Connect with us

Dunia Pendidikan

Kemendikbudristek Mendukung Penguatan Komunikasi dan Kolaborasi Antarklaster BIMP-EAGA

Published

on

Forum Senior Official Meeting (SOM) BIMP EAGA ke-31 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam (Dokumentasi : @www.kemdikbud.go.id)

Bandar Seri Begawan, goindonesia.co – Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyampaikan rekomendasi hasil forum klaster untuk penguatan komunikasi dan kolaborasi di antara klaster dalam kerja sama Sub Kawasan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Filipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Hal tersebut disampaikan Pelaksana tugas Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (Plt. Kepala BKHM), Anang Ristano, selaku Chair of Social Culture and Education (SCE) Cluster (klaster sosial budaya dan pendidikan) BIMP-EAGA.

“Kelompok kerja pada klaster sosial budaya dan pendidikan membutuhkan komunikasi yang lebih kuat dengan kelompok kerja lain untuk mendorong pengembangan dan konvergensi inisiatif,” disampaikan Anang Ristanto dalam laporannya pada forum Senior Official Meeting (SOM) BIMP EAGA ke-31 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, Selasa (24/10).

Usulan untuk mengkomunikasikan program bersama, lanjut Anang, khususnya diperlukan untuk inisiatif yang berpotensi menarik lebih banyak pemangku kepentingan yang relevan untuk diajak berkolaborasi.

Rekomendasi berikutnya adalah menyusun strategi yang dapat meningkatkan efektivitas dan dampak dari program-program klaster sosial budaya dan pendidikan. Pemantauan perlu diperkuat untuk memastikan program-program dapat mencapai target Visi BIMP-EAGA 2025. Selain itu, juga perlu mengidentifikasi mitra potensial untuk berkolaborasi. “Dalam hal ini, BIMP Facilitation Centre telah menyampaikan kepada klaster sosial budaya dan pendidikan mengenai kemungkinan pendanaan dari pemerintah Korea Selatan,” kata Anang.

Sementara itu, saat ini kelompok kerja pengembangan sumber daya manusia akan berfokus kepada pengembangan mitra institusi pendidikan tinggi yang dipimpin oleh Filipina. Kemudian, kelompok kerja pengembangan pemuda dan olahraga saat ini telah menyelesaikan kerangka acuan kerja. “Negara-negara anggota sekarang harus menunjuk focal point mereka. Sebagai informasi, ketua kelompok kerja ini adalah Brunei Darussalam,” jelas Anang.

Klaster sosial budaya dan pendidikan, kata Anang, telah melaksanakan pertemuan Klaster SCE ke-8 pada tanggal 12 Oktober 2023 secara daring. Pertemuan tersebut mengulas dan mendiskusikan implementasi prioritas strategis dari BIMP-EAGA Vision 2025, khususnya di tahun 2023.

Dalam kesempatan yang sama, Anang melaporkan beberapa capaian dari program prioritas strategis dari klaster sosial budaya dan pendidikan.

Terkait program prioritas strategis ke-1: mempromosikan, melestarikan dan mempertahankan budaya dan warisan BIMP-EAGA, di antaranya terselenggaranya Borneo Arts Festival dan Festival BUDAYAW ke-4. Festival BUDAYAW ini diprakarsai oleh Filipina dan menjadi acara rutin BIMP-EAGA setiap dua tahun sekali. “Acara ini sukses dilaksanakan di Makassar pada tanggal 1 sampai dengan 5 September 2023, dihadiri oleh 71 delegasi dari negara anggota BIMP dan 268 delegasi Indonesia yang berasal dari daerah-daerah yang tergabung dalam kerja sama BIMP-EAGA. Acara ini terdiri dari pertunjukan budaya, lokakarya, pameran, seminar, dan kunjungan wisata,” lapor Anang.

Indonesia sebagai penyelenggara BUDAYAW ke-4 telah menyusun acara ini sebagai proyek konvergensi yang mencakup keterlibatan sektor pariwisata, usaha kecil-menengah, dan aspek-aspek yang berkaitan dengan ekonomi hijau sebagai bagian penting di dalam acara tersebut.

Selain itu, saat ini sedang dikembangkan konten-konten budaya BIMP-EAGA yang akan ditayangkan pada platform Indonesiana.tv. Tahun ini Indonesia telah menyiarkan konten budaya dari negara-negara anggota ASEAN karena Indonesia memegang keketuaan ASEAN. “Konten budaya khusus untuk Negara Anggota BIMP-EAGA dan wilayahnya akan dilanjutkan hingga tahun 2024,” imbuh Anang.

Kemudian, terkait program prioritas strategis ke-2: mengupayakan konsultasi dan kolaborasi multisektoral dalam pengembangan sumber daya manusia, Indonesia sedang menyiapkan program baru untuk mobilitas mahasiswa negara BIMP-EAGA. “Indonesian International Student Mobility Awards adalah proyek baru dari Indonesia yang bertujuan untuk mempromosikan mobilitas mahasiswa pendidikan tinggi,” kata Anang.

Saat ini, program tersebut sedang dalam tahap pengembangan dan Indonesia mengundang institusi pendidikan tinggi di negara-negara BIMP-EAGA untuk menjadi tuan rumah program IISMA tahun 2024.

Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Filipina East ASEAN Growth Area atau BIMP-EAGA adalah sebuah inisiatif kerja sama yang didirikan pada tahun 1994 untuk memacu pembangunan di wilayah-wilayah terpencil dan kurang berkembang di empat negara Asia Tenggara yang berpartisipasi.

Melalui BIMP-EAGA, keempat negara ingin menghasilkan pertumbuhan yang seimbang dan inklusif serta berkontribusi terhadap integrasi ekonomi regional dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. BIMP-EAGA ingin meningkatkan perdagangan, pariwisata, dan investasi dengan mempermudah pergerakan orang, barang, dan jasa lintas batas; memanfaatkan infrastruktur dan sumber daya alam bersama dengan sebaik-baiknya; serta mengambil keuntungan maksimal dari saling melengkapi ekonomi.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Kementerian Koordinator bidang Perekonomian. Pertemuan Tingkat Menteri ke-26 BIMP-EAGA diselenggarakan pada 23 sampai dengan 26 Oktober 2023, di Brunei Darussalam. Pertemuan ini mendiskusikan dan mendukung beberapa hasil kerja bersama BIMP-EAGA, antara lain 1) BIMP-EAGA Ministerial Joint Statement; 2) Progres BIMP-EAGA Vision 2025 (BEV 2025); 3) Penandatanganan Letter of Intent (LoI) One Borneo Quarantine Initiative; dan 4) Laporan temuan awal Studi Koridor Ekonomi BIMP-EAGA. (***)

*Sumber : Siaran Pers Kemendikbudrisetek RI

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Berdayakan Potensi Lokal, SMKN 2 Godean Angkat Motif Batik Welut Petung

Published

on

Motif batik Welut Petung (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Sleman, goindonesia.co – Sebagai upaya untuk mengembangkan potensi lokal sekaligus mengenalkan budaya tradisional kepada generasi muda, SMKN 2 Godean, Sleman, Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta, mengembangkan motif batik yang bernama Welut Petung. 

Motif Welut Petung sendiri diangkat karena siswa Konsentrasi Keahlian Tata Busana SMKN 2 Godean, terinspirasi dengan fauna dan flora lokal yang banyak dijumpai di wilayah Godean. Welut atau yang biasa dikenal belut dan petung atau bambu besar menjadi ciri khas dalam desain ini yang menggambarkan kekayaan alam di wilayah Godean. 

Belut dikenal sebagai hewan yang mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi, sementara bambu petung melambangkan kekuatan dan ketahanan. Kombinasi kedua elemen ini menciptakan pola yang khas dan memiliki makna mendalam bagi masyarakat lokal.

Kepala SMKN 2 Godean, Theresia Susilorini, menyampaikan bahwa SMKN 2 Godean mendukung perwujudan Education for Sustainable Development (ESD), salah satunya dengan mengangkat kearifan lokal ke dalam motif batik. Upaya ini bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada kearifan lokal, sembari memberikan keterampilan dalam bidang batik yang bisa menjadi bekal mereka di masa depan.

“Kami ingin siswa kami tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga mengenal dan mencintai budayanya sendiri. Motif ini diciptakan oleh siswa kami sendiri kemudian dikembangkan sampai sekarang dan sudah terdaftar HAKI,” ucap Susilorini. 

Menurut guru Konsentrasi Keahlian Tata Busana SMKN 2 Godean, Sri Wahyuni, inisiatif ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dinas Pendidikan setempat dan pelaku industri batik. Motif yang telah diciptakan oleh siswa kemudian diaplikasikan dalam selembar kain dan sekarang kain batik motif welut petung digunakan sebagai seragam SMKN 2 Godean. Selain digunakan sebagai seragam sekolah, kain batik motif welut petung dijual untuk umum. 

“Dalam program ini, siswa tidak hanya belajar teknik membatik, tetapi juga diajarkan tentang makna dan filosofi di balik motif Welut Petung. Dengan adanya program batik ini, kami harap mereka bisa menjadi agen pelestarian budaya daerah,” ucap Sri Wahyuni. 

Sementara itu, Rifnati Aulia Sari, siswa kelas XI Konsentrasi Keahlian Tata Busana, mengungkapkan kegembiraannya bisa ikut terlibat dalam proses produksi kain batik welut petung. 

“Rasanya senang bisa mempelajari motif batik yang unik dan bangga bisa mengenalkan kearifan lokal dari daerah ke dalam produk yang berbeda. Kami berharap ke depan motif ini akan semakin dikenal karena dengan begitu kekhasan tempat tinggal kami jadi terangkat,” ucap Rifnati. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Mendikdasmen Dorong Lulusan SMK Kembangkan Kewirausahaan berbasis Produk Lokal

Published

on

Kewirausahaan berbasis Produk Lokal (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Depok, goindonesia.co – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mendorong penguatan kompetensi kewirausahaan berbasis potensi daerah bagi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Penguatan kompetensi kewirausahaan ini diharapkan dapat melahirkan lebih banyak lagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis potensi daerah yang berasal dari lulusan SMK.

Hal tersebut disampaikan oleh Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, saat mengunjungi Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bisnis dan Pariwisata (BBPPMPV Bispar) pada Selasa (29-10-2024). Menurut Abdul Mu’ti, UMKM merupakan salah satu kekuatan ekonomi Indonesia saat ini yang sedang didorong oleh pemerintah. 

SMK, lanjut Abdul Mu’ti, memiliki potensi dan peluang besar menciptakan lulusan-lulusan untuk menjadi pelaku-pelaku UMKM-UMKM  yang dapat mengolah berbagai potensi lokal yang ada di Indonesia.

“Apalagi sekarangkan slogan SMK itukan bekerja atau berwirausaha. Hal inilah yang harus kita dorong,” kata Abdul Mu’ti di BBPPMPV Bispar. 

Dengan kompetensi yang dimiliki, Mendikdasmen berharap  lulusan-lulusan SMK dapat mengembangkan UMKM berbasis potensi lokal. Mereka juga dapat menggandeng komunitas masyarakat setempat untuk menggerakan ekonomi berbasis potensi lokal.

“Jadi, nanti kewirausahaannya akan lebih bervariasi misalnya mereka yang tinggal di daerah perkebunan teh, maka mereka bisa mengolah teh yang menjadi potensi daerahnya,” tambah Mendikdasmen. 

“SMK ini kan lebih kepada kompetensi dan bagaimana kompetensi ini dapat diintegrasikan dengan potensi alam yang kita miliki dan potensi sosial yang kita miliki,” tambah Mendikdasmen. 

Pada kesempatan tersebut, Mendikdasmen juga mendorong kerja sama SMK dengan UMKM-UMKM. Menurutnya, SMK tidak harus mengandalkan perusahaan-perusahaan besar sebagai mitra industri sekolah. UMKM yang sesuai dengan bidang kompetensi, menurut Mendikdasmen dapat menjadi mitra strategis SMK untuk berbagai kegiatan seperti magang atau kegiatan pelatihan lainnya.

“Jadi jangan bayangkan industri itu harus yang padat modal. Kita bisa kemitraan dengan UMKM kemudian nanti pelatihan ini diberikan sertifikat yang bisa menjadi modal anak-anak SMK setelah lulus. Ketika mereka lulus, siswa tidak hanya punya ijazah saja, tetapi juga punya sertifikat. Jadi, keahlian mereka tidak hanya terbatas pada keahlian utama, mereka juga punya keahlian lainnya,” terang Abdul Mu’ti. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Pondok Pesantren Al Falah Ploso

Published

on

Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri (Foto : Istimewa)

Jakarta, goidonesia.co – Pondok Pesantren Al Falah Ploso adalah sebuah lembaga pendidikanasrama berbentuk pesantren salaf. Dalam pengajian sehari-hari memilikibasis pengajian kitab-kitab salaf (tradisional). Pesantren ini didirikan oleh KH. Ahmad Djazuli Usman, seorang putra naib lokal kawasan Desa Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri. Kini,Pesantren Al Falah Ploso beradadi bawah asuhan KH. Nurul Huda Djazuli.

Sejarah singkat

Pada pertengahan tahun 1924,dengan satu masjid dan seorang santri bernama Muhammad Qomar,yang tidaklain adalah kakak iparnya sendiri,Haji Djazuli mulai merintis pesantren. Beliau meneruskan pengajian untukanak-anak desa sekitar Plose yang sudah dimulainya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates.Jumlah murid pertama yang ikut mengaji±12 orang.Di penghujung tahun 1924 itu seorang santri Tremasbernama Abdullah Hisyam asal Kemayan (±3 km selatan Ploso) datang bertamu kepada Haji Djazull sambil membawa salam dan surat-surat dari sahabat lamanya.Akhirnya Hisyam melanjutkan belajarnya kepada kyaiDjazuli yang memang sudah dikaguminya semenjak di Tremas.

Berbekal tekad yang kuat,pada 1 Januari 1925 KH. A. Djazuli Usman mendirikan sebuah madrasah dan memanfaatkan serambi Masjid untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Tanpa terasa santri yang belajar dengan KH. A. Djazuli bertambah banyak menjadi 100 orang.

Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al Falah Ploso pada awalnya tergolong masyarakat abangan (jauh dari agama). Ketika awal berdiri, banyak masyarakatnya mencemooh Pondok Pesantren Al Falah. Apalagi para pejabat dan bandar judi, yang status quo-nya mulai terganggu. Mereka sering menyebarkan isu-isu sesat terhadap pondok pesantren ini. Cerita tentang berdirinya Madrasah sudah terdengar di kalangan yang lebih luas hingga satu demi satu santri berdatangan dan menetap di Ploso. H.Ridwan Syakur, Baedlowi dan Khurmen, ketiganya dari Sendang Gringging ditambah H.Asy’ari dan Berkah dari Ngadiluwih merupakan santri-santri pertama yang menetap.

Suasana sudah terasa ramai dan masjidpun terasa sesak yang menimbulkan permasalahan baru yaitumendesaknya pengadaan ruang belajar yang memadai.Direncanakanlah pembangunan sebuah gedung madrasah.Dengan segenap tenaga, fikiran dan jerih payah yang tak ternilai, Kyai Djazuli keliling desa guna mengumpulkan dana untuk pembangunan tersebut. Beliau harus mengayuh sepeda berpuluh-puluh kilometer sampai Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan terkadang ke Blitar. Namun tak sia-sia banyak hartawan dandermawan mengulurkan tangan sehingga pembangunan segera bisa dilaksanakan.

Penyempurnaan fasilitas dan gedung terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Begitu pula penyempurnaan sistem pendidikan,kurikulum dan metode interaksi diarahkan (berkiblat) kepada sistem Tebuireng pada tahun 1923.

Suatu sistem yang dikagumi dan ditimba oleh Kyai Djazuli selama mondok di sana pada tahun 1923. Maka sistem belajar mengajar di Al Falah ini terus berlangsung dengan berpedoman kepada sistem Tebuireng hingga sekarang. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa Pondok Al Falah adalah duplikat monumental dari Pondok Tebuireng di masa KH.Hasyim Asy’ari tahun 1923.

Kyai Djazuli rupanya mempunyai prinsip yang kokoh dansangat yakin kepada sistem salafiyah yang dipilihnya,sehingga beliau tetap konsisten untuk melestarikannya. Dan ternyata Kyai Djazuli tidak salah pilih sebab sistem salafiyah tetap punya pendukung dan penggemar dikalangan ummat islam. (***)

*Admin

Continue Reading

Trending