Connect with us

Politik

Politik Tikungan Terakhir Anies Baswedan

Published

on

Gubernur Anies Baswedan dan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno

Anies selalu punya strategi jitu dalam melangkah. Pengalaman dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 menunjukkan, justru pada tahap-tahap akhir persaingan politik, ia mampu menyingkirkan lawan-lawan politiknya

Jakarta , goindonesia – Selalu ditempatkan di posisi kedua, setelah Prabowo Subianto, di berbagai hasil survei preferensi publik, tidak berarti menyurutkan langkah politik Anies Baswedan menggapai kursi kekuasaan tertinggi di negeri ini. Ia selalu punya cara jitu dalam memenangkan dirinya.

Tiga tahun jelang Pemilu Presiden 2024 menjadi momentum paling tepat bagi para tokoh calon presiden untuk mengawali strategi perluasan dukungan pemilihnya. Tidak terkecuali bagi Anies Baswedan, yang selama ini sudah menjadi rujukan masyarakat sebagai calon presiden pilihan.

Rekor capaian Anies dari setiap hasil survei tergolong lumayan. Ia mampu menduduki papan atas, setingkat di bawah Prabowo Subianto. Dibandingkan tokoh-tokoh politik yang juga menjadi rujukan calon presiden, seperti Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, dan tokoh-tokoh pesaing segenerasi politiknya, Anies relatif masih teratas.

Akan tetapi, posisi kedua belum sepenuhnya mengamankan langkah politik Anies. Bahkan, jika dicermati, capaiannya itu masih terbilang problematik. Pasalnya, tidak hanya belum mampu melampaui Prabowo, peningkatan dukungan terhadap dirinya relatif tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.

Penguasaan pemilih masih dalam kisaran 10 persen dan peningkatan selama ini masih dalam ambang batas margin of error survei, yang sekaligus merujuk pada kondisi yang stabil, tidak bergerak.

Relatif stabilnya proporsi penguasaan pemilih dapat menjadi persoalan. Terlebih, panggung politik yang ia kuasai saat ini sebagai gubernur DKI Jakarta terbilang berskala nasional, yang memungkinkan sosoknya menjadi daya tarik publik secara nasional dan yang tidak dimiliki oleh sosok calon presiden lain yang berlatar belakang kepala daerah.

Dengan membandingkan apa yang terjadi pada Joko Widodo ketika menguasai panggung politik DKI Jakarta, perbedaan itu tampak nyata. Saat Jokowi menjadi gubernur DKI Jakarta tahun 2012, sesaat setelah itu pula sosoknya menempati posisi teratas survei preferensi calon presiden di negeri ini.

Momentum selanjutnya, peningkatan dukungan semakin signifikan terjadi hingga semakin menjaminkannya meraih kursi kepresidenan dalam Pemilu 2014. Mengapa peningkatan popularitas dan dukungan politik semacam itu saat ini belum juga terulang pada sosok Anies?

Sebenarnya dari segi kelengkapan kapital, sebagai suatu modal yang diperlukan dalam penguasaan arena politik, tidak ada yang kurang dalam sosoknya. Secara simbolik, Anies menjadi representasi generasi baru politik yang piawai, dilahirkan dari turunan pejuang negeri ini.

Ia bukan berasal dari rakyat kebanyakan. Kakeknya, Abdurrahman Baswedan (AR Baswedan), memiliki kiprah politik yang panjang. AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pernah pula menjadi anggota Parlemen, Dewan Konstituente, hingga menjabat Wakil Menteri Muda Penerangan RI Kabinet Sjahrir III (1946-1947). Pada tahun 2018, kakeknya dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Kapasitas modal budaya Anies pun mumpuni. Jalur pendidikan tinggi yang dilaluinya, tamatan doktoral ilmu politik di Northern Illinois University, menempatkan Anies sebagai sosok intelektual yang punya perhatian pada persoalan demokrasi dan desentralisasi di negeri ini.

Ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan peningkatan kualitas pendidikan masyarakat, melalui gerakan Indonesia Mengajar, hingga menjadi rektor Universitas Paramadina (2007-2015). Perhatiannya dalam dunia pendidikan itu semakin terlengkapi sejalan dengan pengangkatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2014-2016) dalam kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi.

Begitu pula kapasitas modal sosialnya terbilang luas. Semenjak menggeluti dunia pendidikan menengah, ia telah menjalin beragam relasi dalam kegiatan pelajar. Menjadi semakin luas tatkala bangku kemahasiswaan dilaluinya dengan beragam jaringan aktivisme, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa UGM serta Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Sejalan dengan perkembangan karier pendidikannya, jaringan-jaringan sosialnya pun semakin luas hingga mengglobal. Ia berelasi dengan kalangan intelektual, kalangan pendidikan, hingga aktivisme gerakan sosial keagamaan.

Dalam dunia politik, walaupun sejauh ini belum tampak keterikatannya dalam partai politik, tidak berarti Anies menjauh dari partai. Pada konvensi calon presiden Partai Demokrat (2013), ia mendaftar dan termasuk 11 tokoh peserta konvensi. Begitu pula pada partai-partai politik lainnya, seperti PKS dan Gerindra yang sejak awal mengusungnya jadi calon gubernur dalam Pilkada DKI 2017.

Hingga saat ini, relasi Anies dengan partai politik tetap terjaga. Pada kesempatan yang sama, para simpatisan dari partai-partai politik tersebut pun masih merujuknya sebagai calon presiden pilihan. Hasil survei pada bulan April 2021, misalnya, menunjukkan dukungan pemilih terhadap Anies lebih banyak terjadi pada responden yang mengaku juga memilih PKS dalam pemilu lalu. Dalam jumlah yang relatif signifikan, dukungan juga diperoleh selanjutnya dari mereka yang mengaku memilih Demokrat, Gerindra, dan PAN.

Namun, hasil survei tersebut juga menggambarkan sosok Anies yang dipilih kurang proporsional pada beberapa latar belakang sosial masyarakat. Para pemilihnya cenderung berasal dari kelompok elite masyarakat. Dari sisi latar belakang pendidikan, misalnya, Anies cenderung diminati kalangan berpendidikan tinggi. Padahal, bagian terbesar masyarakat masih bertumpu pada kalangan berpendidikan menengah ke bawah.

Begitu pula dari segi demografi usia, kelompok usia produktif (24-40 tahun) menjadi kekuatan bagi dirinya. Lebih khusus lagi, terkonsentrasi pada kalangan generasi milenial usia 22-30 tahun. Sementara dari sisi jenis kelamin lebih terkonsentrasi pada laki-laki. Dalam pemilahan domisili Jawa-luar Jawa, masih cenderung lebih besar dipilih oleh responden yang bermukim di luar Jawa, khususnya Sumatera seperti Aceh, Sumbar, Riau, dan Lampung. Sementara di Pulau Jawa, para pemilihnya lebih terkonsentrasi di Jawa Barat.

Terhadap identitas sosial lainnya, seperti keagamaan, sejauh ini para pemilih Anies memang terkonsentrasi pada kalangan beragama Islam. Pemilih yang mengaku beragama selain Islam cenderung minim, kurang proporsinya dari gambaran nasional. Sebaliknya, jika ditelusuri lebih jauh pada kalangan yang mengaku beragama Islam, juga terdapat kecenderungan proporsi dari mereka yang mengaku berafiliasi selain pada Nahdlatul Ulama, relatif lebih banyak memilih Anies.

Dengan kecenderungan distribusi para pemilihnya yang belum proporsional tersebut, sekaligus menunjukkan masih terbuka ruang-ruang penaklukan bagi Anies. Dapat disimpulkan bahwa para pemilihnya saat ini tergolong kalangan yang memang menjadi basis pendukung loyal pada dirinya.

Akan tetapi, bersandar pada hanya basis pendukung loyalnya tampaknya masih kurang menjamin kemenangan bakal mudah ia raih. Ia harus melebarkan penetrasi dukungan kepada para pemilih di luar basis loyalnya. Inilah persoalan krusial yang perlu ia tuntaskan.

Sayangnya, kesempatan memperluas pengaruh politik dalam panggung politik yang ia miliki saat ini sudah semakin terbatas. Bagaimanapun posisinya sebagai gubernur DKI akan berakhir hingga 2022. Tidak ada kesempatan baginya untuk melanjutkan jabatan hingga Pilkada DKI yang dilakukan serentak pada tahun 2024. Selepas menjadi gubernur, belum tampak jelas benar orientasi politiknya tertuju yang sekaligus dapat memperkuat basis dukungan terhadap dirinya.

Namun, dalam situasi yang kurang mendukung tersebut, tidak juga berarti kemenangan semakin jauh dari jangkauannya. Anies selalu punya strategi jitu dalam melangkah. Bukankah pengalaman dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 menunjukkan, justru pada tahap-tahap akhir persaingan politik, ia justru mampu menyingkirkan lawan-lawan politiknya?

Pada Pilkada DKI Jakarta 2017, semenjak awal persaingan, Anies bersama pasangannya, Sandiaga Uno, selalu ditempatkan di posisi akhir di bawah proporsi dukungan terhadap Ahok-Djarot dan Agus-Sylvi. Survei yang dilakukan Litbang Kompas pada bulan Desember 2016, misalnya, Anies-Sandi hanya mampu menguasai dukungan 19,5 persen.

Proporsi tersebut hanya separuh bagian dari pasangan Agus-Sylvi yang mampu mengumpulkan hingga 37,1 persen. Begitu pula masih di bawah capaian Ahok-Djarot, yang saat itu mengumpulkan 33 persen.

Survei berikutnya, dalam waktu dua bulan (Februari 2017), dukungan terhadap Anies-Sandi meningkat. Mereka mampu meraih 28,5 persen dan bersaing ketat dengan Agus-Sylvi (28,5 persen). Sementara pasangan Ahok-Djarot saat itu mampu memuncaki persaingan dengan dukungan 36,2 persen.

Posisi tersebut dapat dipertahankan hingga pilkada sekaligus menempatkan Ahok-Djarot (42,9 persen) dan Anies-Sandi (39,9 persen) melaju pada tahap kedua pilkada.

Pada Pilkada DKI tahap kedua (19 April 2017), langkah Anies-Sandi semakin tidak terbendung. Mereka tampaknya memahami bahwa potensi dukungan terbuka lebar. Sementara sebaliknya, bagi pasangan Ahok-Djarot, dukungan tidak lagi mungkin beranjak. Pasalnya, semua terkait dengan kekuatan identitas, khususnya penguatan identitas keagamaan dan etnisitas, yang kental mewarnai kontestasi politik. Titik lemah inilah yang menghambat penetrasi lawan dan sebaliknya memuluskan langkah-langkah penguasaan politiknya.

Dalam pilkada yang cenderung berlangsung emosional tersebut, terbukti Anies-Sandi mampu menghimpun dukungan lebih besar lagi. Dengan strategi yang dilakukan, basis pendukungnya yang sebelumnya terkonsentrasi di kalangan lapisan elite perkotaan berkembang menjadi semakin luas hingga kalangan menengah bawah perkotaan dan dipersatukan dalam kesamaan identitas.

Para pemilih, yang sebelumnya menjadi pendukung Agus-Sylvi, pada tahap kedua pilkada beralih kepada Anies-Sandi. Ia mampu menyalip pesaingnya di tikungan terakhir pilkada. Tidak kurang dari 57,9 persen dukungan ia raih meninggalkan jauh lawan politiknya, Ahok-Djarot (42,0 persen).

Mengejutkan memang, bagaimana Anies yang semula diposisikan di urutan terbawah nyatanya mampu menjadi pemenang. Itulah mengapa, bukan perkara yang mustahil pula jika catatan karier politik gemilang Anies ini bakal terulang. (Dikutip dari LITBANG KOMPAS)

.

Politik

Suara PPP Kembali Tembus 4 Persen, Sandiaga Uno: Semua Kader Tolong Kawal Terus

Published

on

Ketua Bapillu PPP Sandiaga Uno saat menghadiri giat kampanye di Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Jakarta, goindonesia.co –  Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terlihat kembang kempis dalam proses perolehan suara real count sementara versi aplikasi Sirekap Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Setelah sebelumnya berada di bawah syarat ambang batas parlemen, partai berlambang kabah itu kini mulai tembus 4 persen.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PPP Sandiaga Uno optimistis partainya tembus 4 persen dan lolos ke parlemen sampai hitungan final KPU.

“Insyaallah hingga akhir perhitungan kita dapat terus berada di atas angka 4 persen. Aamiin ya robbal alamin,” ujar Sandi melalui akun Instagram pribadinya, seperti dilihat Minggu (3/3/2024).

Mencegah suara PPP kembali merosot, Sandi meminta kepada seluruh kader untuk mengawal suara partainya hingga akhir penetapan 20 Maret 2024. “Untuk semua kader PPP, tolong kawal terus suara,” tegas Sandiaga.

Seperti diketahui, suara PPP kembang kempis dalam perolehan suara real count  sementara pileg 2024 versi KPU. Jika sebelummya sudah optimistis karena melewati ambang batas parlemen 4 persen, namun pada Kamis, 29 Februari 2024, suaranya kembali turun ke 3,9 persen.

Suara 3,9 persen atau yang setara dengan 3.036.025 itu berasal dari data Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang masuk sebesar 65,55 persen.

Namun pada pagi ini, Minggu, 3 Maret 2024 pukul 09.00 WIB, suara PPP kembali mengembang ke angka 4,01 persen atau sudah kembali melewati ambang batas.

Selain PPP, tercatat ada 9 partai lain yang juga telah lolos ambang batas Parlemen yakni, PDIP (16,39 persen), Golkar (15,05 persen), Gerindra (13,3 persen).

Pada urutan papan tengah ada PKB (11,54 persen), NasDem (9,42 persen) dan PKS (7,5 persen). Ketiga partai ini adalah kelompok partai dari parlemen yang mengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di pemilu 2024.

Di urutan berikutnya ada Partai Demokrat (7,41 persen), PAN (6,95 persen) dan PPP (4,01 persen).

Sebagai informasi, suara real count KPU bisa dilihat pada situs resmi KPU yaitu https://pemilu2024.kpu.go.id/pilegdpr/hitung-suara.

Suara dihitung masih terus berproses hingga KPU ketuk palu pada rapat pleno 20 Maret 2024 dengan penghitungan suara nasional yang dilakukan berjenjang.

Suara PSI Meroket Tidak Masuk Akal, Curiga Ada Operasi “Sayang Anak”

PPP dalam kondisi dag dig dug karena suaranya kembang kempis. Berbeda yang dialami Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai yang baru beberapa bulan dipimpin putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep, suaranya mengalami tren kenaikan yang cukup tajam dalam real count KPU.

Tercatat, pada Kamis, 22 Februari 2024, suara PSI masih berada di 2,55 persen. Kemudian data Jumat, 1 Maret 2024, suara PSI tembus 3 persen.

Terbaru, Minggu, 3 Maret 2024, PSI tembus 3,13 persen dengan suara masuk 65,80 persen. Artinya, dengan kenaikan yang lumayan siginifikan, dan suara masuk baru 65,80 persen, tidak menutup kemungkinan PSI lolos ke parlemen.

Kenaikan suara PSI kemudian mendapat sorotan tajam karena dinilai tidak masuk akal. Ketidakwajaran itu pun disampaikan Ketua Majelis Pertimbangan PPP Muhammad Romahurmuziy alias Romy.

Romy meminta penyelenggara dan pengawas pemilu untuk menyelidiki kenaikan suara signifikan yang didapat PSI. Dia curiga ada “operasi” yang dilakukan untuk menaikkan suara partai pimpinan putra Presiden Jokowi itu.

“Mohon atensi kepada KPU dan Bawaslu operasi apa ini? Meminjam bahasa Pak Jusuf Kalla, apakah ini operasi “sayang anak” lagi?” tulis Romy dalam akun Instagramnya dikutip Minggu (3/3/2024).

Romy meyakini ada lonjakan yang tidak wajar dari suara PSI. Berdasarkan bukti yang diklaim, terdapat terdapat 19 ribu suara dari 110 TPS. Artinya, secara rata-rata ada 173 suara untuk PSI di tiap TPS tersebut.

“Ini dari monitoringnya, saya cuplik salah satunya dari yang beredar di media sosial. Dengan suara per TPS hanya 300 suara, dan partisipasi pemilih rata-rata 75%, suara sah setiap TPS ini hanya 225 suara. Artinya, PSI menang 77% di 110 TPS itu. TIDAK MASUK AKAL!” tegas Romy.

“Saya dan DPP PPP mohon atensi dan tindak lanjut seksama KPU dan Bawaslu untuk tidak menutup mata dari penyimpangan ini!” ucap Romy.

Meroketnya Suara PSI Janggal

Kenaikan drastis suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam real count pemilu 2024 menjadi sorotan. Pasalnya, hasil sejumlah quick count sebelumnya, suara PSI hanya sampai 2 persen.

Kini, suara PSI yang diprediksi sulit lolos Senayan itu pun, merangkak di angka 3,13 persen, dengan suara masuk 65,80 persen.

Founder lembaga survei Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, melalui cuitannya di X, menyebut perolehan suara PSI meledak hanya dalam beberapa hari terakhir.

“PKB naik turun suaranya smooth sejak awal. Demikian juga dengan partai-partai lain. Sementara perolehan suara PSI ‘meledak’ hanya dalam beberapa hari terakhir saja. Biasanya kalau data masuk di Sirekap sudah besar dan proporsional, suara partai-partai tidak akan sedinamis ini,” cuit Burhanuddin.

Sementara itu, Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Muhammad Syaeful Mujab, menilai kenaikan suara PSI menjadi anomali.

“Laju penambahan suara PSI (dan lately Gelora) dibandingkan dengan penambahan jumlah TPS terinput menunjukkan kejanggalan,” kata Mujab.

PSI Minta Tidak Giring Opini Menyesatkan

Sementara itu, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta semua pihak agar tidak menyampaikan pernyataan tendensius menyikapi rekapitulasi suara KPU yang hingga kini masih berlangsung.

Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dalam menanggapi penambahan suara PSI, yang berdasar rekapitulasi suara real count KPU per partaikya sudah melejit ke angkat 3 persen dengan jumlah suara terhitung 65,73 persen.

“Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut,” kata Grace dalam keterangan pers, Sabtu (2/3/2024).

Grace menambahkan, saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi. Dia pun meyakini, PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat di basis suara tersebut

Grace mengingatkan perbedaan antara hasil quick count dengan rekapitulasi KPU juga terjadi pada partai-partai lain. Maka dari itu dia meminta semua pihak bersikap adil, proporsional dan tidak tendensius hanya terhadap PSI.

“Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik,” Grace menandasi. (***)

*liputan6.com 

Continue Reading

Politik

Wacana Paket Prabowo-Ganjar Pranowo, Anies Baswedan Pastikan Siap Pilpres 2 Paslon ataupun 3 Paslon

Published

on

Anies Baswedan saat ditemui setelah seru-seruan bareng influencer di Red Corner Cafe, Minggu (24/9/23) dini hari.  (Foto : Reinaldi Cahyadi/Tribun-Timur.com)

Makassar, goindonesia.co – Anies Baswedan tak takut jika nanti pemilihan presiden (pilpres) hanya 2 poros saja.

Sebelumnya, menguat isu berpasangannya Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden (pilpres).

Jika hal ini terjadi, maka hanya akan ada 2 pasangan saja yang akan maju menjadi Presiden, bukan 3.

Anies Baswedan sendiri mengaku tak tau menahu terkait isu 2 poros yang sedang hangat terdengar.

“Saya tidak tahu itu, bebas saja,” ungkap Anies saat ditemui di Red Corner Cafe setelah seru-seruan bersama influencer, Minggu (24/9/23) dini hari.

Dirinya mengatakan sangat siap berapapun calon presiden yang akan maju nantinya.

“Kita siap saja tentunya,”kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Berbeda halnya dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu yang mengatakan, hal tersebut tak bisa di paksakan.

“Kalau kami berharapnya, PKS bisa lebih dari dua pasangan,”katanya saat ditemui di Hotel Dalton, Sabtu (23/9/23) siang.

Ahmad Syaikhu menjelaskan, saat ini PKS masih terus berikhtiar agar hal tersebut tidak terjadi.

“Bagaimana partai politik bisa tergabung dalam koalisi. Hari ini masih merasakan kemungkinan ada tiga pasang. Mudah-mudahan ini bisa tiga pasang sampai pendaftaran”jelasnya.

Meskipun terdapat dua pasangan, Ahmad Syaikhu mengaku masih punya strategi khusu dalam memenangkan Anies.

“Kan pada akhirnya kita tetap pada upaya bagaimana memenangkan Anies Rasyid Baswedan,”kata dia.

“Kalau pun memang ternyata hasilnya dua pasang, ya kita siap menghadapi berbagai konsekuensi,”ujarnya. (***)

*@makassar.tribunnews.com


Continue Reading

Politik

PKS Pastikan Dukung Cak Imin Jadi Cawapres Anies Baswedan

Published

on

Wakil Ketua Majelis Syura PKS, Hidayat Nur Wahid (Foto : @www.tvonenews.com)

Jakarta, goindonesia.co – Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid memastikan pihaknya mendukung keputusan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menjadi calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan.

Menurut dia, PKS tetap konsisten dengan keputusan Majelis Syura, sejak awal mendukung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) bersama bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. “Perubahan tentu merupakan sebuah keniscayaan, karena tidak ada sesuatu pun di dunia ini statis, apalagi yang sempurna. Sehingga, perubahan untuk perbaikan yang lebih baik dalam kebijakan pemerintah seharusnya menjadi fokus setiap kandidat. Termasuk untuk meneruskan hal-hal yang sudah dinilai baik agar menjadi lebih baik,” jelas dia, melalui keterangan resmi, Selasa (12/9/2023).

Wakil Ketua MPR RI ini memahami harapan Partai NasDem yang meminta PKS segera memutuskan dukungan kepada Cak Imin.

“Di antara partai-partai di KPP, PKS adalah peraih suara terbanyak pada Pemilu 2019 di tiga wilayah strategis, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten,” ujarnya.

“Sehingga sangat wajar apabila bacapres Anies Baswedan, NasDem dan PKB sangat berharap agar bisa menang, dengan PKB kuat di Jatim dan Jateng, tapi juga dengan PKS yang kuat di Jabar, Jakarta, dan Banten,” imbuhnya.

Maka wajar apabila Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh berharap PKS tetap berada di Koalisi Perubahan untuk Persatuan ini. Terlebih, PKB juga mengungkit kisah sukses koalisi antara PKB dan PKS yang memenangi 40-50 Pilkada di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, Anies Baswedan mengaku besok, Selasa (12/9/2023) akan melakukan sowan ke markas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersama dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Hal ini dia ungkapkan usai menggelar rapat pemenangan bersama dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di DPP PKB, Jakarta Pusat, Senin (11/9/2023).

“Rencana besok insyallah besok akan silaturahmi bersama-sama ke DPP PKS bersama tim PKB. Jadi Gus Muhaimin bersama jajaran besok siang akan ke PKS, dan kemudian bersilaturahmi di sana,” ujar dia.

Sementara untuk pernyataan elit PKS yang masih enggan mendukung Cak Imin sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) Anies Baswedan, dia mengatakan tunggu hasil pertemuan besok.

“Pokoknya, besok kita ketemu gitu ya, nanti kita lihat besok insyallah semuanya sama-sama,” tandas dia. (***)

*@tvOnenews.com

Continue Reading

Trending