Connect with us

Dunia Pendidikan

Badan Bahasa Dorong Terciptanya Insan Kreatif Bidang Kebahasaan

Published

on

Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek, E. Aminudin Aziz saat melantik Pejabat Administrator, Pengawas dan Pejabat Fungsional Widyabasa yang dilangsungkan secara hibrida di kantor Badan Bahasa Jakarta, (16/1). (Dokumentasi : Biro Kerja Sama dan Humas Sekretariat Jenderal Kemendikbudristek)

Jakarta, goindonesia.co – Tantangan dalam menciptakan insan kreatif di bidang kebahasaan menjadi sebuah keniscayaan yang mendorong Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) untuk menjadi unit kerja yang bermartabat dan bermanfaat. Demikian ungkap Kepala Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), E. Aminudin Aziz saat melantik Pejabat Administrator, Pengawas dan Pejabat Fungsional Widyabasa yang dilangsungkan secara hibrida di kantor Badan Bahasa Jakarta, (16/1).

Aminudin Aziz menyampaikan harapannya agar pejabat yang dilantik terkhusus Jabatan Fungsional (JF) Widyabasa berkomitmen mengemban tanggung jawab sebaik mungkin. “JF Widyabasa merupakan kelas jabatan baru yang telah diperjuangkan oleh Kemendikbudristek sejak tahun 2013 untuk menunjukkan kepada publik atas pentingnya kontribusi Badan Bahasa dalam menjaga identitas bahasa dan sastra Indonesia,” tegas Aminudin di hadapan 180 pejabat JF Widyabasa dan 11 pejabat struktural yang dilantik.

“Selain itu, untuk pejabat struktural yang baru dilantik, kami mendorong untuk tidak berada di zona nyaman. Berikan inspirasi dan aspirasi untuk rekan sejawat di unit kerjanya, jangan sia-siakan kesempatan yang telah didapat,” pesan Aminuddin seraya mengingatkan agar pejabat struktural membuat laporan di akhir masa penugasan.

Senada dengan itu, Pelaksana tugas (Plt.) Biro Sumber Daya Manusia (SDM), Kemendikbudristek, Dyah Ismayanti menyampaikan apresiasi kepada Badan Bahasa atas terbentuknya kelas JF Widyabasa. “JF Widyabasa merupakan kelas jabatan khusus di Badan Bahasa. Kami mendorong Ibu dan Bapak yang telah dilantik sebagai JF Widyabasa menjadi pejabat yang mandiri; proaktif mengembangkan potensi; serta melaksanakan tugas pengumpulan angka kredit sesuai tugas, pokok, dan fungsi yang dimiliki,” urai Dyah.

“Kami ucapkan selamat bekerja untuk pejabat yang baru dilantik, berikan yang terbaik untuk unit kerja masing-masing. Kemendikbudristek menunggu bukti karya Ibu dan Bapak,” sambung Dyah.

Adapun pelantikan dan pengambilan sumpah atau janji jabatan Pejabat Administrator, Pengawas, dan Fungsional Widyabasa di lingkungan Badan Bahasa terdiri atas 47 orang Widyabasa Ahli Madya, 102 orang Widyabasa Ahli Muda, dan 31 orang Widyabasa Ahli Pertama.

Sebagai bentuk apresiasi dan penyegaran iklim organisasi, pada kesempatan ini beberapa pejabat dirotasi  seperti Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Tengah, Papua, Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo serta Kepala Subbagian Tata Usaha Sekretariat Badan Bahasa.

Salah satu pejabat struktural yang baru dilantik yakni Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, Ganjar Harimansyah menyatakan siap dalam menjalankan amanah tanggung jawab penugasan yang baru. “Misi utama yang akan saya laksanakan yaitu melanjutkan program revitalisasi bahasa daerah,” tutur Ganjar yang sebelumnya bertugas selaku Kepala Bahasa Provinsi Jawa Tengah.

Selain pelantikan dan pengambilan sumpah atau janji pejabat, turut diserahkan pula memorandum masa akhir jabatan dan pemberian apresiasi atas darma bakti Kepala Balai Bahasa serta pejabat struktural yang telah mengakhiri masa tugas di lingkungan Badan Bahasa. (***)

(Sumber : Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)

Continue Reading
Advertisement Berita Vaksin Penting

Dunia Pendidikan

Kolaborasi BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene Tanam Mangrove di Pesisir Majene

Published

on

“Sepekan Menanam Mangrove” Kolaborasi BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene Tanam Mangrove di Pesisir Majene (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Majene, goindonesia.co – Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan, Perikanan, Teknologi Informasi, dan Komunikasi (BPPMPV KPTK) berkolaborasi dengan SMKN 3 Majene, Sulawesi Barat dalam melakukan penanaman mangrove di wilayah Pesisir Kabupaten Majene pada Jumat (06-09-2024). Kegiatan penanaman mangrove merupakan dukungan BPPMPV KPTV terhadap program “Sepekan Menanam Mangrove” yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-20 Sulawesi Barat.

Sebagai salah satu satuan pendidikan vokasi yang ada di Sulawesi Barat, SMKN 3 Majene merupakan SMK binaan di bawah BPPMPV KPTK. Sekolah ini memiliki keunggulan di bidang kelautan dan perikanan. 

Kepala SMKN 3 Majene, Baharudin, dalam sambutannya saat kegiatan penanaman mangrove mengatakan bahwa kegiatan penanaman mangrove ini tidak hanya bertujuan untuk memperingati hari jadi Sulawesi Barat saja, tetapi juga untuk menjaga ekosistem lingkungan, utamanya di ekosistem pesisir. Hal tersebut mengingat peran tanaman mangrove  dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir serta meredam dampak perubahan iklim.

Oleh karena itu, Baharudin mengaku sangat senang bisa dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Melalui kegiatan menanam mangrove ini, ia juga berharap hal ini akan menjadi stimulasi bagi SMKN 3 Majene untuk mengembagkan program budi daya bibit mangrove di sekolah tersebut.

“Ke depan jika program budi daya bibit mangrove di SMKN 3 Majene berhasil, maka SMKN 3 Majene akan menjadi produsen kedua di Kabupaten Majene,” ungkap Baharudin.

Masih menurut Baharudin, potensi untuk mengembangkan bibit mangrove di sekolah sangat besar. Selain menjadi sarana untuk belajar para siswa, Baharudin juga melihat potensi ekonomi dari ekosistem mangrove yang mungkin bisa diperoleh masyarakat. 

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari BPPMPV KPTK yang selalu membimbing kami SMKN 3 Majene,” ujarnya. 

Sementara itu, Kepala BPPMPV KPTK,  Lismanto, mengatakan bahwa acara penanaman mangrove di Pesisir Majene Provinsi Sulawesi Barat ini merupakan bentuk kolaborasi antara BPPMPV KPTK bersama satuan pendidikan yang menjadi binaannya dalam rangka pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim. 

“Kegiatan semacam ini diharapkan menjadi model bagi SMK-SMK lain bahwa upaya kolektif melestarikan lingkungan menghasilkan dampak positif yang signifikan,” kata Lismanto.

Menurut Lismanto, kegiatan penanaman mangrove ini juga merupakan bentuk komitmen BPPMV KPTK untuk membangun bidang pendidikan vokasi bidang kelautan secara luas. Pembangunan tersebut tidak hanya pada kurikulum pokok bidang kelautan saja, tetapi juga terkait dengan mengembangkan sekaligus mensinergikan ekosistem yang mendukung potensi kelautan Indonesia.

Sebagai informasi, selain dihadiri oleh tim dari Tim BPPMPV KPTK dan SMKN 3 Majene, kegiatan penanaman mangrove ini dihadiri oleh Camat, Kapolsek, dan Danramil Kecamatan Pamboang, Majene. Total ada 500 bibit mangrove yang ditanam pada kegiatan tersebut. Penanaman mangrove juga melibatkan para siswa dan masyarakat setempat. (***)

*(BPPMPV KPTK-Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022)

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Beranikan Diri Buka Usaha, Batik Lampung Sulastri Banjir Cuan

Published

on

Sulastri Oktavia (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Lampung, goindonesia.co – Aroma lilin sudah menjadi makanan sehari-hari Sulastri Oktavia sejak 2010. Di usianya yang menginjak akhir 20-an kala itu, ia belajar membatik melalui kursus di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Batik Siger, Lampung. Hingga di satu titik, ia memantapkan hati untuk keluar dari zona nyaman dan membuka usaha sendiri. Kini, ia sukses mengembangkan bisnisnya, bahkan sudah punya omzet puluhan juta.

Perjalanan Sulastri membangun bisnis pun cukup panjang dan berliku. Tak memiliki keterampilan dasar membatik, ia menimba ilmu dengan cekatan. Menurut Sulastri, kursus membatik memberikan ia kesempatan untuk mengasah kemampuannya. Selain itu juga ia bisa menjadi perajin yang melestarikan batik khas Lampung.

“Dulu saya guru PAUD honorer dan jualan serabutan aja, sampai akhirnya saya ikut kursus membatik di LKP Batik Siger,. Perubahan saya mulai dari ikut kursus,” cerita Sulastri menyampaikan kisah pembelajarannya.

Tak langsung bisa, Sulastri belajar dan terus praktik, hingga keuletannya membuahkan hasil. Di akhir 2010, setelah lulus kursus ia langsung bekerja di teaching factory (Tefa) LKP Batik Siger menjadi perajin. Hampir sepuluh tahun Sulastri menjadi perajin di Batik Siger dan mendapatkan berbagai pengetahuan di industri batik.

Keberanian Memulai Usaha

Pada tahun kesembilan, Sulastri memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh. Dengan modal pengalaman, keterampilan, dan sedikit tabungan, ia memulai usaha batiknya sendiri, yaitu Batik As-syafa. Awalnya, usahanya dimulai dengan skala kecil. Ia hanya memiliki satu ruang kerja sederhana di rumahnya dan memproduksi batik secara mandiri, mulai dari menggambar pola hingga proses pewarnaan.

Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Sulastri harus menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pemasaran dan kepercayaan diri sebagai pengusaha pemula. Di tahun 2019 lah, ia merintis usahanya berkat dukungan pula dari LKP Batik Siger.

“Dulu, tantangan terbesar saya adalah pemasaran yang sempat tersendat karena adanya covid-19 di tahun pertama usaha. Untungnya, LKP Batik Siger selalu memotivasi saya,” ungkap Sulastri

Untuk membedakan produknya di tengah pasar yang kompetitif, Sulastri terus berinovasi. Ia menciptakan motif-motif baru yang menggabungkan unsur-unsur lokal dengan desain kontemporer, sehingga batiknya memiliki daya tarik lebih. Selain itu, ia juga mulai menggunakan pewarna alami dari tumbuhan sekitar yang ramah lingkungan, sebuah nilai tambah yang banyak diminati konsumen saat ini.

Sulastri menjelaskan, “Ciri khas batik kami adalah semuanya pakai pewarna alami, mulai dari kulit jengkol, kayu tinggi, kayu mahoni, daun indigofera, sampai kulit buah jalawe.”

Berkat pengalaman dan koneksinya, ia pun sering menghadiri berbagai pameran lokal dan aktif mempromosikan batiknya melalui media sosial. Melalui Instagram @assyafabatiklampung dan @catalog_batik_asyafa, usaha Sulastri pun menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya di Lampung, tetapi pemasaran sampai ke Aceh, Medan, Jabodetabek, bahkan kota-kota lain di Pulau Jawa.

“Alhamdulillah, omzet rata-rata bisa sampai Rp35 juta dan saya juga sudah punya 13 karyawan,” ungkap Sulastri.

Agen Pelestari Batik Tulis Lampung

Kesuksesan ini tidak hanya membawa perubahan besar dalam hidupnya, tetapi juga bagi komunitas sekitar. Ia memberdayakan beberapa perajin lokal untuk bergabung dalam usahanya, memberikan pelatihan kepada mereka, dan memperluas produksi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

“Usia saya sekarang 40, tetapi baru memulai usaha ketika 9 tahun berkarier jadi perajin. Gak ada kata terlambat, terutama dalam melestarikan budaya bangsa,” ungkap Sulastri

Sulastri juga berperan aktif dalam mempromosikan batik sebagai warisan budaya Indonesia di kancah nasional. Ia berharap agar generasi muda lebih mencintai dan melestarikan batik, serta tidak takut untuk berinovasi dalam bisnis yang berbasis tradisi.

Kisah Sulastri adalah contoh nyata bahwa tekad, keberanian, dan inovasi dapat membawa seseorang meraih kesuksesan. Dari seorang perajin batik, ia kini menjadi pengusaha sukses dengan omzet yang terus meningkat dan pemasaran yang semakin luas. Semangatnya dalam melestarikan budaya lokal melalui batik menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama perempuan yang ingin memulai usaha sendiri. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Dunia Pendidikan

Dukung Program Go Green, Dosen dan Mahasiswa Polije Olah Limbah Kampus jadi Pupuk Organik Bernilai Jual Tinggi

Published

on

Pupuk Organik hasil oleh limbah di lingkungan kampus yang merupakan hasil kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Produksi Tanaman Hortikultura Politeknik Negeri Jember (Foto : @vokasi.kemdikbud.go.id)

Jember, goindonesia.co – Politeknik Negeri Jember (Polije) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program go-green melalui berbagai inisiatif ramah lingkungan. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah mengolah limbah sampah organik yang dihasilkan di lingkungan kampus menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Program ini merupakan kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Produksi Tanaman Hortikultura yang berfokus pada pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan.

Limbah organik yang diolah meliputi sisa-sisa makanan, dedaunan, dan sampah organik lainnya yang kerap ditemui di area kampus. Selain itu, tim juga memanfaatkan kotoran hewan dari teaching factory (Tefa) Feedlot dan Sapi Perah Polije sebagai bahan baku tambahan dalam proses pembuatan pupuk. Dengan pendekatan ini, Polije tidak hanya mengurangi volume sampah organik yang harus dibuang, tetapi juga menciptakan produk bernilai tambah yang bermanfaat bagi pertanian dan penghijauan.

Hanif Fatur Rohman, salah satu dosen Program Studi (Prodi) Produksi Tanaman Hortikultura yang terlibat aktif dalam projek ini, menjelaskan bahwa inisiatif ini lahir dari kepedulian terhadap lingkungan kampus yang banyak menghasilkan limbah organik. 

“Kami melihat potensi besar dari limbah organik yang ada di sekitar kita. Alih-alih membiarkannya terbuang sia-sia, kami berpikir untuk mengolahnya menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan kembali, terutama untuk keperluan pertanian hortikultura,” ujar Hanif.

Menurut Hanif, pupuk organik yang dihasilkan memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan dengan pupuk kimia. Salah satu keunggulan utamanya adalah kemampuannya untuk mempercepat pertumbuhan tanaman tanpa menimbulkan efek negatif pada tanah. 

“Pupuk ini dibuat dari bahan-bahan yang sepenuhnya organik, sehingga aman dan tidak merusak kesuburan tanah. Justru, tanah menjadi lebih subur dan sehat dengan penggunaan pupuk organik ini,” tambahnya.

Proses pembuatan pupuk ini dilakukan di bawah pengawasan dan bimbingan langsung dari dosen. Mahasiswa juga dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapannya, mulai dari pengumpulan bahan baku, pengolahan, hingga pengemasan produk akhir. Hal ini tidak hanya memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan.

Produk pupuk organik yang dihasilkan oleh tim ini kini telah menjadi salah satu produk unggulan dari rintisan Tefa Rumah Organik Polije. Produk tersebut tidak hanya dipasarkan di lingkungan kampus, tetapi juga telah merambah pasar yang lebih luas, yaitu toko-toko tanaman di Jember dan sekitarnya. Respons dari masyarakat pun cukup positif, terutama dari para petani dan pecinta tanaman yang mencari alternatif pupuk yang ramah lingkungan.

Hanif dan tim tidak berhenti di sini. Mereka memiliki rencana untuk terus mengembangkan produk ini agar dapat diproduksi dalam skala yang lebih besar. 

“Kami berharap dapat meningkatkan skala produksi pupuk organik ini sehingga bisa memenuhi kebutuhan yang lebih luas. Dengan begitu, kami tidak hanya berkontribusi pada pengurangan limbah dan penghijauan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi Polije dan masyarakat sekitar,” kata Hanif dengan penuh optimisme.

Selain itu, tim juga tengah mengembangkan riset untuk menyempurnakan komposisi pupuk organik agar lebih efektif dan efisien. Harapannya, pupuk ini dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah pertanian, terutama dalam hal peningkatan hasil panen tanpa merusak lingkungan. 

“Kami percaya bahwa dengan riset yang tepat, pupuk organik ini bisa menjadi salah satu solusi untuk pertanian berkelanjutan yang sangat dibutuhkan saat ini,” tutup Hanif.

Program inovatif ini tidak hanya menunjukkan komitmen Polije dalam mendukung program go-green, tetapi juga membuktikan bahwa perguruan tinggi dapat berperan aktif dalam menciptakan solusi nyata bagi masalah lingkungan. Ke depan, Polije berencana untuk terus mengembangkan program-program serupa yang mengintegrasikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan isu-isu keberlanjutan. (***)

*Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek 2022

Continue Reading

Trending