Connect with us

Dunia Pendidikan

“Sang Penatap Matahari”, Novel Inspiratif Sang Duta Syariah

Published

on

Teks foto: Aat Surya Safaat, Wartawan Senior dan Konsultan Komunikasi yang pernah menjadi Kepala Biro Kantor Berita ANTARA di New York (1993-1998) dan Direktur Pemberitaan ANTARA (2016). Saat ini mendapat amanah sebagai Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). (Doc Istimewa).

Jakarta – goindonesia.co – Di kalangan indusri keuangan syariah, siapa yang tak kenal Muhammad Gunawan Yasni? Pria kelahiran 17 September 1969 yang lebih dikenal sebagai Gunawan Yasni itu adalah, seorang ahli keuangan syariah dan anggota Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) serta anggota Dewan Pengawas/Penasehat Syariah di beberapa lembaga keuangan lainnya.

Gunawan Yasni dibesarkan di lingkungan keluarga terdidik yang memegang penuh keyakinan terhadap nilai-nilai Islam. Ayahnya, Zainul Yasni adalah ahli ekonomi syariah yang pernah bertugas sebagai Ketua Tim Koordinasi Kegiatan Ekspor ke Timur Tengah Departemen Perdagangan dan Koperasi hingga menjadi Duta Besar Indonesia di Yordania.

Sang Ayah menularkan pengetahuan dan pemahaman tentang ekonomi syariah kepadanya dengan memberi berbagai referensi tentang standar ekonomi syariah dan filosofi bermuamalah menurut keyakinan Islam.

Tak heran jika pemilik gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Magister Managemen Keuangan dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Prasetiya Mulya itu begitu fasih berbicara tentang ekonomi dan keuangan syariah.

Terkait keahliannya, ia juga telah menulis empat buku, yakni “Ekonomi dan Keuangan Syariah: Pemahaman Singkat dan Penerapan Ringkas” (dalam bahasa Indonesia dan Inggris); “Ekonomi Sufistik”; “Investasi Syariah”; dan “Pemikiran Ringkas Keuangan Islam” (dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab).

Tapi siapa sangka Muhammad Gunawan Yasni, SE.Ak., MM, CIFA, FIIS yang pada 2014 dinobatkan Karim Consulting sebagai “Sharia Ambassador” (Duta Syariah) dan “Icon of Sharia Capital Market” (Ikon Pasar Modal Syariah) itu juga telah menulis sebuah novel bergenre romantisme dalam dua bahasa (Indonesia dan Ingggris), masing-masing dengan judul “Sang Penatap Matahari” dan “The Sun Gazer”.

Novel “Sang Penatap Matahari” itu sendiri diberi kata pembuka oleh sosok misterius bernama Saray. Dialah yang menceritakan siapa Mogayer Gamil Yahya, tokoh utama novel ini (bukan kebetulan nama penulisnya adalah Muhammad Gunawan Yasni). Melalui Saray, pembaca mengetahui siapa Mogayer serta asal-usulnya.

*Di Ilhami kisah nyata*

Novel setebal 454 halaman dan terdiri dari 12 bagian itu sejatinya diilhami kisah nyata masa lalu, saat ini, dan masa depan penulisnya, seorang pria yang menyebut dirinya “A father to no one” (Ayah dari tak seorang pun) karena Mogayer “divonis” tidak akan bisa memberi keturunan akibat kondisi kesehatan di masa kecilnya, yaitu kelainan pada tulang kakinya.

Mogayer yang pada masa anak-anak cenderung penyendiri, kadang bersembunyi dalam keramaian, menutup diri dan bahkan menghindari cahaya matahari, pada masa remajanya menemukan pucuk-pucuk cintanya pada wanita-wanita luar biasa.

Mereka bagai datang dari dunia lain, khusus untuk melembutkan hati Mogayer, mengusir kesepiannya, membentuk kepribadiannya, dan menumbuhkan rasa percaya dirinya. Kisah cintanya berliku, unik dan indah karena datang dari ketulusan.

Wanita-wanita dimaksud adalah Sarah Scott Allenby yang dikenalnya saat Mogayer belajar di American Community School (ACS, setingkat SMA) di Yordania, dan Alejandra Magnolia saat dia belajar setingkat SMA di Sekolah Indonesia Cairo (SIC) Mesir.

Sarah Allenby adalah cucu dari Edmund Henry Hynman Allenby, jenderal perang Inggris yang menjadi Komandan Pasukan Gabungan ketika merebut Palestina dari penguasaan Kekhilafahan Turki Usmani.

Nama Allenby diabadikan menjadi nama sebuah jembatan yang merupakan satu-satunya akses bagi warga Palestina yang akan keluar dari negaranya yang sedang dijajah Zionis Israel. Namanya “Allenby Bridge” atau sekarang disebut “King Hussein Bridge” (Jirs Al-Malek Hussein).

Sarah Allenby sendiri sangat peduli terhadap kondisi orang-orang Palestina dan sangat mencintai anak-anak Palestina yang menjadi pengungsi karena kampung halamannya digusur tentara Zionis Israel, bahkan Sarah kemudian meninggal tragis karena menjadi martir dalam pembelaan bagi orang-orang Palestina.

Sementara itu Alejandra Magnolia adalah gadis cantik puteri Atase Pertahanan Meksiko di Mesir, Eduardo Luis Martinez. Magnolia mempunyai minat baca yang luar biasa terkait teologi, filsafat, dan budaya, meski baru sekolah setingkat kelas satu SMA.

Tapi “kebersamaan” dengan Magnolia tidak berlangsung lama karena ayah gadis Meksiko itu ditarik pulang lebih cepat ke negaranya dari tugasnya selaku Atase Pertahanan Meksiko di Mesir.

Setelah lulus dari sekolah di Kairo Mesir, Mogayer langsung mengikuti tes masuk perguruan tinggi, Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Dia fokus mengincar Faluktas Ekonomi Universitas Indonesia.

Masa-masa kuliah tampaknya tidak seindah masa-masa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, baik saat belajar di Yodania maupun di Mesir. Romantisme masa remajanya sudah dihabiskan di dua negeri para Nabi itu. Dia kembali menjadi penyendiri meskipun tidak takut lagi pada sinar matahari.

Mogayer benar-benar memanfaatkan masa kuliahnya sebagai masa belajar serius dan mulai meletakkan fondasi bagi mimpi-mimpinya. Dia juga untuk sementara menutup hatinya terhadap wanita meski dia tahu ada teman seangkatannya yang berusaha tebar pesona di hadapannya.

*Teladan Nabi Ibrahim*

Mogayer, nama samaran Gunawan Yasni itu, lulus dari Fakultas Ekonomi dan menyandang predikat Akuntan dari Universitas Indonesia serta memperoleh gelar Magister Management Keuangan dari Prasetiya Mulya. Dia juga memiliki sertifikasi sebagai Certified Islamic Financial Analyst dari Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia.

Gunawan yang kini beristrikan Aisha adalah juga seorang Fellow di Islamic Insurance Society (FIIS) dan pemegang Sertifikasi Level Lanjutan (Level IV) Manajemen Risiko Perbankan.

Ahli Keuangan syariah itu berpisah dengan istri pertamanya Asiyah yang diharapkannya menjadi “mujahidah” dengan cara baik-baik karena dia merasa tidak akan bisa memberikan keturunan, sedangkan istri keduanya Aisha menyatakan ridho untuk tetap menjadi istri yang setia meski tahu bahwa Gunawan tidak akan bisa memberikan keturunan.

Sejak beberapa tahun terakhir, pemikiran Gunawan Yasni yang paling banyak didengar, dibahas, hingga dikutip berbagai kalangan cendekiawan adalah keinginannya menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.

Tampaknya menjadi pendakwah ekonomi dan keuangan syariah sudah menjadi jalan hidup seorang Gunawan Yasni. Ia sering menjadi narasumber untuk media-media nasional serta dikenal kompeten dalam menulis dan berbicara tentang topik yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan syariah.

Gunawan Yasni telah mengkomunikasikan pesan ekonomi syariah selama hampir 25 tahun dalam upaya mewujudkan harapannya menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi Syariah dunia. Ia juga sering diundang menjadi pembicara terkait ekonomi dan keuangan syariah ke berbagai negara, termasuk ke Amerika dan Spanyol.

Dia mencita-citakan agar masyarakat terbebas dari riba, sementara dalam ekonomi syariah tampak jelas adanya kebaikan atau kemaslahatan dan keadilan yang tidak hanya diperuntukkkan bagi orang Muslim semata.

Meminjam istilah pakar ekonomi syariah non Muslim yang juga praktisi hukum bisnis dari Amerika, Michael McMillen, ekonomi syariah sejatinya memadukan antara “the profit” (keuntungan) yang menjadi incaran perusahaan dengan panduan “the prophet” (Nabi) Muhammad yang menjadi panutan dan teladan umat Islam.

Kembali mengenai novel “Sang Penatap Matahari”, novel yang diangkat dari kisah nyata itu sangat menarik, terutama karena kisah cinta Mogayer dengan Sarah dan Mogayer dengan Magnolia bukan hanya romantis, tetapi juga sangat isnpiratif.

Dari merekalah Mogayer belajar tentang kesetiaan, harga diri, empati, kejujuran, keberanian, dan kasih sayang. Mogayer, anak bungsu dari delapan bersaudara yang dulu selalu mengurung diri karena sering ditinggal kedua orangtuanya bertugas ke daerah dan ke luar negeri, selanjutnya justru menjadi sang penatap matahari.

Diakuinya pula, rasa percaya dirinya, meski kadang naik-turun, juga terbentuk berkat bimbingan kakak sulungnya, Yus yang melatihnya menekuni olahraga bela diri karate sewaktu ia berstatus pelajar sebelum berangkat ke Yordania, mengikuti ayahnya yang mendapat amanah sebagai Duta Besar RI untuk Yordania.

Membaca novel ini pembaca dibuat penasaran, karena penulisnya menyajikan kisah yang hidup dan imajinatif, halaman demi halaman, dengan bahasa yang ringan dan sederhana serta mudah dicerna.

Penulis seperti mencurahkan semua perasaan yang menghimpitnya hingga pembaca seperti diajak masuk ke dalam masalah yang sedang dia hadapi, bahkan pembaca yang melankolis bisa menitikkan airmata ketika mencermati beberapa episode perjalanan hidup Mogayer dalam novel “Sang Penatap Matahari” yang kini dapat dipesan melalui tokopedia itu.

Kembali terkait pernikahan dengan istri keduanya, ada sesuatu yang unik. Mereka menikah secara sederhana, tepat saat kaum Muslimin menyembelih hewan qurban. Mereka menikah sore hari dalam suasana Hari Raya Idul Adha serta hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat.

Filosofi di balik pernikahan Mogayer dan Aisha di Hari Raya Idul Qurban itu adalah teladan Nabi Ibrahim A’laihissalam. Mereka ingin belajar kepada keluarga Bapak dari para Nabi tersebut. Belajar keikhlasan dan kesetiaan. Bertemu dan berpisah karena Allah, dan menerima semua ketentuan Allah tanpa prasangka.

Resensi novel ini ditulis oleh Aat Surya Safaat, Wartawan Senior dan Konsultan Komunikasi yang pernah menjadi Kepala Biro Kantor Berita ANTARA di New York (1993-1998) dan Direktur Pemberitaan ANTARA (2016). Saat ini mendapat amanah sebagai Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). (***)

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Kemendikbudristek Berikan Dana Apresiasi Tahunan Kepada 44 Seniman

Published

on

Warsad, seorang seniman asal Jawa Barat (Foto : @www.kemdikbud.go.id)

Jakarta, goindonesia.co – Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menyerahkan dana apresiasi tahunan masing-masing sebesar Rp25.000.000 kepada 44 orang penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) kategori Maestro Seni Tradisi.

AKI adalah program pemberian penghargaan yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek setiap tahun, sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada pihak-pihak baik individu, komunitas atau lembaga, yang berprestasi dan/atau berkontribusi dalam upaya pemajuan kebudayaan. Maestro Seni Tradisi merupakan salah satu kategori AKI yang diperuntukkan bagi individu berusia di atas 60 tahun, yang secara tekun dan gigih mengabdikan diri lebih dari 35 tahun pada jenis seni yang langka atau nyaris punah, serta mewariskan keahliannya kepada generasi muda.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan bahwa penting untuk mendudukkan kembali urusan kebudayaan sebagai arus utama pembangunan, dan dalam hal ini, maestro seni tradisi memiliki peranan besar untuk mewariskan semangat dan pengetahuan kepada generasi muda. Terlebih lagi dalam kondisi saat ini, perubahan sosial yang terjadi begitu cepat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup seni tradisi, di mana jumlah orang yang berkecimpung di bidang seni tradisi semakin lama semakin berkurang.

Selain dana apresiasi yang diberikan seumur hidup kepada para penerima AKI kategori Maestro Seni Tradisi untuk mendukung aktivitas berkarya dan proses pewarisan seni tradisi yang ditekuninya, tahun ini Kemendikbudristek juga akan memberikan jaminan sosial melalui kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan.

”Seniman tradisi seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan dianggap hanya sebatas hobi, bukan pekerjaan profesional. Pemberian jaminan sosial ini adalah bentuk pengakuan negara bahwa seniman adalah sebuah profesi yang memegang peranan penting dalam pemajuan kebudayaan, sehingga sudah sepantasnya mendapat perlindungan sosial dalam melaksanakan pekerjaannya,” ujar Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Restu Gunawan, di Jakarta (23/4).

Dari total 71 seniman tradisi yang telah ditetapkan sebagai penerima AKI kategori Maestro Seni Tradisi sejak tahun 2007 s.d 2023, ada 44 orang yang saat ini masih hidup dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu diantaranya adalah I Made Taro, seniman di bidang tradisi lisan yang berasal dari Bali, ditetapkan sebagai penerima AKI pada tahun 2008.

Selain masih aktif menjadi narasumber di berbagai forum, Made Taro juga menulis sejumlah buku, “Sekarang penjualan buku kurang laris karena minat baca yang semakin menurun. Sebagian besar buku, saya hadiahkan untuk anak-anak yang tertarik membaca seni tutur atau memenangkan permainan saat mendongeng, serta mengisi perpustakaan sekolah yang bekerja sama dengan Sanggar Kukuruyuk. Dana apresiasi yang saya terima setiap tahun dari Kemendikbudristek, saya gunakan untuk mencetak buku-buku tersebut,” jelasnya.

Selain Made Taro, ada Agustinus Sasundu dan Warsad di antara 44 nama tersebut. Agustinus, seniman alat musik bambu asal Sulawesi Utara yang ditetapkan sebagai penerima AKI pada tahun 2016, mengatakan bahwa dana apresiasi yang setiap tahunnya dikirimkan oleh Kemendikbudristek digunakan untuk membuat, memperbaiki, dan mengajarkan alat musik bambu.

“Usia saya 73 tahun dan masih aktif membuat alat musik bambu terutama suling, membuat not balok, dan mengajarkannya kepada mahasiswa. Saya juga pernah diundang ke Istana Negara untuk memainkan lagu Indonesia Raya menggunakan orchestra musik bambu serta diundang di sejumlah acara pesta rakyat yang diselenggarakan oleh Pemda dan DPRD. Saya akan tetap melesatarikan alat musik bambu ini karena bisa masuk ke semua jenis aransemen dengan melodi yang indah. Terlebih lagi dana apresiasi dari pemerintah semakin memotivasi saya untuk terus berkarya dan mengenalkan musik bambu ke generasi berikutnya,” ujar Agustinus Sasundu.

Warsad, seorang seniman asal Jawa Barat yang ditetapkan sebagai penerima AKI pada tahun 2019, juga mengatakan bahwa dana apresiasi yang setiap tahun diterima dari Kemendikbudristek digunakan untuk menunjang aktivitas pewarisan seni tradisi yang ditekuninya melalui Sanggar Jaka Baru miliknya. “Walaupun usia saya sudah tidak muda lagi, saya berkewajiban untuk melestarikan dan meneruskan tradisi Wayang Golek Cepak kepada generasi muda. Terlebih dengan adanya dana apresiasi dari pemerintah ini membuat saya semakin termotivasi untuk terus berkarya. Pada tahun 2022, kami juga terlibat dalam pentas dan lokakarya bersama Salihara, kemudian di tahun 2023 kami menyelenggarakan pentas di sanggar dengan mengundang stasiun TV swasta,” jelas Warsad.

Pada kesempatan ini, Kemendikbudristek juga mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi aktif dalam gelaran AKI 2024, agar program pemberian penghargaan ini lebih luas jangkauannya dan tepat sasaran. Tahun ini ada 7 kategori penghargaan yaitu Tanda Kehormatan dari Presiden, Maestro Seni Tradisi, Pelestari, Pelopor dan/atau Pembaru, Lembaga dan Perorangan Asing, Media, dan Anak. Periode pengusulan calon penerima AKI 2024 telah dibuka sejak 5 Maret dan akan berakhir pada 10 Mei mendatang. Informasi selengkapnya dapat diakses melalui laman anugerahkebudayaan.kemdikbud.go.id atau instagram anugerahkebudayaan.official. (***)

*Biro Kerja Sama dan Humas Sekjen KemendikbudristekTim Setditjen Kebudayaan

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Upaya Kemendikbudristek Optimalkan Merdeka Belajar di Kalimantan

Published

on

Gerakan Merdeka Belajar di satuan pendidikan Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. (Foto : @www.kemdikbud.go.id)

Palangka Raya, goindonesia,co— Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan (Dirjen GTK), Nunuk Suryani, mengapresiasi kerja keras pendidik dan tenaga pendidik dalam mengimplementasikan Gerakan Merdeka Belajar di satuan pendidikan Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Dirjen Nunuk mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya meluaskan Gerakan Merdeka Belajar dengan mengoptimalkan sejumlah program prioritas Ditjen GTK, seperti rekrutmen ASN PPPK Guru, Pendidikan Profesi Guru (PPG), Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), Pendidikan Guru Penggerak (PGP), Program Pengembangan Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PKG PJOK), Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), dan Awan Penggerak.

“Pemerintah melalui Kemendikbudristek terus berkomitmen memperjuangkan kesejahteraan dan perlindungan bagi guru honorer melalui rekrutmen ASN PPPK Guru. Dan bagi guru yang sudah menjadi ASN PPPK, Kemendikbudristek memberi ‘karpet merah’ agar bisa menjabat menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah di satuan pendidikan serta daerahnya masing-masing,” ucap Nunuk saat temu sapa dengan pendidik dan tenaga pendidik di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Percobaan Palangka Raya, Rabu (20/3).

Nunuk Suryani menyebut, terobosan lain yang dilakukan oleh Kemendikbudristek pada tahun ini adalah akan melakukan akselarasi pada program PPG. Akselerasi tersebut nantinya akan menambah jumlah peserta sertifikasi guna menuntaskan permasalahan sertifikasi pendidik bagi para guru di Indonesia. Nunuk berharap, para pendidik dan tenaga pendidik terus menjadi pondasi dalam berjalannya Gerakan Merdeka Belajar di satuan pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah.

“Teruslah bekerja dengan baik di satuan pendidikan masing masing dan menjadi abdi negara yang profesional untuk mewujudkan Merdeka Belajar bagi pelajar Indonesia,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Jayani, mengatakan bahwa Palangka Raya memiliki karakter geografis yang unik sehingga letak dari satuan pendidikan yang adapun menjadi beragam. Jayani menambahkan, profesi guru masih menjadi salah satu peminat terbanyak di Palangka Raya, namun juga hal tersebut belum sebanding dengan jumlah satuan pendidikan yang ada sehingga dibutuhkan kerja sama untuk menyelesaikannya.

“Saat ini Kota Palangka Raya masih menjadi magnet bagi para guru di Kabupaten/Kota untuk bertugas mengajar dan mendapatkan formasi ASN PPPK Guru. Pemerintah Kota menyambut baik kolaborasi dan kerja sama ini guna menuntaskan sejumlah permasalahan di satuan pendidikan Palangka Raya,” ungkap Jayani.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Percobaan, Mulyati, mengungkapkan bahwa proses pembelajaran SDN Percobaan pada tahun ajaran 2022/2023 telah memfasilitasi peserta didik kelas 1 s.d. 6 dengan Kurikulum Merdeka Mandiri Belajar, dan menambah jam pembelajaran KoKurikuler Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Pada tahun ajaran 2023/2024, SDN Percobaan mencoba mengimplementasikan Kurikulum Merdeka untuk peserta didik kelas 1, 2, 4, dan 5, serta Kurikulum 2013 untuk kelas 3 dan 6, dengan mempertahankan pembelajaran KoKurikuler P5 yang berlaku untuk peserta didik kelas 1 s.d. 6.

“Sebagai hasil belajar Kokurikuler dan ekstrakurikuler SDN Percobaan berhasil menggelar Pameran Hasil Belajar P5 sebanyak tiga kali. Pameran pertama berlangsung di SDN Percobaan pada November 2022, sekaligus menjadi inspirasi bagi seluruh sekolah IKM Kota Palangka Raya. Pameran kedua berlangsung di Gedung Pemerintah Kota Palangka Raya pada Maret 2023, berkolaborasi dengan Sekolah Penggerak dan Sekolah IKM Palangka Raya. Dan pameran ketiga digelar November 2023 di Halaman SDN Percobaan,” ujar Mulyati.

Selanjutnya, Mulyati juga menuturkan bahwa SDN Percobaan sudah memiliki Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK), Tim Sekolah Ramah Anak, Tim Patroli Kebersihan Lingkungan, dan Siswa Pemantau Jentik (SISMANTIK) dalam proses pembelajaran di sekolah. “Dengan banyaknya kegiatan dan sinergi yang dilakukan di SDN Percobaan, kami berharap ke depannya dapat merevitalisasi ruang perpustakaan dan membangun aula sekolah,” ucapnya.

Acara temu sapa Dirjen GTK ini turut dihadiri oleh sejumlah Guru Hononer, Guru Penggerak, dan Guru PPPK. Salah satu guru PPPK, Rina Susanti, mengungkapkan bahwa dirinya merupakan lulusan seleksi ASN PPPK pada tahun 2022 dan mengajar di SDN Percobaan. “Saya berharap ke depannya guru PPPK dapat memiliki jenjang karir di satuan pendidikan dan mendapatkan perpanjangan masa kerja secara otomatis tanpa mengulang proses seleksi yang telah dilakukan,” imbuh Rina.

Senada dengan Rina, salah satu guru honorer SDN Percobaan, Maria Christina, mengatakan bahwa dirinya sudah mengabdi di SDN Percobaan sejak tahun 2009, dan kini mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris sekaligus menjadi wali kelas. “Dengan berlakunya kurikulum merdeka, saya berharap tetap dapat mengikuti seleksi PPPK sesuai dengan ijazah yang dimiliki atau juga diberi kesempatan dengan formasi wali kelas sesuai dengan data di Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Selain itu, sebagai tenaga pendidik Non-ASN saya berharap Kemendikbudristek dapat membuka ruang untuk mendapatkan sertifikasi,” tutup Maria. (***)

*Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Peluncuran Peta Jalan Sanitasi Sekolah, Menuju Lingkungan Sekolah yang Bersih dan Sehat

Published

on

Peluncuran dokumen Peta Jalan atau Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030 oleh Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (Foto : @www.kemdikbud.go.id)

Jakarta, goindonesia.co – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, secara resmi meluncurkan dokumen Peta Jalan atau Roadmap Sanitasi Sekolah 2024-2030. Dokumen ini menjadi landasan perencanaan bagi seluruh pihak terkait untuk mewujudkan sanitasi sekolah yang berkualitas di akhir tahun 2030.

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Sekolah Menengah Pertama yang juga berperan sebagai Supervisor Gerakan Sekolah Sehat (GSS), I Nyoman Rudi Kurniawan, dalam laporannya menyampaikan bahwa Kemendikbudristek bersama pemangku kepentingan lainnya telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pengembangan sanitasi sekolah melalui berbagai intervensi.

“Kami telah memperbarui kebijakan dan standar nasional tentang sanitasi, meningkatkan pengembangan kapasitas kepala sekolah dan guru, melengkapi data pokok pendidikan dengan indikator sanitasi sekolah, serta mengatur alokasi anggaran untuk membangun fasilitas sanitasi sekolah,” jelas Nyoman di Jakarta, Senin (26/2).

Menurut Nyoman, peluncuran dokumen Peta Jalan Sanitasi Sekolah ini sejalan dengan Gerakan Sekolah Sehat yang berfokus pada satuan pendidikan dalam rangka mewujudkan peserta didik yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter.

Nyoman pun mengapresiasi dukungan kementerian/lembaga terkait dan mitra seperti United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia, Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL), Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV) Indonesia, Wahana Visi Indonesia, SPEAK Indonesia, Plan International Indonesia, GIZ Fit for School, dan CARE Indonesia yang telah mendukung penyusunan dokumen peta jalan ini.

Selain itu, kegiatan peluncuran ini juga menghadirkan sejumlah narasumber untuk berdialog terkait praktik baik perencanaan dan kebijakan Sanitasi Sekolah di wilayah atau satuan pendidikan masing-masing.

Dalam paparannya, Ketua Kelompok Kerja Pembangunan, Perumahan, Permukiman, Air dan Sanitasi (Pokja PPAS) Kabupaten Tangerang, Imam Sutopo, memaparkan terkait kebijakan Sanitasi Berbasis Sekolah (Sanisek) di wilayahnya. Tercatat pada akhir tahun 2018, ada 679 sekolah, yakni seluruh SD dan SMP di Kabupaten Tangerang yang tersebar di 29 kecamatan, menjadi sasaran pembangunan dari program Sanisek ini. Sarana yang dibangun terdiri dari toilet, sarana air bersih, instalasi pengolahan air limbah, dan sarana cuci tangan.

“Kami menjadikan program Sanisek ini sebagai program unggulan RPJMD, agar ada jaminan kebijakan dan alokasi pembiayaan untuk menjalankan program ini yang disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD,” ujar Imam.

Imam melanjutkan, dalam praktiknya, tidak semua kepala sekolah memiliki tingkat kepedulian yang sama terkait sanitasi sekolah. “Untuk itu, dalam monitoring kami melibatkan Bupati Kabupaten Tangerang untuk melakukan sidak. Sehingga, sekolah yang sarana sanitasinya buruk, menjadi indikator kinerja kepala sekolah,” pungkasnya.

Kemudian dari sisi satuan pendidikan, pihak sekolah juga menyambut dengan diluncurkannya dokumen Peta Jalan Sanitasi ini dengan antusias. Kepala Sekolah SMP Negeri 1, Pantee Bidari, Kab. Aceh Timur, Islahudin, menyampaikan bahwa terkait masalah sanitasi di sekolah pedalaman, pemerintah daerah berkomitmen membuat kebijakan yang memprioritaskan sekolah-sekolah tersebut, sehingga akses sanitasi untuk semua sekolah merata.

“Selain itu, para kepala sekolah juga diinstruksikan untuk memaksimalkan anggaran dana BOS sesuai dengan kebutuhan masing-masing agar dapat melakukan kebijakan dan inovasi bersama mita-mitra. Hal ini merupakan solusi bagi kami untuk bergerak di daerah pesisir dan pedalaman,” jelas Islahudin.

Di sisi lain, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Margahayu, Kab. Bandung, Reti Damayanti juga berbagi cerita tentang bagaimana pengalamannya mendapat pelatihan pengenalan aplikasi yang berfokus pada edukasi kesehatan dan kebersihan atau OKY oleh Tim SPEAK.

“Banyak sekali manfaat terkait kesehatan dan kebersihan sekolah yang kami dapatkan. Setelah pelatihan itu, kami pun membentuk tim untuk turut memperkenalkan manfaat tersebut kepada seluruh guru dan peserta didik.”

Sebagai salah satu sekolah binaan Gerakan Sekolah Sehat, SMP Negeri 3 Margahayu telah menerapkan berbagai praktik baik di lingkungan sekolahnya. Beberapa di antaranya adalah menginstruksikan kepada siswa untuk membawa tempat makan dan minum ke sekolah, makan bersama setiap hari Rabu dengan makanan yang dibawa dari rumah, memperbaiki sarana-sarana yang digunakan untuk menunjang sanitasi, serta rencana penyediaan galon air untuk setiap ruang kelas.

Sebagai informasi, sejak tahun 2022, Kemendikbudristek telah meluncurkan GSS sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat/status kesehatan satuan pendidikan dan peserta didik. Dalam GSS terdapat lima fokus sehat, yaitu sehat fisik, sehat gizi, sehat imunisasi, sehat jiwa, dan sehat lingkungan. Peluncuran Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030 ini memperkuat komitmen pemerintah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berkualitas untuk masa depan anak Indonesia. (***)

*Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Continue Reading

Trending