Connect with us

Dunia Pendidikan

Kemendikbudristek Kembali Menyelenggarakan Program Wirausaha Merdeka untuk Angkatan Kedua

Published

on

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Plt. Dirjen Diktiristek), Nizam (Dokumentasi : Biro Kerja Sama dan Humas Sekjen Kemendikbudristek, @www.kemdikbud.go.id)

Jakarta, goindonesia.co —Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menyelenggarakan Program Wirausaha Merdeka angkatan kedua. Program ini memfasilitasi mahasiswa seluruh Indonesia untuk belajar dan mengembangkan diri menjadi calon wirausahawan melalui aktivitas di dalam maupun di luar kelas perkuliahan, yang dapat diakui dan disetarakan dalam bentuk satuan kredit semester (SKS).

“Sangat penting bagi kita menyiapkan adik-adik mahasiswa dengan skills yang sesuai dengan passion, dengan bekal kompetensi dasar yang diperoleh di perguruan tinggi ditambah dengan program-program Kampus Merdeka untuk lebih siap menghadapi berbagai tantangan masa depan,” terang Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Plt. Dirjen Diktiristek), Nizam, pada kegiatan Soft Launching Program Wirausaha Merdeka Tahun 2023 yang berlangsung di Jakarta, Senin (20/3/2023).

Program Wirausaha Merdeka merupakan salah satu program unggulan dalam kerangka kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa Indonesia untuk memperoleh pengalaman pembelajaran di luar kelas sesuai minat mereka masing-masing.

Pada angkatan pertamanya, Program Wirausaha Merdeka melibatkan 17 Perguruan Tinggi terpilih yang memiliki bidang, lembaga, atau inkubator kewirausahaan dan bisnis sebagai Perguruan Tinggi Pelaksana. Sebanyak 11.716 mahasiswa dari 87 Perguruan Tinggi Negeri dan 366 Perguruan Tinggi Swasta di seluruh Indonesia terdaftar sebagai peserta untuk mengikuti kegiatan pembelajaran selama satu semester di 17 Perguruan Tinggi Pelaksana tersebut.

Melalui program ini, mahasiswa yang memiliki minat dan potensi dalam kewirausahaan terfasilitasi serta mendapat dukungan berupa pembekalan kompetensi kewirausahaan, peningkatan kemampuan wirausaha melalui praktikum atau magang, peningkatan pengalaman wirausaha melalui pengembangan ide atau implementasi bisnis, atau kegiatan lain yang bertujuan meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam berwirausaha.

“Saya yakin generasi saat ini sangat penuh dengan kreativitas. Semoga melalui program ini banyak wirausahawan baru lahir yang nantinya akan menjadi pengusaha-pengusaha yang sukses dengan semangat integritas yang kuat sehingga ekonomi Indonesia akan tumbuh dengan sehat dan berkelanjutan,” kata Nizam.

Tidak sekadar memperlengkapi mahasiswa dengan konsep dan teori, program yang dirancang oleh masing-masing perguruan tinggi bersama mitra dunia usaha dan dunia industri ini juga mencakup kegiatan praktikal untuk memberikan pengalaman dan pembelajaran yang utuh seputar kegiatan kewirausahaan. Model pembelajaran ini, menurut Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kiki Yuliati, juga sejalan dengan karakteristik pendidikan vokasi.

“Pembelajaran dengan praktik langsung ini tentunya sejalan dengan karakteristik pendidikan vokasi. Oleh sebab itu, kami mengajak pimpinan perguruan tinggi vokasi untuk mendorong dan mendukung sebanyak-banyaknya mahasiswa untuk bergabung dan belajar berwirausaha,” ucapnya.

Pendaftaran perguruan tinggi pelaksana untuk Program Wirausaha Merdeka Angkatan Kedua saat ini telah dibuka. Kepala Program Wirausaha Merdeka, Gamaliel Waney, menerangkan bahwa target peserta pada angkatan kedua ini adalah sebanyak 12.000 mahasiswa yang nantinya akan belajar, mencari pengalaman, dan melakukan praktik wirausaha langsung di kurang lebih 30 perguruan tinggi pelaksana dengan program wirausaha unggulan.

“Dengan jumlah tersebut, kami berharap luaran yang dihasilkan dari pelaksanaan program bisa meningkat dan memberikan dampak positif dalam mengembangkan ekosistem kewirausahaan di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” ujarnya. (***)

*Biro Kerja Sama dan Humas Sekjen Kemendikbudristek, @www.kemdikbud.go.id

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Berdayakan Potensi Lokal, SMKN 2 Godean Angkat Motif Batik Welut Petung

Published

on

Motif batik Welut Petung (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Sleman, goindonesia.co – Sebagai upaya untuk mengembangkan potensi lokal sekaligus mengenalkan budaya tradisional kepada generasi muda, SMKN 2 Godean, Sleman, Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta, mengembangkan motif batik yang bernama Welut Petung. 

Motif Welut Petung sendiri diangkat karena siswa Konsentrasi Keahlian Tata Busana SMKN 2 Godean, terinspirasi dengan fauna dan flora lokal yang banyak dijumpai di wilayah Godean. Welut atau yang biasa dikenal belut dan petung atau bambu besar menjadi ciri khas dalam desain ini yang menggambarkan kekayaan alam di wilayah Godean. 

Belut dikenal sebagai hewan yang mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi, sementara bambu petung melambangkan kekuatan dan ketahanan. Kombinasi kedua elemen ini menciptakan pola yang khas dan memiliki makna mendalam bagi masyarakat lokal.

Kepala SMKN 2 Godean, Theresia Susilorini, menyampaikan bahwa SMKN 2 Godean mendukung perwujudan Education for Sustainable Development (ESD), salah satunya dengan mengangkat kearifan lokal ke dalam motif batik. Upaya ini bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada kearifan lokal, sembari memberikan keterampilan dalam bidang batik yang bisa menjadi bekal mereka di masa depan.

“Kami ingin siswa kami tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga mengenal dan mencintai budayanya sendiri. Motif ini diciptakan oleh siswa kami sendiri kemudian dikembangkan sampai sekarang dan sudah terdaftar HAKI,” ucap Susilorini. 

Menurut guru Konsentrasi Keahlian Tata Busana SMKN 2 Godean, Sri Wahyuni, inisiatif ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dinas Pendidikan setempat dan pelaku industri batik. Motif yang telah diciptakan oleh siswa kemudian diaplikasikan dalam selembar kain dan sekarang kain batik motif welut petung digunakan sebagai seragam SMKN 2 Godean. Selain digunakan sebagai seragam sekolah, kain batik motif welut petung dijual untuk umum. 

“Dalam program ini, siswa tidak hanya belajar teknik membatik, tetapi juga diajarkan tentang makna dan filosofi di balik motif Welut Petung. Dengan adanya program batik ini, kami harap mereka bisa menjadi agen pelestarian budaya daerah,” ucap Sri Wahyuni. 

Sementara itu, Rifnati Aulia Sari, siswa kelas XI Konsentrasi Keahlian Tata Busana, mengungkapkan kegembiraannya bisa ikut terlibat dalam proses produksi kain batik welut petung. 

“Rasanya senang bisa mempelajari motif batik yang unik dan bangga bisa mengenalkan kearifan lokal dari daerah ke dalam produk yang berbeda. Kami berharap ke depan motif ini akan semakin dikenal karena dengan begitu kekhasan tempat tinggal kami jadi terangkat,” ucap Rifnati. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Mendikdasmen Dorong Lulusan SMK Kembangkan Kewirausahaan berbasis Produk Lokal

Published

on

Kewirausahaan berbasis Produk Lokal (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Depok, goindonesia.co – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mendorong penguatan kompetensi kewirausahaan berbasis potensi daerah bagi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Penguatan kompetensi kewirausahaan ini diharapkan dapat melahirkan lebih banyak lagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis potensi daerah yang berasal dari lulusan SMK.

Hal tersebut disampaikan oleh Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, saat mengunjungi Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bisnis dan Pariwisata (BBPPMPV Bispar) pada Selasa (29-10-2024). Menurut Abdul Mu’ti, UMKM merupakan salah satu kekuatan ekonomi Indonesia saat ini yang sedang didorong oleh pemerintah. 

SMK, lanjut Abdul Mu’ti, memiliki potensi dan peluang besar menciptakan lulusan-lulusan untuk menjadi pelaku-pelaku UMKM-UMKM  yang dapat mengolah berbagai potensi lokal yang ada di Indonesia.

“Apalagi sekarangkan slogan SMK itukan bekerja atau berwirausaha. Hal inilah yang harus kita dorong,” kata Abdul Mu’ti di BBPPMPV Bispar. 

Dengan kompetensi yang dimiliki, Mendikdasmen berharap  lulusan-lulusan SMK dapat mengembangkan UMKM berbasis potensi lokal. Mereka juga dapat menggandeng komunitas masyarakat setempat untuk menggerakan ekonomi berbasis potensi lokal.

“Jadi, nanti kewirausahaannya akan lebih bervariasi misalnya mereka yang tinggal di daerah perkebunan teh, maka mereka bisa mengolah teh yang menjadi potensi daerahnya,” tambah Mendikdasmen. 

“SMK ini kan lebih kepada kompetensi dan bagaimana kompetensi ini dapat diintegrasikan dengan potensi alam yang kita miliki dan potensi sosial yang kita miliki,” tambah Mendikdasmen. 

Pada kesempatan tersebut, Mendikdasmen juga mendorong kerja sama SMK dengan UMKM-UMKM. Menurutnya, SMK tidak harus mengandalkan perusahaan-perusahaan besar sebagai mitra industri sekolah. UMKM yang sesuai dengan bidang kompetensi, menurut Mendikdasmen dapat menjadi mitra strategis SMK untuk berbagai kegiatan seperti magang atau kegiatan pelatihan lainnya.

“Jadi jangan bayangkan industri itu harus yang padat modal. Kita bisa kemitraan dengan UMKM kemudian nanti pelatihan ini diberikan sertifikat yang bisa menjadi modal anak-anak SMK setelah lulus. Ketika mereka lulus, siswa tidak hanya punya ijazah saja, tetapi juga punya sertifikat. Jadi, keahlian mereka tidak hanya terbatas pada keahlian utama, mereka juga punya keahlian lainnya,” terang Abdul Mu’ti. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Pondok Pesantren Al Falah Ploso

Published

on

Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri (Foto : Istimewa)

Jakarta, goidonesia.co – Pondok Pesantren Al Falah Ploso adalah sebuah lembaga pendidikanasrama berbentuk pesantren salaf. Dalam pengajian sehari-hari memilikibasis pengajian kitab-kitab salaf (tradisional). Pesantren ini didirikan oleh KH. Ahmad Djazuli Usman, seorang putra naib lokal kawasan Desa Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri. Kini,Pesantren Al Falah Ploso beradadi bawah asuhan KH. Nurul Huda Djazuli.

Sejarah singkat

Pada pertengahan tahun 1924,dengan satu masjid dan seorang santri bernama Muhammad Qomar,yang tidaklain adalah kakak iparnya sendiri,Haji Djazuli mulai merintis pesantren. Beliau meneruskan pengajian untukanak-anak desa sekitar Plose yang sudah dimulainya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates.Jumlah murid pertama yang ikut mengaji±12 orang.Di penghujung tahun 1924 itu seorang santri Tremasbernama Abdullah Hisyam asal Kemayan (±3 km selatan Ploso) datang bertamu kepada Haji Djazull sambil membawa salam dan surat-surat dari sahabat lamanya.Akhirnya Hisyam melanjutkan belajarnya kepada kyaiDjazuli yang memang sudah dikaguminya semenjak di Tremas.

Berbekal tekad yang kuat,pada 1 Januari 1925 KH. A. Djazuli Usman mendirikan sebuah madrasah dan memanfaatkan serambi Masjid untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Tanpa terasa santri yang belajar dengan KH. A. Djazuli bertambah banyak menjadi 100 orang.

Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al Falah Ploso pada awalnya tergolong masyarakat abangan (jauh dari agama). Ketika awal berdiri, banyak masyarakatnya mencemooh Pondok Pesantren Al Falah. Apalagi para pejabat dan bandar judi, yang status quo-nya mulai terganggu. Mereka sering menyebarkan isu-isu sesat terhadap pondok pesantren ini. Cerita tentang berdirinya Madrasah sudah terdengar di kalangan yang lebih luas hingga satu demi satu santri berdatangan dan menetap di Ploso. H.Ridwan Syakur, Baedlowi dan Khurmen, ketiganya dari Sendang Gringging ditambah H.Asy’ari dan Berkah dari Ngadiluwih merupakan santri-santri pertama yang menetap.

Suasana sudah terasa ramai dan masjidpun terasa sesak yang menimbulkan permasalahan baru yaitumendesaknya pengadaan ruang belajar yang memadai.Direncanakanlah pembangunan sebuah gedung madrasah.Dengan segenap tenaga, fikiran dan jerih payah yang tak ternilai, Kyai Djazuli keliling desa guna mengumpulkan dana untuk pembangunan tersebut. Beliau harus mengayuh sepeda berpuluh-puluh kilometer sampai Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan terkadang ke Blitar. Namun tak sia-sia banyak hartawan dandermawan mengulurkan tangan sehingga pembangunan segera bisa dilaksanakan.

Penyempurnaan fasilitas dan gedung terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Begitu pula penyempurnaan sistem pendidikan,kurikulum dan metode interaksi diarahkan (berkiblat) kepada sistem Tebuireng pada tahun 1923.

Suatu sistem yang dikagumi dan ditimba oleh Kyai Djazuli selama mondok di sana pada tahun 1923. Maka sistem belajar mengajar di Al Falah ini terus berlangsung dengan berpedoman kepada sistem Tebuireng hingga sekarang. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa Pondok Al Falah adalah duplikat monumental dari Pondok Tebuireng di masa KH.Hasyim Asy’ari tahun 1923.

Kyai Djazuli rupanya mempunyai prinsip yang kokoh dansangat yakin kepada sistem salafiyah yang dipilihnya,sehingga beliau tetap konsisten untuk melestarikannya. Dan ternyata Kyai Djazuli tidak salah pilih sebab sistem salafiyah tetap punya pendukung dan penggemar dikalangan ummat islam. (***)

*Admin

Continue Reading

Trending