desember 2021 lalu.

Adapun hingga Selasa (4/1/2022), Indonesia mencatatkan penambahan 92 kasus baru Covid-19 varian Omicron.Dengan demikian, kasus Covid-19 varian B.1.1.529 di dalem negeri telah mencapai 254 kasus.

Berdasarkan data Newsnodes, jumlah ini menempatkan Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi di Asia Tenggara. 

Singapura dengan 2.251 kasus masih menempati posisi teratas kasus Covid-19 Omicron di Asia Tenggara. Sedangkan Thailand dengan 2.062 kasus menyusul di posisi kedua. Di bawah Indonesia, ada Malaysia yang telah mendeteksi 122 kasus varian Omicron.

Kebaikan Semua Pihak

Sebelumnya, pemerintah berupaya memulihkan pembelajaran dengan kembali membuka sekolah tatap muka di semester genap tahun ajaran 2022 secara terbatas. Namun, tiidak semua satuan pendidikan bisa menggelar PTM secara penuh, 100 persen.

Demikian ditegaskan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Sesjen Kemendikbudristek) Suharti, dalam Webinar bertajuk ‘Kesiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Tahun 2022’, Senin (03/01/2022).

Menurut Suharti, ada dua fokus utama dari penyesuaian Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tahun 2022. 

“Pertama, harus dipastikan bahwa tenaga pendidikan harus sudah tervaksinasi. Jadi, kami sangat memohon kepada para guru atau tenaga pendidikan untuk segera vaksinasi agar bisa mengikuti pembelajaran tatap muka. Dengan vaksinasi, kita ingin pastikan bahwa anak-anak kita menjadi semakin aman di sekolah,” tuturnya.

Namun, jika capaian vaksinasi dosis 2 pendidik dan tenaga kependidikan di wilayah PPKM level 1 dan 2 berada di antara angka 50-80 persen, maka satuan pendidikan di wilayah tersebut hanya diperbolehkan menggelar  PTM terbatas dengan jumlah peserta didik 50 persen dari kapasitas ruang kelas. 

“PTM terbatas di wilayah itu bisa diselenggarakan setiap hari, namun harus dilakukan bergantian sesuai dengan jadwal yang diatur sekolah berdasarkan jumlah siswa dan ketersediaan ruang kelas, dengan lama belajar maksimal enam jam pelajaran per hari,” kata Suharti.

Suharti menegaskan, penetapan SKB 4 Menteri telah melalui berbagai pertimbangan yang matang demi kemaslahatan bersama, khususnya masa depan generasi bangsa. “Mudah-mudahan dengan adanya perubahan-perubahan tersebut memberikan keyakinan kepada kita semua, bahwa pembelajaran tatap muka ini dilakukan semata-mata demi kebaikan untuk semua, baik untuk guru, keluarga, maupun peserta didik,” katanya.

SKB Empat Menteri mengenai penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19 yang diterbitkan pada 21 Desember 2021 tetap mengutamakan keselamatan dan kesehatan warga sekolah. 

Dalam SKB Empat Menteri tersebut, tercantum bahwa satuan pendidikan di wilayah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 1 dan 2 bisa melaksanakan PTM dengan jumlah peserta didik 100 persen jika capaian vaksinasi dosis 2 pendidik dan tenaga kependidikan paling sedikit 80 persen. Dengan begitu, sekolah juga bisa menyelenggarakan PTM setiap hari dengan lama belajar paling banyak enam jam pelajaran per hari.

Ada Perkecualian

Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Jumeri, mengatakan, semua satuan pendidikan pada wilayah PPKM level 1, 2, dan 3 wajib melaksanakan PTM terbatas, sehingga hanya satuan pendidikan di wilayah PPKM level 4 yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara penuh. “Pemda tidak boleh melarang PTM terbatas bagi wilayah yang memenuhi kriteria dan tidak boleh menambahkan kriteria yang lebih berat,” ujarnya.

Jumeri mengatakan, ada pengecualian dalam ketentuan mengenai pengaturan kapasitas peserta didik dan durasi pembelajaran dalam penyelenggaraan PTM terbatas berdasarkan cakupan vaksinasi dosis 2 pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan.

Peraturan tersebut dikecualikan bagi satuan pendidikan pada daerah khusus karena kondisi geografis. Satuan pendidikan yang berada pada daerah khusus berdasarkan kondisi geografis dapat melaksanakan PTM secara penuh dengan kapasitas peserta didik 100 persen. 

“Secara garis besar, beberapa daerah di Indonesia sudah memasuki level 1 atau zona hijau. Sementara dari sisi persentase tenaga kependidikan yang sudah divaksinasi, data kami mencatat sebanyak 81 persen dari 4,5 juta atau sebanyak 3,606 juta tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sudah menerima vaksinasi. Bahkan 72 persen atau 3,26 juta di antaranya sudah menerima vaksinasi dosis 2,” kata Jumeri.

Saat ini, lanjutnya, tidak ada daerah yang masuk ke dalam level merah atau PPKM level 4. Hampir semua daerah di berbagai wilayah Indonesia masuk kategori PPKM level 1 dan level 2. Ia menjelaskan, di Pulau Jawa dan Bali, 31 persen wilayahnya sudah masuk kategori PPKM level 1, lalu 59 persen termasuk PPKM level 2, dan 10 persen sisanya adalah PPKM level 3.

Sementara di Pulau Sumatera, sebanyak 62 persen wilayahnya ada di zona hijau (level 1), 35 persen zona kuning (level 2), dan 4 persen di zona oranye (level 3). “Di Sulawesi, 42 persen itu berada di level 1, 46 persen di zona level 2, dan 12 persen di level 3. Sementara itu di Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua didominasi berada di level 2,” ujar Jumeri. (***)

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Mengenal Program Keahlian Ototronik di SMK dan Peluang Kariernya

Published

on

Program keahlian ototronik adalah SMKN 5 Sukoharjo (Foto : YouTube SMKN 5 Sukoharjo, @vokasi.kemdikbud.go.id)

Sukoharjo, Ditjen Vokasi – Menilik perkembangan teknologi yang pesat, kebutuhan akan tenaga kerja di sektor elektronik dan otomotif pun meningkat. Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, pendidikan vokasi khususnya di SMK memiliki program keahlian ototronik. Program keahlian ini merupakan inovasi pendidikan yang mengajarkan keterampilan teknis di bidang otomotif dan elektronika.

Program keahlian ototronik mengajarkan siswa tentang elektronika dan mekanika otomotif. Program ini mengajarkan mereka untuk memahami dan memahami teknologi yang digunakan dalam kendaraan modern, yang sebagian besar memiliki sistem elektronik canggih, seperti engine control unit (ECU), sistem rem anti-lock (ABS) dan teknologi hybrid atau listrik.

Salah satu SMK yang memiliki program keahlian ototronik adalah SMKN 5 Sukoharjo, Jawa Tengah. Waluyo, guru program keahlian ototronik SMKN 5 Sukoharjo, mengungkapkan bahwa lulusan program ini memiliki banyak peluang karier di industri otomotif. Berikut adalah peluang karier program keahlian Ototronik.

1 . Teknisi Otomotif

    Salah satu jalur karier yang paling umum bagi lulusan ototronik adalah menjadi teknisi otomotif yang berfokus pada perbaikan dan pemeliharaan sistem elektronik kendaraan. Dengan project based learning (PBL) di SMK, siswa sudah memiliki pengalaman menjadi teknisi atau mekanik yang andal. Waluyo menjelaskan, bahkan di SMKN 5 Sukoharjo dibekali dengan  kemampuan menganalisa dan memperbaiki mobil konvensional, mobil dengan engine management sistem, motor dan mobil listrik, serta masih banyak lagi.

    2 . Teknisi Diagnostik Kendaraan

      Lulusan ototronik dapat mendiagnosa atau menemukan masalah kendaraan dengan menggunakan scan tools, untuk mengidentifikasi masalah pada kendaraan. Teknisi diagnostik menangani masalah teknis pada sistem kelistrikan dan elektronik kendaraan. Keterampilan ini sangat penting dalam industri otomotif kontemporer yang didukung oleh sistem komputerisasi yang kompleks yang mendukung kendaraan. Bahkan, di SMKN 5 Sukoharjo sendiri siswa dipersiapkan dengan penguatan analisis sistem kontrol sederhana dengan program arduino dan yang lebih komplek.

      3 . Wirausaha Bengkel Ototronik

        Peluang karier sebagai wirausaha terbuka lebar bagi lulusan ototronik SMK yang ingin mendirikan bengkel sendiri. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan dengan sistem elektronik canggih, bengkel yang berfokus pada perbaikan dan perawatan sistem elektronik sangat diminati. Membuka bisnis bengkel yang berfokus pada teknologi mobil kontemporer mungkin menjadi peluang yang menjanjikan, terutama di daerah-daerah di mana pertumbuhan kendaraan bermotor sangat cepat.

        Program keahlian ototronik di SMK membuka pintu bagi peluang karier yang luas dan menjanjikan di dunia industri otomotif. Dengan keterampilan yang diperoleh di bidang otomotif dan elektronik, lulusan program ini siap untuk menghadapi tantangan teknologi kendaraan modern. (***)

        *Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

        Continue Reading

        Dunia Pendidikan

        Kolaborasi BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene Tanam Mangrove di Pesisir Majene

        Published

        on

        “Sepekan Menanam Mangrove” Kolaborasi BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene Tanam Mangrove di Pesisir Majene (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

        Majene, goindonesia.co – Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan, Perikanan, Teknologi Informasi, dan Komunikasi (BPPMPV KPTK) berkolaborasi dengan SMKN 3 Majene, Sulawesi Barat dalam melakukan penanaman mangrove di wilayah Pesisir Kabupaten Majene pada Jumat (06-09-2024). Kegiatan penanaman mangrove merupakan dukungan BPPMPV KPTV terhadap program “Sepekan Menanam Mangrove” yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-20 Sulawesi Barat.

        Sebagai salah satu satuan pendidikan vokasi yang ada di Sulawesi Barat, SMKN 3 Majene merupakan SMK binaan di bawah BPPMPV KPTK. Sekolah ini memiliki keunggulan di bidang kelautan dan perikanan. 

        Kepala SMKN 3 Majene, Baharudin, dalam sambutannya saat kegiatan penanaman mangrove mengatakan bahwa kegiatan penanaman mangrove ini tidak hanya bertujuan untuk memperingati hari jadi Sulawesi Barat saja, tetapi juga untuk menjaga ekosistem lingkungan, utamanya di ekosistem pesisir. Hal tersebut mengingat peran tanaman mangrove  dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir serta meredam dampak perubahan iklim.

        Oleh karena itu, Baharudin mengaku sangat senang bisa dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Melalui kegiatan menanam mangrove ini, ia juga berharap hal ini akan menjadi stimulasi bagi SMKN 3 Majene untuk mengembagkan program budi daya bibit mangrove di sekolah tersebut.

        “Ke depan jika program budi daya bibit mangrove di SMKN 3 Majene berhasil, maka SMKN 3 Majene akan menjadi produsen kedua di Kabupaten Majene,” ungkap Baharudin.

        Masih menurut Baharudin, potensi untuk mengembangkan bibit mangrove di sekolah sangat besar. Selain menjadi sarana untuk belajar para siswa, Baharudin juga melihat potensi ekonomi dari ekosistem mangrove yang mungkin bisa diperoleh masyarakat. 

        “Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari BPPMPV KPTK yang selalu membimbing kami SMKN 3 Majene,” ujarnya. 

        Sementara itu, Kepala BPPMPV KPTK,  Lismanto, mengatakan bahwa acara penanaman mangrove di Pesisir Majene Provinsi Sulawesi Barat ini merupakan bentuk kolaborasi antara BPPMPV KPTK bersama satuan pendidikan yang menjadi binaannya dalam rangka pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim. 

        “Kegiatan semacam ini diharapkan menjadi model bagi SMK-SMK lain bahwa upaya kolektif melestarikan lingkungan menghasilkan dampak positif yang signifikan,” kata Lismanto.

        Menurut Lismanto, kegiatan penanaman mangrove ini juga merupakan bentuk komitmen BPPMV KPTK untuk membangun bidang pendidikan vokasi bidang kelautan secara luas. Pembangunan tersebut tidak hanya pada kurikulum pokok bidang kelautan saja, tetapi juga terkait dengan mengembangkan sekaligus mensinergikan ekosistem yang mendukung potensi kelautan Indonesia.

        Sebagai informasi, selain dihadiri oleh tim dari Tim BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene, kegiatan penanaman mangrove ini dihadiri oleh Camat, Kapolsek, dan Danramil Kecamatan Pamboang, Majene. Total ada 500 bibit mangrove yang ditanam pada kegiatan tersebut. Penanaman mangrove juga melibatkan para siswa dan masyarakat setempat. (***)

        *(BPPMPV KPTK-Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022)

        Continue Reading

        Dunia Pendidikan

        Beranikan Diri Buka Usaha, Batik Lampung Sulastri Banjir Cuan

        Published

        on

        Sulastri Oktavia (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

        Lampung, goindonesia.co – Aroma lilin sudah menjadi makanan sehari-hari Sulastri Oktavia sejak 2010. Di usianya yang menginjak akhir 20-an kala itu, ia belajar membatik melalui kursus di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Batik Siger, Lampung. Hingga di satu titik, ia memantapkan hati untuk keluar dari zona nyaman dan membuka usaha sendiri. Kini, ia sukses mengembangkan bisnisnya, bahkan sudah punya omzet puluhan juta.

        Perjalanan Sulastri membangun bisnis pun cukup panjang dan berliku. Tak memiliki keterampilan dasar membatik, ia menimba ilmu dengan cekatan. Menurut Sulastri, kursus membatik memberikan ia kesempatan untuk mengasah kemampuannya. Selain itu juga ia bisa menjadi perajin yang melestarikan batik khas Lampung.

        “Dulu saya guru PAUD honorer dan jualan serabutan aja, sampai akhirnya saya ikut kursus membatik di LKP Batik Siger,. Perubahan saya mulai dari ikut kursus,” cerita Sulastri menyampaikan kisah pembelajarannya.

        Tak langsung bisa, Sulastri belajar dan terus praktik, hingga keuletannya membuahkan hasil. Di akhir 2010, setelah lulus kursus ia langsung bekerja di teaching factory (Tefa) LKP Batik Siger menjadi perajin. Hampir sepuluh tahun Sulastri menjadi perajin di Batik Siger dan mendapatkan berbagai pengetahuan di industri batik.

        Keberanian Memulai Usaha

        Pada tahun kesembilan, Sulastri memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh. Dengan modal pengalaman, keterampilan, dan sedikit tabungan, ia memulai usaha batiknya sendiri, yaitu Batik As-syafa. Awalnya, usahanya dimulai dengan skala kecil. Ia hanya memiliki satu ruang kerja sederhana di rumahnya dan memproduksi batik secara mandiri, mulai dari menggambar pola hingga proses pewarnaan.

        Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Sulastri harus menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pemasaran dan kepercayaan diri sebagai pengusaha pemula. Di tahun 2019 lah, ia merintis usahanya berkat dukungan pula dari LKP Batik Siger.

        “Dulu, tantangan terbesar saya adalah pemasaran yang sempat tersendat karena adanya covid-19 di tahun pertama usaha. Untungnya, LKP Batik Siger selalu memotivasi saya,” ungkap Sulastri

        Untuk membedakan produknya di tengah pasar yang kompetitif, Sulastri terus berinovasi. Ia menciptakan motif-motif baru yang menggabungkan unsur-unsur lokal dengan desain kontemporer, sehingga batiknya memiliki daya tarik lebih. Selain itu, ia juga mulai menggunakan pewarna alami dari tumbuhan sekitar yang ramah lingkungan, sebuah nilai tambah yang banyak diminati konsumen saat ini.

        Sulastri menjelaskan, “Ciri khas batik kami adalah semuanya pakai pewarna alami, mulai dari kulit jengkol, kayu tinggi, kayu mahoni, daun indigofera, sampai kulit buah jalawe.”

        Berkat pengalaman dan koneksinya, ia pun sering menghadiri berbagai pameran lokal dan aktif mempromosikan batiknya melalui media sosial. Melalui Instagram @assyafabatiklampung dan @catalog_batik_asyafa, usaha Sulastri pun menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya di Lampung, tetapi pemasaran sampai ke Aceh, Medan, Jabodetabek, bahkan kota-kota lain di Pulau Jawa.

        “Alhamdulillah, omzet rata-rata bisa sampai Rp35 juta dan saya juga sudah punya 13 karyawan,” ungkap Sulastri.

        Agen Pelestari Batik Tulis Lampung

        Kesuksesan ini tidak hanya membawa perubahan besar dalam hidupnya, tetapi juga bagi komunitas sekitar. Ia memberdayakan beberapa perajin lokal untuk bergabung dalam usahanya, memberikan pelatihan kepada mereka, dan memperluas produksi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

        “Usia saya sekarang 40, tetapi baru memulai usaha ketika 9 tahun berkarier jadi perajin. Gak ada kata terlambat, terutama dalam melestarikan budaya bangsa,” ungkap Sulastri

        Sulastri juga berperan aktif dalam mempromosikan batik sebagai warisan budaya Indonesia di kancah nasional. Ia berharap agar generasi muda lebih mencintai dan melestarikan batik, serta tidak takut untuk berinovasi dalam bisnis yang berbasis tradisi.

        Kisah Sulastri adalah contoh nyata bahwa tekad, keberanian, dan inovasi dapat membawa seseorang meraih kesuksesan. Dari seorang perajin batik, ia kini menjadi pengusaha sukses dengan omzet yang terus meningkat dan pemasaran yang semakin luas. Semangatnya dalam melestarikan budaya lokal melalui batik menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama perempuan yang ingin memulai usaha sendiri. (***)

        *Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

        Continue Reading

        Trending